Category: Bio-Terror

Bio-Terorisme: Pembunuhan lewat racun, minuman keras, virus HIV/AIDS, penyebaran penyakit hewan, wabah buatan NKRI, dsb.

  • 11 PSK Positif HIV di Jayawijaya

    WAMENA-Dari 44 wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terjaring dalam operasi rutin Kepolisian Resort (Polres) Jayawijaya (Minggu,14/2), setelah menjalani pemeriksaan dokter dan konselor di Poliklinik Polres Jayawijaya, 11 diantaranya reaktif atau positif HIV. Demikian diungkapkan penanggung jawab VCT RSUD Wamena, dokter Viviana Maharani kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (18/2).

    Dokter Vivi sapaan akrab dokter Viviana Maharani mengungkapkan, ke 11 PSK tersebut yang melakukan pemeriksaan lanjutan baru 4 orang.

  • Sampai April 2009, Kasus HIV-AIDS Mencapai 382

    WAMENA – Bupati Jayawijaya, Wempi Wetipo, S.sos, M.Par mengatakan, masalah HIV/AIDS telah menjadi masalah yang sangat serius di Kabupaten Jayawijaya, dimana sampai April 2009 jumlah kasusnya mencapai 382 kasus, bahkan Jayawijaya menduduki peringkat tertinggi dalam peningkatan jumlah kasus dari tahun ke tahun.

    Hal itu seperti diungkapkan bupati dalam sambutannya yang dibacakan Asisten II Setda Jayawijaya, Gad Tabuni dalam acara Pembukaan Peringatan AIDS Candlelight Memorial ke-26 di Gedung Sosial Katolik Wamena, Senin (18/5).

    Dikatakan, setiap hari Minggu ketiga bulan Mei selalu diperingati sebagai AIDS Candlelight Memorial. Even ini, jelas Bupati Wempi, awalnya ditujukan untuk memperingati korban-korban yang telah jatuh akibat HIV-AIDS namun dalam perkembangannya kedepan AIDS Candlelight Memorial berkembang menjadi tidak hanya sekedar peringatan dan renungan belaka, melainkan telah menjadi media advokasi yang sangat baik dalam penyebarluasan informasi mengenai HIV-AIDS.

    Menurutnya, AIDS Candlelight Memorial tahun ini adalah yang ke-26 kali diselenggarakan di seluruh dunia, dengan demikian sebagai lembaga atau instansi yang bergerak dalam program HIV-AIDS haruslah memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat karena dengan informasi bisa dicegah penyebaran HIV-AIDS yang semakin luas di Jayawijaya agar dapat memutus mata rantai penularannya.

    Lebih lanjut diungkapkan, beberapa kegiatan yang dilakukan menyambut AIDS Candlelight memorial adalah mengadakan festifal band, lomba poster dan pameran foto.
    Lewat acara tersebut kreatifitas anak-anak muda Wamena ditantang sekaligus juga dengan kepedulian mereka terhadap HIV-AIDS.

    “Jika anak-anak muda sudah terinfeksi, tidak bisa menjaga pergaulan dan tidak bisa memahami dengan baik informasi tentang HIV-AIDS maka sia-sialah pembangunan karena SDM-nya menjadi lemah bahkan bisa-bisa menjadi habis karena kurangnya pengetahuan,” ujarnya.

    Sekadar diketahui, pada kegiatan tersebut, seorang ODHA juga menyampaikan kesaksiannya tentang awalnya dia terinfeksi virus HIV dan apa saja yang terjadi dengan dirinya setelah terkena virus tersebut, dengan maksud untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak muda khususnya tentang bahaya HIV-AIDS yang belum ada obatnya tersebut. (nal)

  • PT Medco Papua Investasi Rp 14 Triliun

    MERAUKE (PAPOS)- PT Medco Papua yang beroperasi di Kabupaten Merauke melakukan aktivitas bidang produksi bubur kertas di Dusun Boepe, Distrik Okaba dengan menanamkan investasi kurang lebih Rp 14 triliun. Sementara ini aktivitas pembangunan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2008 lalu. Demikian diungkapkan Kepala Bidang Promosi Badan Penanaman Investasi Daerah (BPID), Kabupaten Merauke, Freddy Puturuhu di ruang kerjanya, kemarin. Dikatakan, selain PT Medco, juga PT Sino yang beroperasi di bidang perikanan dengan dana yang diinvestasi senilai Rp 2 triliun.

