Tag: Pidato Politik

  • PIDATO SAMBUTAN PERDANA MENTERINEGARA FEDERAL REPUBLIK PAPUA BARÀt PADA PERAYAAN HUT NFRPB YANG KE-11 TANGGAL 19 OKTOBER 2022

    (19 Oktober 2011-2022)

    Pertama tama

    Saya EDISON K WAROMI selaku perdana Menteri Negara Federal Republik Papua Barat Hasil Kongres Papua Barat tanggal 19 Oktober 2011 menyapa kita semua dengan Salam Kebangsaan kita ……..

    Wa, Wa, Wa, Wa, Waaaa….

    Tabea… Mahikai… Wanyambe… Asalamualaikum… Shalom dan Salam Sejahtera bagi kita sekalian Bapa YAHWEH ELOHIM menyertai kita sekalian Saudara sebangsa dan setanah air Papua Barat.

    Sebelumnya mari kita terlebih dahulu mengenang Arwah para pahlawan yang telah gugur mendahului kita di medan juang Marilah kita mengheningkan Cipta……………. Selesai,

    SYUKUR BAGIMU TUHAN,

    Pertama-tama Patut kita panjatkan puja dan Puji syukur kehadapan Bapa YAHWEH Elohim Israel dan Elohim bangsa Melanesia di West Papua atas Kasih dan Rahmat-NYA sehingga Acara perayaan HUT ke 11 Deklarasi Negara Federal Republik Papua Barat pada hari ini Rabu tanggal 19 Oktober 2022 dapat kita rayakan. .

    Hadirin dan Hadirat yang kami muliakan.

    Tidak Terasa kita telah merayakan Deklarasi Pemulihan Bangsa west Papua yang ke 11 pada hari ini 19 Oktober 2022.

    Momentum bersejarah Tanggal 19 -Oktober 2011 di lapangan Zakeus padang Bulan Abepura Tanah Tabi adalah Deklarasi yang berdarah, mengapa karena telah memakan korban jiwa dan Harta benda dan membawa konsekuensi hukuman Penjara namun secara politik patut disebut Deklarasi Pemulihan Bangsa Papua sebagai momentum bersejarah tapi juga langka strategis dari sebuah Tonggak sejarah panjang gerakan perjuangan menuju pembebasan yang telah dimulai dengan sebuah landasan hukum melalui manifesto Politik 19 Oktober 1961, sebagai Manifesto Politik bangsa West Papua yang sedang disiapkan menjadi sebuah Negara merdeka yang akan dimerdekakan menjadi Negara yang Merdeka dan Berdaulat penuh.

    Sebagai wujud dari implementasi Hak penentuan Nasib sendiri bangsa West Papua oleh pemerintah kerajaan BELANDA yang saat itu disebut Netherlands New Guinea sebagai Provinsi seberang lautan dari pemerintahan Kerajaan Belanda.

    Namun sejarah dunia mencatat lain karena EMBRIO Negara West Papua yang dipersiapkan melalui Nieuw Guinea Raad atau Parlemen Nasional West Papua dikubur Akibat Politik ekspanslonis Soekarno melalui Trikora 19 Desember 1961 dengan dukungan penuh blok Timur Comunis Uni Soviet dan Komunis Cina.

    Bukan sampai disitu saja tapi akibat sumber Daya alam Papua yang kaya raya yaitu Tambang tembaga Perak, dan Emas dari Gunung Emas NEMANGKAWI yang terkenal dengan nama ERSTBERG dan GRASS BERG TEMBAGAPURA dari Hasil penemuan Ahli geologi pertambangan belanda DOZY tahun 1936 dan penemuan Minyak bumi di kepala burung (Vogel Koop) yaitu Klamono dan sele,mogoy,wasian hasil survey ahli geologi belanda tahun 1924 disusul penemuan tahun1939, tahun 1941.

