JAYAPURA—Pernyataan Mantan Tokoh OPM, Nicholas Meset yang menyebutkan Papua final dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Mahkamah Internasional, mulai mengundang kontra, kali ini datang dari rekan-rekan seperjuangnya.
Kepada media ini, Selasa (27/7) malam kemarin, Juru Bicara Political West Papua Saul Bomoy kepada Bintang Papua mengatakan, pernyataan Nicholas Meset merupakan pembohongan terhadap perjuangan rakyat Papua Barat yang dilakukan, karena berada dalam tekanan dan keterpaksaan.
Menurutnya, Pepera 1969 itu belum final dan Mahkamah Internasional maupun badan keamanan dunia (PBB) sejak tahun 1969 hingga saat ini tidak pernah mengeluarkan pernyataan ataupun keputusan yang menyebutkan bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI.
“Papua dalam NKRI itu karena hasil rekayasa Pepera 1969, hasil rekayasa bukan murni,” tegasnya mengulang.
Oleh karena itu pihaknya, lanjut Bomoi, menyarankan kepada Nicolas Meset untuk menghentikan manuver politiknya yang selalu menyebutkan bahwa Papua sudah final dalam NKRI , karena hal tersebut adalah pembohongan, sebaiknya Nicholas Meset memilih diam dan tidak banyak berkomentar soal masalah Politik Papua.
“Jangan terus menutupi kebenaran, kau sebaiknya pasimaut, (tutup mulut) dan kau sudah kalah dalam berpolitik bagi Papua Barat, yu tipu dan yu, tutup mulut dan diam-diam di Papua kita berdosa terhadap rakyat Papua Barat,” ungkapnya.
Bomoy yang juga merupakan korban Daerah Operasi Militer (DOM) menegaskan bahwa ferendum rakyat Papua Barat merupakan satu-satunya cara paling demokratis di dunia.
“Ini mekanisme demokrasi, hukum dan humanisme (HAM) untuk penentuan nasib sendiri, sesuai dengan declaration of humanisme and united nation,” terangnya.
Dia juga menuding bahwa manuver politik yang dilakukan Nicholas Meset karena yang bersangkutan telah buat kontrak politik dengan Pemerintah Indonesia sehingga hal itu bisa dimaklumi.
“Dialog antara pemerintah RI dengan Rakyat Indonesia juga harus dihentikan karena itu bukan solusi, itu memperumit serta memperpanjang konflik di Papua Barat,” singgungnya.(hen)
Benar sekali Tuan Bomoi, bahwa Meset dalam hal ini sangat keliru dan kebingungan jalan, sudah terlanjur mengikuti keinginan NKRI sehingga untuk kembali pada sikap politik nurani sangat susah.
Meset orang NKRI ini sangat keliru dan memalukan, barangkali beliau tidak membaca kondisi perkembangan politik yang sedang berkembang saat ini.
(-VIVA WEST PAPUA-)
Benar sekali Tuan Bomoi, bahwa Meset dalam hal ini sangat keliru dan kebingungan jalan, sudah terlanjur mengikuti keinginan NKRI sehingga untuk kembali pada sikap politik nurani sangat susah.
Meset orang NKRI ini sangat keliru dan memalukan, barangkali beliau tidak membaca kondisi perkembangan politik yang sedang berkembang saat ini.
(-VIVA WEST PAPUA-)
Namanya mengambl sikap politik memang harus begitu, tetapi itu tidak berarti perjuangan ini serta-merta menjadi layu atau loyo atau kehilangan semangat. Dia berbicara atas nama pribadi, atas kepentingan pribadi, untuk keuntungan pribadi, bukan keluarga dan anak cucunya juga. Apalagi apa yang dia katakan tidak punya pengaru apa2, kecuali NKRI sudah menggunakan dia untuk kepentingan mereka.
Memang politik adalah sebuah tarik2 menarik antara kepentingan2 dan untuk memenangkan kepentingan selalu harus ada saling menyudutkan. Itu sesuatu yang lumrah sekali. Cuma kita semua tahu hatinuraninya sangat tersiksa dan akan mengakhiri hidup ini tanpa damai sejahtera untuk jiwanya sendiri karena ia berbicara menentang hatinuraninya sendiri. Memang sebuah keanehan tapi nyata. Itulah politik.
Namanya mengambl sikap politik memang harus begitu, tetapi itu tidak berarti perjuangan ini serta-merta menjadi layu atau loyo atau kehilangan semangat. Dia berbicara atas nama pribadi, atas kepentingan pribadi, untuk keuntungan pribadi, bukan keluarga dan anak cucunya juga. Apalagi apa yang dia katakan tidak punya pengaru apa2, kecuali NKRI sudah menggunakan dia untuk kepentingan mereka.
Memang politik adalah sebuah tarik2 menarik antara kepentingan2 dan untuk memenangkan kepentingan selalu harus ada saling menyudutkan. Itu sesuatu yang lumrah sekali. Cuma kita semua tahu hatinuraninya sangat tersiksa dan akan mengakhiri hidup ini tanpa damai sejahtera untuk jiwanya sendiri karena ia berbicara menentang hatinuraninya sendiri. Memang sebuah keanehan tapi nyata. Itulah politik.