    Sampai sekarang, katanya, perusahan tersebut sudah mengoperasikan 15 kapal ikan dan direncanakan akan ditambah menjadi 100 kapal untuk kegiatan eksport ikan.

    Dalam tahun 2009 ini juga, lanjut Freddy, akan ada tiga perusahan yang beroperasi yakni PT. Bio Inti Agrindo dengan investasi senilai Rp 800 miliar, PT Papua Agro Lestari dan PT. Sawit Nusa Timur senilai Rp 400 miliar. Ketiganya bergerak dalam bidang kelapa sawit. Saat ini sedang dilakukan sejumlah persiapan untuk kegiatan atau aktivitas di lapangan.

    “Tahun 2010, akan bertambah lagi sekitar lima perusahan yang beroperasi di Merauke. Saat ini sudah ada yang sedang persiapan d lapangan seperti PT Muting Jaya Lestari dan PT.Digoel Agro Lestari yang izinnya sudah keluar dan tinggal hanya dilakukan pembebasan tanah guna untuk perkebunaan jagung. Selain itu juga PT Plasma Mandiri Papua dan PT Kertas Nusantara yang bergerak dalam pengelolaan kayu,” ujarnya.

    Ditambahkan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Menteri Kehutanan memberikan penghargaan kepada Pemkab Merauke karena memberikan pelayanan yang baik kepada setiap investor yang datang melakukan investasi. Penghargaan itu diterima Bupati Merauke, Drs. Johanes Gluba Gebze.

    “Kita tidak mempersulit investor ketika datang ke Merauke. Berbagai urusan yang berkaitan dengan investasi, tetap dilayani dengan cepat dan bertanggungjawab,” ujarnya. (cr-44)

    Ditulis Oleh: Cr-44/Papos
    Selasa, 03 Februari 2009

  • Di Paniai, 23 Orang Meninggal Akibat Penyakit Aneh – Bermula dari Gigitan Kelabang

    JAYAPURA- Jika di Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya dikabarkan warga setempat terkena penyakit aneh ( Cepos 06/11), Penyakit aneh juga terjadi di Distrik Biantoga, Kabupaten Paniai. Dimana sejak 28 Mei sampai 4 Juni 2008, setidaknya 23 orang dilaporkan meninggal dunia setelah mengidap penyakit yang belum diketahui jenisnya itu.

    Ketua Hubungan Masyarakat Pelajar Mahasiswa Moni Kabupaten Paniai di Jayapura, Thobias Bagubao mengatakan, dirinya baru kembali dari Distrik Biantoga dan melihat langsung wabah penyakit yang menyerang masyarakat tersebut.
    “Saya baru turun dari Distrik Biantoga, dan saya prihatin sekali dengan apa yang dirasakan masyarakat di sana,” ujarnya saat bertandang ke Kantor Redaksi Cenderawasih Pos, Kamis, (6/11).

    Diungkapkan, wabah penyakit anet itu kali pertama tejadi pada Mei 2008 lalu. Yang ciri- cirinya, hanya karena gigitan kelaban (Kaki seribu atau lilitan), kemudian mulai terjadi pembengkakan kulit karena racun kelaban tersebut, yang akhirnya menyebabkan korbannya meninggal dalam waktu singkat.

    Dikatakannya, sampai saat ini masih terdapat 60 orang yang dirawat di rumahnya masing-masing. Karena tidak ada obat dan penanganan medis, warga mengobati penyakit itu dengan menggunakan ramuan tradisional seadanya, dengan cara kulit korban diiris kemudian dikeluarkan racunnya.

    Meski sudah dilakukan dnegan cara demikian, namun si penderita tidak sembuh, malah tetap terbaring dengan sakitnya, yang pada akhirnya meninggal dunia akibat luka yang diiris dan tidak sembuh itu.
    Dikatakan, permasalahan tersebut telah melaporkan ke Pemerintah Kabupaten Paniai dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, namun menurut Thobias, laporan itu tidak ditanggapi serius.

    “Masyarakat mau berobat tapi tidak punya uang. Mau dapat uang dari mana sementara kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Kaum intelektual disana juga hanya berdiam diri saja dan sibuk mengurusi partai politiknya saja,” katanya.