    Akibat Tambang minyak di kepala burung (Vogel koop) dan tambang tembaga, perak dan emas dari Gunung Nemangkawi membuat ALLEN DULLES Direktur Central Inteligen Amerika serikat (CIA) dan waktu itu juga ALLEN DULLES bekerja sebagai Advokat di Eropa pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Firma Sulivan dan Cromwel, Firma hukum dari walistreet sebagai Resepsi perseroan Minyak Rockkefeller. Akibatnya Dag Hamardjold ditembak dengan 15 diplomat PBB di Kongo tahun1961 dengan kecelakaan pesawat karna bagi Dag Hammarjold sekjen PBB waktu itu berencana mengambil alih papua tahun 1962 untuk dimerdekakan karena DAG HAMMARDJOLEC telah merencanakan sebuah proyek yang dinamakan OPEX PLAN yang melibatkan pejabat PBB pada departemen negara Negara baru selama jangka waktu 6 tahun dan telah dimulai di Afrika tahun 1961dan Papua Barat telah dimasukan sebagai salah satu Negara yang dimaksudkan bangsa papua dan kaum pribumi akan diberikan kemerdekaan dengan menyisihkan kedua pihak Indonesia dan Belanda dan bagi Dag Hamardjold pada sidang PBB berikutnya akan diumumkan maksudnya sidang PBB tahun 1962 tapi Rencana DAG HAMMARDJOLD ditentang oleh ALLEN DULLES sebagai ancaman terhadap pelaksanaan siasat, soekarno digulingkan karena bagi Allen Dulles soekarno itu komunis dan hasil pertemuan Soekarno dan Jhon F Kennedy ditentang oleh Kongres Amerika serikat.

    Politik perang dingin telah usai yakni Blok barat dibawah komando Amerika serikat dan sekutu Eropa yang berhadapan dengan Biok komunis (Ini Soviet, China,eropa timur) harusnya west Papua tidaklah terus menjadi korban kepentingan global yakni Kapitalisme, militerisme, Fasisme, dan sekarang politik oligarki birokrasi yang berkombinasi dengan para bisnis baru saja kita sekarang mengalami perubahan geopolitik dunia AUKUS Australia, United Kingdom dan United State of Amerika yang disebut indo Pasifik blok baru sekarang menghadapi Kekuatan China,Rusia,dan kekuatan Raja Arab Saudi

    Apakah smelter di gresik dari tambang Gunung Emas Nemangkawi, Blok wabu menjadi Global politik perang dingin yang baru lagi dan akankah papua terus menjadi korban

    Kiranya Jalan kita West Papua Sejarah telah membalikan keadaan kita, mengapa karena Masalah papua hampir 60 tahun sejak 1961 sekarang telah menjadi bagian Pidato sekjen PBB Antoni Guteres dalam sesi sidang tahunan majelis umum PBB di tahu ini 2022 pada bulan September lalu

    Saudara sebangsa dan setanah air West Papua

    Pada kesempatan ini bahwa sebagai Pelaksana mandate dari Amanat Kongres Papua 3 Negara Federal Republik tetap Survive dan berlegitimeid sejak 2011 sampai hari iniwalau perbedaan pendapat menjadi bagian dinamika dari identitas Melanesia itu adalah Anugrah dalam menghadapi dinamika organisasi dan itulah demokrasi,Federal state perlu menjadi role model dari Multi sub etnik budaya melanesia di west papua menjadi tawaran Ideal dalam menjawab tuntutan kebutuhan politik dan tahapan diplomasi West Papua di Melanesia Pasific Island Forum, Africa , Caribbean Pacific, International, bahkan Perserikatan bangsa bangsa.

    Deklarasi 19 Oktober 2011 menjadi momentum kebutuhan POLITIK sekaligus menjadi solusi dari pergumulan panjang bangsa west Papua dari Manifesto politik 19 oktober 1961.

    Hadirin yang kami muliakan,

    Selaku Perdana Menteri NFRPB sebelas Tahun ini saya mau memanfaatkan momentum historis ini hendak menjelaskan kepada semua kita bahwa mempertahankanDeklarasi NFRPB bukan perkara mudah apalagi hendak memperjuangkan PENGAKUAN DEKLARASI 19 Oktober 2011 kepada NKRI,Namun yang patut kita meraih pengakuan sesame Faksi pejuang untuk saling menerima dan saling mengakui bahwa persatuan dan Agenda perlu mendapat tempat dalam keberagaman kita sebagai Asset bangsa bukan menjadi alat devide et impera atau alat pemecah kita perlu terbenam didalan Nasionalime Papua yang luas dan bertanggung Jawab.

    Hadirin yang kami muliakan,

    Sebagai Responsbility politik terhadap Amanat Rakyat West Papua dari Negara Federal,ditengah corona virus 19 atau COVID 19,dan juga dunia dihadapkan dengan inflasi dan stgfiasi dunia yang kini semakin tidak menentu namun kerja kerja dan peran Federal state tidak otomatis menjadi berhenti,sejarah yang ditoreh adalah :

    (a). Peran Negara Federal dalam PANSUS KONSTITUSI demi Penyusunan Konstitusi Sementara Provisional GOVERNMENT ULMWP dalam PREAMBULE Pembukaan Konstitusi Deklarasi 19 Oktober 2011 mendapat pengakuan konstitusional.

    (b). Peran Negara Federal dalam PANSUS UU TURUNAN KONSTITUSI SEMENTARA ULMWP.

    (c). Peran Negara Federal dalam mengamankan Paket Diplomasi Presiden Sementara ULMWP Tuan Presiden BENNY WENDA PIF, ACP dan Komisi Tinggi HAM PBB.

    (d). Mengawal Kebijakan Diplomasi Tuan Presiden INTERIM PROV. Government di dalam GREEN STATE VISION pada November tahun lalu di SCOTLAND bersama Dewan Gereja Pacific.

    (e). Mendukung penuh seluruh kebijakan hukum dan politik Tuan Presiden. pertentangan yang hebat namun Deklarasi Saralana 6 Desember 2014 lahir ULMWP, Desember 2017.

    KTT ULMWP hadir menjawab tuntutan bylaws ULMWP, melanjutkan kepemimpinan2017-2020, KTT-Luar biasa ULMWP 2020 meng-upgrade status hukum dari lembaga koordinatif menjadi Pemerintahan Sementara ULMWP artinya roh persatuan tetap ada di dalam nya dan kepemimpinan dilanjutkan sampai KTT Normal di Vanuatu jadi Selaku Perdana Menteri di Federal State apapun dinamika dari kebutuhan diplomasi ULMWP tidaklah menggeser prinsip federal state mengapa, Karena preamble atau pembukaan/mukadimah dari upgrade konstitusi telah mengakui Deklarasi Negara Federal dan tentunya prinsip federal, dan bukan hanya federal namun mengakui peristiwa politik lainnya, 1 July 1971, 14 Desember 1988, Manifesto politik1961, 27 November 1996, Kongres 2000, dan peristiwa lainnya.

    Sebagai Perdana Menteri Federal Papua Barat di HUT yang ke 11 ini, mari terus mendukung Hasil sidang Komite Legislatif ULMWP tahun 2020 dan Hasil KTT-LB ULMWP dengan semua kebijakan Pemerintahan Sementara melalui kepemimpinan Tuan Presiden Benny Wenda untuk menjawab tuntutan diplomasi sampai KTT Normal dan kerja nyata menuju KTT Normal.

    Di akhir sambutan, Selaku PM Federal State dan Salah satu Declarator SARALANA , Declarator Konstitusi Pemerintahan Sementara United Liberation Movement for West Papua menyatakan:

    (1). Menyampaikan Terima kasih Yang Tak terhingga kepada Honorable ANTONI GUTERES Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas sambutan dalam sidang Tahunan PBB ke 77 General ASSEMBLY pada September 2022 di MARKAS PBB NEW YORK dimana West Papua Sebagai Wilayah konflik yang paling panjang dalam sejarah abad ini dan dinyatakan Wilayah DARURAT KEMANUSIAAN.

    (2). UCAPAN TERIMAKASIH YANG TAK TERHINGGA Kepada KOMISI TINGGI HAM PBB GENEWA.

    (3). UCAPAN TERIMA KASIH Kepada MR PRESIDEN MARSHAL ISLAND atas PIDATO SITUASI HAM WEST PAPUA dalam Sidang General ASSEMBLY PBB September 2022.

    (4). UCAPAN TERIMA KASIH Kepala Negara FEDERASI MICRONESIA yang telah mengangkat Masalah West Papua di GENERAL ASSEMBLY Perserikatan Bangsa-Bangsa September 2022 di New York.

    (5). UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Dewan Gereja Sedunia (WCC) atas advokasi Masalah HAM di West Papua.