    Dengan adanya permasalahan itu, dirinya mengharapkan supaya Pemerintah Kabupaten Paniai dapat menyikapinya dengan serius. Pasalnya jika dibiarkan saja, maka korban akan berjatuhan terus, dan lama kelamaan akan terjadi konflik di wilayah tersebut.

    “ Kami sangat heran dengan sikap pemerintah, katanya era Otsus, masyarakat akan lebih diuperhatikan, tapi kenyataannya Otsus bukan mensejahterakan masyarakat melainkan masyarakat tetap hidup dalam penderitaan,” jelasnya.(nls).

  • Dugaan Oknum Dewan Kaimana Tewas Karena Stroke

    Catatan SPMNews:
    SPMNews memberikan kategori khusus: Bio-Terorisme dalam pemberitaannya karena dalam sejarah dan/atau pengalaman penjajahan di seluruh muka bumi, pembunuhan secara mendadak, diam-diam, peracunan makanan dan minuman, penyuntikan penyakit dan sejenisnya adalah sangat, dan sekali lagi sangat laszim, karena dianggap paling ampuh, paling aman, dan paling dibanggakan kesuksesannya.

    Dalam pengalaman itu juga, setiap orang yang dijajah, biasanya menggunakan teori “Piara Dulu Baru…” artinya kaum yang dijajah selalu dipelihara, dibesarkan, seolah-olah disayangi, sampai pada saat dianggap berbahaya, atau sampai dipandang “masabakti sudah cukup”, maka penjajah selalu melakukan pembunuhan. Itu sudah terjadi pada Drs. Roberth Wanimo dan Drs. Jaap Solossa, dan akan disusul oleh Drs. Drs. lainnya asal Papua Barat.


    MANOKWARI-Sampai saat ini penyebab kematian anggota DPRD Kabupaten Kaimana berinisial OF, belum jelas. Kapolres Manokwari AKBP Pit Wahyu yang dikonfirmasi via ponselnya mengaku baru saja kembali dari tugas luar daerah. Sebelumnya ada dugaan korban yang sempat sekarat di panti pijat Sumber Rejeki dan meninggal di RSUD Manokwari ini karena stroke. Sementara itu, panti pijat Sumber Rejeki, sejak kejadian tidak beroperasi.

    Keterangan mucikari yang berhasil dikonfirmasi koran ini dipanti Pijat Sumber Rejeki menyebutkan korban masuk ke panti pijat dalam kondisi sehat. OF sendiri masuk di panti pijat yang terletak di kompleks Rendani tersebut pada sore hari, (Rabu,3/9).

    Untuk mengkonfirmasi pihak panti pijat, koran ini harus bolak-balik beberapa kali. Pasalnya, waktu pagi hari koran ini ke panti pijat Sumber Rejeki pintu pagar dalam posisi tertutup rapat, termasuk pintu masuk rumah. Sehingga koran ini mengurungkan niat untuk masuk ke dalam panti pijat. Saat itu suasana baik didalam halaman dalam keadaan sepi, tak satu orang pun yang kelihatan.

    Siang harinya koran ini mencoba kembali untuk menemui pihak panti pijat. Namun situasi disekitar panti pijat masih tetap sepi, sehingga koran ini kembali mengurungkan niat untuk masuk. Sore harinya, koran ini kembali datang ke Panti Pijat Sumber Rejeki. Beruntung, saat tiba didepan pintu seorang mucikari keluar dari pintu pagar. Koran ini langsung mendekat dan meminta waktu untuk ngobrol. Dengan mimik wajah yang sedikit ragu, mucikari yang mengaku bernama Niken langsung kembali ke Panti Pijat Sumber Rejeki sembari mengajak koran ini.

    Koran ini langsung dipersilahkan masuk dan dipersilahkan duduk dikursi ruang tamu sambil memanggil salah satu temannya yang saat itu berada dalam kamar. Teman Niken yang masih mengenakan baju tidur pun keluar menemani koran ini untuk ngobrol. Koran ini sempat menanyakan pemilik Panti Pijat, namun Niken mengakus bosnya sedang berada di Jawa.

    Awalnya, Niken ragu namun akhirnya dia buka suara juga. Niken mengakui bukan dirinya yang memijit korban, tetapi temannya yang enggan ditemui Koran ini. Hanya selaku mucikari di Panti Pijat Sumber Rejeki sempat melihat korban yang masuk panti pijat dalam kondisi

    sehat. Bahkan, politisi ini sempat melemparkan senyuman kepada mucikari lain yang sedang duduk nonton televisi.