    (6). Selaku PM NFRPB, Menolak DIALOG yang difasilitasi KOMNAS HAM RI dan atau DIALOG dalam Kerangka NKRI, melainkan NEGOSIASI yang DIMEDIASI PBB, sesuai KOMUNIKE PACIFIC TUVALU September 2019,

    (7). Mendesak PEMERINTAHAN Presiden Indonesia mengizinkan Kunjungan Komisi tinggi HAM PBB ke Tanah West Papua atas KEJAHATAN KEMANUSIAAN WEST PAPUA.

    Akhirnya, selamat Merayakan HUT ke 11 dengan Thema: NFRPB terus mengokohkan persatuan dan kesatuan mendukung kerja-kerja ULMWP dan atau Provisional Government untuk terus memperjuangkan Hak Penentuan Nasib sendiri demi mewujudkan pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan penuh Negara West Papua yang Merdeka dan berdaulat Penuh.

    NUMBAI, 19 OKTOBER 2022

    Tertanda PM NFRPB
    EDISON WAROMI, S.H

  • Presiden Sementara: Merayakan HUT ke-51 Proklamasi Kemerdekaan OPM

    Presiden Sementara: Merayakan HUT ke-51 Proklamasi Kemerdekaan OPM

    Hari ini kita merayakan hari jadi ke-51 deklarasi kemerdekaan Gerakan Papua Merdeka (OPM) di Markas Victoria pada 1 Juli 1971. Deklarasi yang ditandatangani oleh Seth Rumkoren dan Jacob Prai – yang meninggal dunia bulan lalu – merupakan penolakan langsung terhadap kolonialisme Indonesia. Ini mengirim pesan yang kuat ke Jakarta: kami, orang-orang West Papua, berdaulat di tanah kami sendiri, dan kami tidak mengakui pendudukan ilegal Anda atau ‘Tindakan Tanpa Pilihan — Pepera ’ 1969.
    Sejak saat itu, kami telah berjuang untuk kemerdekaan West Papua. Melalui perang gerilya, OPM telah membantu menjaga api perjuangan kemerdekaan tetap hidup. Mereka adalah penjaga rumah kita, membela tanah kita dan memperjuangkan kedaulatan yang dirampas dari kita oleh Jakarta.
    Hari ini adalah momen bagi semua orang West Papua untuk merenungkan perjuangan kami dan bersatu dengan tekad untuk menyelesaikan misi kami. Baik Anda yang diasingkan di luar negeri, di kamp-kamp pengungsian, anggota Tentara West Papua , atau dipindahkan secara internal oleh pasukan kolonial, kita semua bersatu dalam satu semangat dan bertekad untuk memerdekakan West Papua dari penjajahan Indonesia.
    OPM meletakkan dasar bagi perjuangan politik yang sedang diperjuangkan oleh Pemerintahan Sementara. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar kita , Pemerintahan Sementara mengakui semua deklarasi sebagai momen vital dan bersejarah dalam perjuangan kita. Setelah mendeklarasikan pemerintahan sementara kami, kabinet kami, sayap militer kami, dan tujuh eksekutif regional kami, kami siap untuk mengambil alih urusan kami sendiri.
    Saya juga ingin menggunakan momen ini untuk membuat dua pengumuman baru tentang Pemerintahan Sementara. Pertama, saya mengumumkan pembentukan departemen baru, yaitu Departemen Intelijen. Seperti halnya departemen kami yang ada, itu akan beroperasi di tanah West Papua yang diduduki, dan memperkuat tantangan kami terhadap kolonialisme Indonesia. Selain itu, saya juga mengumumkan bahwa kami telah menunjuk anggota eksekutif untuk masing-masing dari tujuh badan regional yang kami dirikan pada Desember 2021. Dengan setiap langkah maju, kami membangun kapasitas dan infrastruktur kami sebagai Pemerintahan Sementara.
    Lebih dari lima puluh tahun sejak proklamasi 1971 , misi rakyat kita adalah sama. Kami menolak kehadiran Indonesia di West Papua, yang ilegal menurut hukum internasional. Kami tidak mengakui ‘Otonomi Khusus’, lima provinsi baru, atau hukum kolonial Indonesia lainnya; kami memiliki Undang-Undang Dasar kami sendiri.
    Saya kembali menegaskan seruan saya kepada Presiden Widodo untuk duduk bersama saya dan membahas referendum kemerdekaan. Ini tetap sebagai satu-satunya jalan menuju solusi damai.
    Interim President
    Pemerintahan Sementara ULMWP
    ______________
  • Gen. WPRA Mathias Wenda, Selamat Terpilih Kembali menjadi Perdana Menteri Papua Timur

    Gen. WPRA Mathias Wenda, Selamat Terpilih Kembali menjadi Perdana Menteri Papua Timur

    General WPRA Mathias Wenda dari Markas Pusat Pertahanan (MPP) West Papua Revolutionary Army (WPRA)  menyampaikan Surat Selamat atas kemenangan menjadi Perdana Menteri terpilih Hon. Peter O’Neill MP pada tanggal 3 Agustus 2017 dan disumpah sebagai PM Papua New Guinea pada tanggal yang sama.

    Dalam surat dimaksud disebutkan kepercayaan rakyat Papua di bagian timur pulau New Guinea menunjukkan ada restu langsung dari Sang Klalik Langit dan Bumi pulau kita, karena apa yang telah dimulai yang terhormat Perdana Menteri Papua New Guinea selama lima tahun lampau telah membawa banyak manfaat bagi bangsa Papua di pulau New Guinea di bagian Timur dan Barat pulau ini.

    Sebagai orang tua, dan sebagai pemimpin revolusi bangsa Papua di bagian barat Pulau New Guinea, Gen. Wenda menyebutkan sejumlah hal yang telah dilakukan oleh Peter O’Neill selama ini, yaitu pertama-tama dan terutama, mengakui secara terbuka di depan para kum ibu dari gereja-gereja di Papua New Guinea pada saat mereka melakukan demonstrasi di hadapapan yang terhormat PM Papua New Guinea, bahwa “ya benar ada masalah pelanggaran HAM di West Papua, dan hal itu perlu di-address“.

    Pengakuan tentang “ada masalah di West Papua, masalah Hak Asasi Manusia di Tanah Papua, pengakuan seorang pemimpin politik, pemimpin negara di pulau New Guinea atas masalah yang telah lama, selama para perdana menteri sebelumnya selalu disembunyikan, dianggap sebagai aib, diperlakukan sebagai berita pembawa kutuk atau malapetaka, adalah sebuah tindakan bersejarah, bermartabat dan akan dikenang semua anak-cucu bangsa Papua di pulau New Guinea.

    Pengakuan atas situasi real di atas tanah leluhur bangsa Papua menjadi pintu masuk, dan sekaligus pintu keluar bagi persoalan HAM dan perjuangan kemerdekaan bangas Papua di bagaian Barat pulau New Guinea yang telah melewati setengah abad ini. Menyusul pengakuan yang terhormat Peter O’Neill telah terjadi peristiwa-peristiwa yang kami bangsa Papu adi bagian barat menyebutnya sebagai “mujizat-mujizat” susulan, yang kami sebut sebagai perkembangan lanjutan sampai kepada Komunike MSG (Melanesian Spearhead Group) dan Resolusi PIF (Pacific Islands Forum), disusul dengan pembentukan ULMWP (United Liberation Movement for West Papua) dan PICWP (Pacific Islands Coalition for West Papua).

    Hal kedua yang saya, Gen. Mathias Wenda sebagai orang tua catat adalah langkah yang terhormat O’Neill untuk menerapkan “politics of engagement”, bukan “politics of blame” atau “politics of pointing fingers”. “Politics of engagements” adalah pendekatan politik mutakhir, yang diterapkan oleh banyak pemimpin modern,  yang telah banyak membawa manfaat stabilitas kawasan dan kedamaian hidup.

    Kami sebagai orang tua, yang memegang komando perjuangan kemerdekaan West Papua telah menekan dan memerintahkan kepada seluruh pejuang Papua Merdeka, atau perjuangan saya politik Papua Merdeka supaya mengikuti dan menindak-lanjuti pendekatan yang telah dengan jelas-jelas ditunjukkan oleh PM Peter O’Neill selama ini. Kami juga berdoa agar anak-anak pejuang Papua Merdeka akan mengikuti langkah PM O’Neill di masa lima tahun mendatang.