    Mengenai pertanyaan koran ini yang lain, Niken enggan menjelaskan karena alasan takut. “Mas tanya aja sama polisi karena kasusnya sudah di polisi, tapi setahu saya bapak itu masuk dalam kondisi sehat,”tuturnya seraya mengaku dirinya baru pertama melihat korban masuk RSUD.

    Pengakuan warga sekitar Panti Pijat yang enggan disebutkan namanya menuturkan pasca kejadian di Panti Pijat suasana langsung sepi. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya sebelum kejadian tersebut.
    Sementara itu,jenazah OF sudah diambil keluarkannya. Polisi masih melakukan penyelidikan lebih detail menganai,sebab-sebab kematian politisi PDIP ini.(sr)

  • Jika Hutan Jadi Komoditas

    Mikhael Dua

    Pada pertengahan abad kesembilanbelas Karl Marx memiliki pemikiran yang jujur. Dalam analisis ekonominya tentang sepak terjang para pemilik modal yang menjadi sumber kesengsaraan kaum buruh di Inggris, ia sampai pada kesimpulan bahwa ekonomi adalah tuan atas sejarah. Artinya, seluruh bangunan politik, kebudayaan, dan agama ditentukan oleh logika sang pemilik modal.

    Pemikiran Marx ini dikutuk-kutuk dan diinjak-injak sebagai pemikiran yang naïf dan terlalu materialistis tentang manusia. Namun, apa yang dikatakan Marx ini pasti benar jika kita memperhatikan jalannya persidangan beberapa anggota DPR dalam kasus alih fungsi hutan bakau di Sumatera Selatan dan alih fungsi hutan lindung di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Politik tunduk pada logika bisnis.

    Para pengusaha di latar belakang menjadi tak tersentuh sedang politisi kerdil menjadi pion-pion tak berkepribadian. Tanpa disadari ia dan lembaganya menjadi alat bisnis dengan membuat hutan sebagai tanah tumpah darah menjadi komoditas.

    Logika yang sama masih dipakai dalam konferensi-konferensi internasional tentang hutan. Ketika konferensi Bali tahun lalu berbicara tentang global warming, perhatian kita pun belum seluruhnya berkorespondensi dengan fakta dan harapan para pemerhati masalah hutan.

    Argumentasi tentang reservasi hutan masih terlalu dekat dengan logika utilitarian para pelaku bisnis internasional, yaitu: manfaat sebesar-besarnya bagi banyak orang dan dunia. Lalu, apa artinya keberhutanan itu sendiri yang memiliki ciri-ciri ganas, bebas, dan luas tak terjangkau?

    Ambiguitas Moralitas

    Adalah Nietzsche yang mengatakan bahwa hubungan kita dengan alam, dewasa ini, secara mendasar bersifat ambigu. Di satu sisi kita mengenal dan mengakui nilai moral dari alam, sementara di sisi lain kita menyadari betul bahwa gambaran dan konsep kita tentang alam bergantung pada interpretasi, cita rasa, dan moralitas yang dapat berubah-ubah.

    Para pendukung romantisme merindukan persatuan dengan alam. Pemikir kritis yang tercerahkan ilmu pengetahuan tinggi ingin menguasai alam dan para petani di desa-desa menghendaki hidup yang harmonis dengan alam. Tetapi, tidak satu pun visi tentang alam ini sungguh-sungguh memberikan kepada kita pendasaran moral yang kuat.

    Ambiguitas ini memiliki akar pada krisis moral yang kita alami. Krisis itu tidak hanya karena kita tidak lagi memiliki kriteria-kriteria yang mengarahkan orientasi moral kita, tetapi terlebih karena kriteria-kriteria moral yang kita pegang selama ini memiliki akar yang berbeda dengan alam sekeliling kita. Alam yang kita pahami adalah alamnya para ilmuwan yang hanya tahu tentang hukum-hukum sebab akibatnya. Sementara itu seluruh kriteria moralitas kita didasarkan pada pemahaman kita tentang kebebasan dan akal budi.