    Tindakan gertak sambal, ancam-mengancam, emosional dan saling menuduh adalah cara-cara berkomunikasi nenek-moyang kita, yang kita juga warisi saat ini. Tetapi dalma konteks peta politik global dan kawasan, kita perlu dengan arif belajar dari peraban modern dalam cara kita berkomunikasi dan melakukan dialgoue. Langkah O’Neil’ akan terus kami dukung, sampai Papua Merdeka, berdaulat di luar NKRI.

    Yang ketiga, selain mengikuti trend diplomasi dan politik modern, PM O’Neill selama ini mengedepankan kearifan lolak milik bangsa Papua, menggunakan pendekatan komunikasi dan komunikasi, yang dikenal di budaya Melayu sebagai Musyawarah untuk Mufakat. Saya harus akui, slogan “musyawarah untu mufakat” hanya ada dalam istilah dan kata-kata di Indonesia, akan tetapi hal ini nyata dan dipraktekkan oleh yang terhormat Peter O’Neill sendiri selama ini dan disaksikan oleh sekalian manusia di dunia.

    Dalam surat ini, Gen. Wenda juga menyampaikan terimakasih kepada Peter O’Neill yang telah memberikan hak kepada bangsanya sendiri dari bagian barat pulaunya sendiri, untuk menjadi Warga Negarea Papua New Guinea. Sudah lama kita diberitahu oleh para penjajah bahwa orang West Papua itu pengungsi, orang asing, pendatang. Padahal kita semua tahu, bahwa semua orang pulau New Guinea ialah orang tuan-tanah di pulau ini. Padahal kita semua tahu bahwa para pendatang adalah orang Australia, orang Eropa, orang Melayu Indonesia dan Malysia, mereka itu pendatang, mereka itu mengungsi ke pulau kami untuk tebang-tebang kayu, gali-gali emas dan perak, bawa pergi semua kekayaan alam kami, menduduki tanah kami, menghabisi jumlah bangsa Papua, dan mengakhiri ras Melanesia.

    Perjuangan Papua Merdeka saat ini dilakukan lewat ULMWP sebagai wadah politik. Walaupun badan ini masih berstatus Non-Governmental Organisation, kami terus mendorong agar status organisasi ini kami tingkatkan menjadi Provinsional Government of West Papua, sehingga dalam diskusi dan diplomasi regional, ULMWP bisa terlibat secara bertanggungjawab dan bermartabat, dan dapat mengikuti langkah-langkah PNG dalam melakukan dialogue dengan NKRI.

    Kami laporkan dalam kesempatan ini tentang Peta Politik PAN Indonesia, atau disebut juga The Great Indonesia, yaitu sebuah wilayah mencakup Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, West Papua, Papua New Guinea dan Solomon Islands. Inilah yang mereka sebut sebagia “The Great Indonesia’ sebagaimana selalu dinyanyikan dalam National Anthem, “Great Indonesia”. Politik NKRi dan para politisi mereka tahu, Indonesia belum “Great” kalau seluruh pulau New Guinea belum dikuasai secara politik, ekonomi dan hukum.

    Mereka selalu mengatakan seperti ini,

    “If I can conquer occupy, , dominate, Papuans in West Papua and extract and take benefits of natural resources there, then what is the reason for anyone to suggest to me that I cannot do just the same in the whole Island?”

    Bukan itu saja, mereka juga sering katakan kepada pemimpin di Australia, Amerika dan Eropa dengan menunjuk jari kepada teman kami di Papua New Guinea seperti ini,

    “If PNG itself is failing in its national development, and becoming one of the poorest countries in the world, then what is the point giving the other half of the same island an independent status?. They are better off controlled by us, Australia shouldn’nt have gave them independent status in 1975. They are cannibals, they think and talk about wars and tribal battles better than thinking about running a modern nation-state”

    Tetapi semua pihak tahu, yang terhormat Pter O’Neill tahu, kami di West Papua semua tahu, perjuangan ini bukan kami lakukan karena mereka Melayu dan kami Melanesia. Sama sekali tidak! Perjuangan ini kami lakukan, pertama-tama karena

    “there is a sin committed by the Indonesians in running the so-called Act of Free Choice”. This is not just an error, it is a sin before God, Our Creator and Protector. They have lied to many parties involved in the act that all Papuans in West Papua chose to be happy with Indonesia. Which is a total lie.