    Hanya karena ingin mencapai perkembangan kemanusiaan yang pesat kita berani membangun moralitas tanpa dasar alam kodrati. Alam dan hukum-hukumnya tak pernah menjadi bahan pertimbangan dalam etika, karena moralitas berangkat dari asumsi-asumsi tentang kebebasan manusia. Ilmu pun hanya membatasi diri pada pembicaraan tentang hukum-hukum alam. Tak mungkin ada hubungan yang erat antara ilmu dan moralitas. Moralitas dinilai menjadi urusan perasaan, yang tak pantas digeluti para politisi cerdik dan ilmuwan cerdas yang memahami kausalitas alam semesta.

    Tetapi, perkembangan kemanusiaan yang dicita-citakan tersebut tak pernah tercapai. Kita selalu terjebak dalam interpretasi moral dan ilmiah yang kita bangun, yang makin lama makin jauh dari kodrat alamiah kemanusiaan. Oleh karena itu, Nietzsche mengusulkan agar kita membangun diri dan gambaran diri kita dalam keterhubungannya dengan pemahaman kita tentang alam.

    Dengan akal budinya, manusia tidak akan membawa dirinya ke luar dari kehidupan sebagai manusia. Sebaliknya, ia akan tetap manusia, bahkan ketika ia menanamkan kaki di alam. Manusia harus di-“alam”-kan. Ia harus hidup menurut kodratnya sebagai bagian dari alam. Jika pemikiran modern, melalui ilmu pengetahuan yang arogan pada alam, berusaha menarik manusia keluar dari alam, maka Nietzsche mengusulkan agar manusia dinaturalisasikan. Alam itu ganas, kaya, kreatif, penuh vitalitas, bebas, dan niscaya. Hidup dalam alam berarti kita menimba kekayaan alam tersebut.

    Pengalaman Keberhutanan

    Etika lingkungan dewasa ini turut memberikan sumbangan besar bagi kebijakan umum berkaitan dengan hutan. Penetapan hukum atas hutan produktif dan hutan lindung di Indonesia menjadi salah satu cara untuk melindungi hutan dari garapan masyarakat dan pengusaha terhadap hu- tan-hutan di Indonesia. Motif di balik usaha melindungi dan merekonstruksi hutan tersebut bersifat ekologis dan biologis (perlindungan keragaman diversitas hayati).

    Namun, kegiatan restorasi hutan tersebut barangkali tidak memadai jika kita tidak berbicara tentang pengalaman keberhutanan. Di balik kritik tentang moralitas yang mengasingkan manusia terhadap alam, Nietzsche sebenarnya mengajak kita memasuki pengalaman keberhutanan. Hutan itu ganas tak terpahami. Ia memiliki sifat kacau. Kacau karena tidak dapat didekati secara memadai dengan interpretasi kita. Pengalaman keberhutanan tak pernah pasti, karena ia memiliki makna jauh melampaui perangkat metodologi ilmu kita sendiri.

    Pengalaman ini memiliki implikasi yang luas bagi etika lingkungan. Para pencinta lingkungan hidup sudah lama mengajarkan kepada kita untuk mencintai alam. Pengalaman mereka di atas gunung, di tengah laut, dan di padang pasir menunjuk-kan bahwa alam memiliki sifat netral.

    Alam dapat menimbulkan perasaan kagum sekaligus menyenangkan. Namun, mereka juga tahu bahwa pengalaman tentang netralitas alam hanyalah sejenak. Pengalaman keberhutanan menimbulkan ketidakberdayaan. Sebuah perasaan kriminalitas melawan martabat manusia. Alam benar-benar indifferent. Ia benar-benar berada di luar kategori kita tentang baik dan buruk.

    Pengalaman keberhutanan adalah pengalaman kita sendiri tentang alam kehutanan kita. Kita membutuhkan pengalaman tersebut terulang kembali setiap saat. Seorang ekolog Belanda, Wouter Helmer, mengusulkan agar hutan kita menjadi sebuah insane oasis, sebuah “alam baru”, sebuah tempat kebebasan.

    Karena itu jika masyarakat kita dewasa ini mengutuk tindakan kalangan politisi di DPR yang berusaha memperdagangkan hutan, bagi saya kutukan itu masuk akal, bukan karena saya iri dengan uang yang mereka dapat, tetapi karena mereka telah menghancurkan pengalaman kolektif kita tentang hutan sebagai a border concept: sebagai alam yang berada di luar batas kategori pengetahuan dan moralitas kita sendiri.

    Penulis adalah Kepala Pusat Pengembangan Etika Atma Jaya, Jakarta

    Last modified: 2/8/08

  • Konsumsi Wiro Seorang Pria Tewas – 2 Orang Lainnnya Kritis

    SENTANI-Tragedi kematian beruntun beberapa waktu lalu yang menewaskan sejumlah warga akibat mengkonsumsi minuman local (milo), kembali terulang dan saat ini yang menjadi korban adalah tiga pemuda bernama Dominggus Wenda, Yepius Wenda, dan Kalikalok Kogoya.

    Akibat mengkonsumsi minuman keras (miras) jenis Wisky Robinson (wiro) sebanyak 8 botol di Kompleks Rawa Pos 7 Sentani Kabupaten Jayapura, sekitarpukul 21.00 WIT Selasa (8/7) mengakibatkan Dominggus Wenda langsung tewas. Korban ditemukan tewas oleh salah seorang warga bernama Demus Wenda pukul 05.00 WIT, Rabu (9/7) tidak jauh dari tempat ketiganya mengkonsumsi miras. Sementara itu dua rekannya Yepius dan Kalikalok kini dalam keadaan kritis.

    Saat ditemukan korban langsung dievakuasi ke salah satu rumah yang berada disekitar TKP. Warga yang awalnya menduga korban telah meninggal, namun saat meraba tubuhnya terasa masih hangat, korban langsung dibawa RSUD Yowary untuk mendapat kepastian medis bahwa korban memang sudah meninggal dunia.

    Setelah dokter yang memeriksa tubuh korban memastikan korban telah meninggal maka keluarganya langsung membawa jenasah korban ke rumah duka di kompleks Rawa Pos 7 Sentani. Sementara 2 teman korban Yepius dan Kalikalok, yang mengalami kondisi kritis tidak segera di bawah ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan medis.

    Ketika disinggung terkait alasan penahanan kedua korban lainnya untuk tidak mendapat perawatan medis, salah satu keluarga korban bernama Nius Wakur enggan memberikan komentar lebih lanjut. Namun Nius menceritakan kronologisnya dimana saat itu 3 orang pria yang berprofesi sehari-hari sebagai petani itu, membeli 8 botol wiro dan mengkonsumsinya secara bersama-sama. Nius mengatakan, korban (Dominggus red) diduga tewas saat mengkonsumsi miras karena sebelumnya sedang sakit.

    Kapolres Jayapura AKBP Drs Didi S Yasmin ketika dikonfirmasi mengatakan dalam kasus tersebut saat ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. Hanya saja pihaknya sudah mengamankan barang bukti berupa 8 botol minuman Wiro untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

    “Kasus ini terjadi karena kurang adanya kesadaran dari korban. Sehingga saat ini belum ada yang dapat kami duga sebagi pelaku. Namun kami sudah mengamankan barang bukti untuk selanjutnya akan kami ambil sampelnya. Jangan-jangan ada jenis campuran cairan lain yang dimasukkan ke dalam muniman tersebut,” tegas Kapolres. (jim)

  • UNJUK RASA DI KANTOR DPR RUSUH

    Rabu, 25 Juni 2008

    Papua Pos, Jakarta- Unjuk rasa elemen mahasiswa dan organisasi masyarakat yang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat, Selasa (24/6), memanas sehingga terjadi bentrokan dengan aparat keamanan Pendemo melempar 3 bom molotov ke arah polisi yang bertahan di halaman gedung DPR. Polisi pun balas melawan dengan balik melempari massa dengan batu. Akibatnya, jalan seputar gedung DPR lumpuh total. Tiga (3) Bom molotov yang dikemas dalam botol tampak mengeluarkan percikan api dan asap hitam. Bom molotov itu tepat ’meledak’ pada jarak 10 meter dari depan barisan polisi. Namun tak ada ledakan keras yang membahayakan. Pletaaak…!

    Polisi kompak bergerak mundur. Namun tidak lama kemudian, polisi yang bermodal helm dan tameng merangsek maju dengan balas melempari massa dengan batu. Perang batu pun berlangsung sengit dari dua kubu, dibatasi pagar gedung DPR setinggi 4 meter. Polisi dan pendemo tidak berhadapan head to head. Belum ada korban luka dari insiden ini.

    Bentrokan mahasiswa dengan aparat kepolisian terjadi setelah mahasiswa merangsek brigade pertahanan polisi yang menjaga gedung parlemen. Mahasiswa kemudian menjebol pagar pembatas jalan tol dalam kota di depan gedung parlemen dan memblokir jalan tol yang mengakibatkan kemacetan kendaraan.

    Di ruas jalan tol dalam kota, mahasiswa membakar ban bekas. Mahasiswa juga melemparkan batu ke arah brigade polisi. Aparat kepolisian yang mengerahkan lebih dari sepuluh kendaraan “water canon” termasuk kendaraan pemadam kebakaran kemudian menyemprotkan air ke kelompok pengunjuk rasa.Mahasiswa kucar-kacir terkena semprotan air dan polisi kemudian memburu mahasiswa sampai ke dalam ruas jalan tol. Setelah mahasiswa kabur, polisi kemudian membersihkan jalan tol dari ban bekas dan bebatuan dengan menyemprotkan air.

    Polisi akhirnya membuka kembali arus jalan tol dalam kota di depan gedung DPR/MPR setelah bersih dari bebatuan dan ban bekas yang dibakar. Selanjutnya, tiga kendaraan “water canon” yang dikerahkan di ruas jalan tol, dan semua kendaraan “water canon” yang dikerahkan untuk menyemprot mahasiswa ditarik kembali ke dalam gedung DPR/MPR.

    Aparat kepolisian yang bersenjata pentungan dan melindungi diri dengan tameng dan helm, juga ditarik lagi ke balik pagar dalam gedung DPR/MPR.

    Di beberapa tempat, pagar pemisah tol dalam kota rusak terkoyak. Kerusakan paling parah terjadi di pagar jalan tol di depan gedung DPR/MPR yakni sejauh 30 meter. Arus jalan tol dalam kota perlahan-lahan mulai bergerak, tetapi ruas jalan dari Semanggi menuju Slipi masih tertutup.

    Aksi mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM itu, tidak saja memporak-porandakan pagar pembatas jalan tol, tetapi juga membobol dan merobohkan pagar gedung DPR/MPR. Pagar kokoh yang terbuat dari besi dengan tiang-tiang beton berkonstruksi kuat, dijebol massa pengunjuk rasa, sebelum mereka dibuat kocar-kacir oleh polisi dengan semprotan air. Petugas Pamdal DPR berusaha mendirikan kembali pagar yang roboh.

    Kelompok pengunjuk rasa yang menolak kenaikan harga BBM tersebut terdiri atas beragam unsur, antara lain Solidaritas Mahasiswa Universitas Nasional (Unas), Jaringan Aktivitas Pro-Demokrasi (Prodem), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), dan Solidaritas Buruh Maritim dan Nelayan Indonesia (SBMNI). Mereka datang ke lokasi demo dengan menggunakan sekitar 30 kendaraan angkutan umum bus sedang seperti metromini dan kopaja.

    Delapan Diamankan

    Polisi menangkap lagi delapan orang di depan gedung DPR RI, Jakarta Pusat karena mereka berbuat anarkhis saat melakukan aksi unjuk rasa untuk menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

    Kedelapan orang ini kini dibawa ke Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Selasa malam dengan satu bus yang dikawal ketat polisi.

    Selain itu, polisi mengumpulkan batu-batuan dan sandal sebanyak setengah bak mobil pick up. Kini delapan orang itu masih diperiksa intensif polisi. Dengan begitu, jumlah yang ditangkap di depan gedung DPR RI telah sebanyak 13 orang karena Selasa sore tadi, polisi juga menangkap lima orang.

    Saat menangkap lima orang itu, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti antara lain puluhan batu/batako, tiga ban bekas, puluhan botol, sejumlah bom molotov, belasan tongkat dan puluhan bendera organisasi massa.

    Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ketut Untung Yoga Ana mengatakan mereka ditangkap sebab telah berbuat anarkhis dengan melempari polisi dengan batu. “Polisi yang memar banyak. Ada satu polisi yang luka tadi bahkan ada wartawan yang luka pula,” katanya.

    Seputar DPR Macet

    Akibat aksi mahasiswa di depan Gedung DPR, buntut kemacetan sudah sampai depan Polda Metro Jaya, Jl Gatot Subroto, Jakarta. Kendaraan yang berada di jalanan seputar Gedung DPR juga terjebak kemacetan.

    Kendaraan dari arah Polda Metro Jaya menuju Slipi sudah sangat padat. Untuk menghindari depan Gedung DPR, pengendara banyak juga yang membelokkan kendaraannya ke arah Gedung TVRI. Namun banyak pengemudi yang berpikiran serupa sehingga macet juga tak terhindarkan di sepanjang jalan tersebut.

    Dari pantauan sekitar pukul 15.30 WIB, pertigaan Jl Asia Afrika (depan Hotel Mulia), juga terjadi kemacetan. Kendaraan dari Plasa Senayan yang hendak menuju Jl Gatot Subroto arah Pancoran agak lancar selepas pertigaan tersebut.

    Sementara itu, dari Palmerah menuju Jl Gatot Subroto, hanya tersendat di belakang Gedung DPR. Dari pertigaan Asia Afrika yang menuju Palmerah juga macet total.

    Hingga pukul 15.40 WIB, pintu keluar tol Senayan masih ditutup oleh polisi. “Ini untuk menghindari kemacetan bertambah parah di depan Gedung DPR,” kata Yohanes, petugas TMC yang dihubungi.**

  • 24/06/08 12:25 Jakarta (ANTARA News) – Ratusan orang yang tergabung dalam Jaringan Aktivis Lintas Generasi

    24/06/08 12:25

    Jakarta (ANTARA News) – Ratusan orang yang tergabung dalam Jaringan Aktivis Lintas Generasi melakukan aksi jalan kaki di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, sehingga membuat Jalan HR Rasuna Said di jalur dari arah Menteng ke Mampang menjadi macet.

    Para pengunjuk rasa itu bermaksud untuk menuju Kantor PT Freeport yang terletak di Plaza 89 di Jalan HR Rasuna Said Kavling X-7 No 6, Jakarta Selatan.

    Mereka menginginkan agar perusahaan pertambangan Freeport segera dinasionalisasi sehingga bisa digunakan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat.

    Setelah sampai di depan Plaza 89, para pendemo melakukan aksi coret-coret mengecam Freeport dan juga mencoba menjatuhkan gerbang gedung tersebut. Dari Plaza 89, massa berencana bergerak ke Gedung DPR/MPR.

    Tidak tampak adanya pengawalan yang ketat dari pihak kepolisian berseragam. Namun, Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya mengemukakan, aksi tersebut dijaga dari kejauhan oleh petugas Polsek Metro Setiabudi dibantu jajaran petugas Polda Metro Jaya.

    Massa berjalan kaki sambil meneriakkan yel-yel dan menyanyikan sejumlah lagu perjuangan.

    Selain itu, terdapat pula berbagai spanduk dan banyak bendera kuning sebagai bentuk duka cita atas meninggalnya mahasiswa Unas, Maftuh Fauzi, di Rumah Sakit Pusat Pertamina pada 20 Juni 2008.

    Maftuh yang merupakan mahasiswa Unas angkatan 2003 itu juga merupakan salah seorang mahasiswa yang ditangkap saat petugas kepolisian menyerbu demo kenaikan harga BBM di kampus Unas di Pejaten, Jaksel, pada 24 Mei 2008.

    Sebelumnya, ratusan orang dari Jaringan Aktivis Lintas Generasi itu telah menginap di Tugu Proklamasi Menteng, Jakarta Pusat, sejak Minggu (22/6). Mereka bermaksud untuk mendemo Kantor PT Freeport dan Gedung DPR/MPR pada Selasa (24/6) ini.

    Mereka menuntut agar pemerintah membatalkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan agar kasus wafatnya mahasiswa Unas, Maftuh Fauzi, segera diusut tuntas.

    Selain itu, mereka juga menuntut agar aset perusahaan pertambangan asing seperti Freeport dan Exxon segera dinasionalisasi oleh pemerintah untuk digunakan sepenuhnya bagi kepentingan rakyat.(*)

  • Peneliti Namru Masa Bodoh pada Prioritas Kesehatan Indonesia

    Jakarta – Menjalin kerjasama dengan The US Naval Medical Reseach Unit (Namru)-2 dinilai banyak ruginya. Para peneliti AS masa bodoh pada prioritas penelitian kesehatan di Indonesia.

    “Mereka enggan untuk mencari tahu prioritas permasalahan kesehatan di Indonesia. Sehingga topik penelitian lebih ke arah minat dan keperluan mereka sendiri,” ujar Kepala Litbang Departemen Kesehatan Triono Soendoro.

    (more…)

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?