    Oleh karena itu, pertanyaan kita generasi ini ialah, “Apakah kita harus membiarkan sebuah perbuatan dosa terhadap sebuah bangsa dan sebuah ras ini menjadi sesuatu yang sudah berlalu dan dibarkan supaya dilupakan begitu saja? Bagaimana dengan pengalaman teman-teman Aborigine yang telah diduduki selama berabad-abad lamanya? Pernahkan mereka lupakan? Bagaimana pengalaman teman-teman kami di Selandia Baru dan Amerika Utara?

    Bukan hanya dosa lama, setiap hari kita bangsa Papua terus berkurang jumlah, di satu sisi Indonesia setiap hari mengkampanyekan Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah orang Papua di tanah leluhur kita, di sisi lain mereka bunuh orang Papua secara terbuka dan yang terhormat Peter O’Neill bisa dapat informasi pembunuhan orang Papua hampir setiap hari. Itu berita-berita pembunuhan terbuka, dengan peluru tajam, dilakukan oleh aparat tentara dan polisi NKRi, disaksikan oleh banyak orang, dirawat dan dimandikan mayat-mayat mereka di rumah sakit dan di lapangan terbuka.

    Yang terhormat PM Pter O’Neill juga telah baca banyak laporan hasil studi ilmiah yang menyebutkan penduduk Melanesia di bagian barat pulau New Guinea sudah akan punah dari tanah laluhurnya pada tahun 2030.

    Apakah ini belum berarti bahwa bangsa Papua di pulau New Guinea timur juga akan terkena imbasnya? Saya tahu, bahwa PM Peter O’Neill adalah diplomat ulung Melanesia saat ini, dan pasti akan mengambil langkah-langkah.

    Ada pepatah Melayu mengatakan begini, “Berani karena benar, takut karena salah”, artinya walaupun Indonesia mengancam bunuh kita, walaupun Indonesia meneror, walaupun Indonesia menekan, walau bagaimanapun, kalau kita benar, marilah kita berani.

    Selama lebih dari 40 tahun ini, pemimpin di pulau New Guinea secara keseluruhan hidup dalam ketakutan. Gerakan gertak sambal, tindakan teror telah membuat bangsa Papua dihantui oleh rasa takut kalau-kalau Indonesia bisa bunuh kita. Yang terhormat Peter O’Neill sudah jelas-jelas menunjukkan sikap ‘tidak takut’, karena benar.

    Kami dari Tentara Revolusi West Papua (West Papua Revolutionary Army) selalu berdoa dari hutan rimba New Guinea agar kiranya Tuhan melimpahkan akal budi, dan berkat, kekuatan dan kesehatan, untuk selalu menggali kearifan peninggalan nenek-moyang kita, dengan juga merangkul perkembangan yang terjadi belakangan ini dalam menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi, dalam hidup kita ini.

    Apa yang akan kita jawab kepada anak-cucu kita nanti, kalau mereka bertanya kepada kita setelah kita mati, “Bapa/ Mama, apa yang telah kau lakukan untuk bangsamu, tanah leluhurnya, selama memagang kekuasaan yang dapat menentukan nasib bangsa dan tanah laluhur kami”, Apakah kami akan jawab, “Bapa/ Mama takut sama NKRI, Indonesia jahat dan kejam, bapa/ maka takut, jadi tidak bisa buat apa-apa?”

    Sejarah hidup ini tidak hanya berakhir setelah kita dikuburkan, kita akan melanjutkannya di alam baka. Pekerjaan yang telah kita mulai 5 tahun terakhir akna terus kita lanjutkan sampai West Papua benar-benar merdeka, berdaulat di luar NKRI.

    Saya sebagai Panglima Tertinggi Komando Revolusi WPRA, yang selama hampir 50 tahun bergerilya di hutan rimba New Guinea mengirimkan doa restu kepada mu Yang Mulia Perdana Menteri Papua New Guinea, Peter O’Neill dengan doa dan air mata, untuk terus berjuang untuk bangsamu dan tanah leluhurmu. Lupakan dan buang jauh-jauh batas-batas wilayah negara buatan para penjajah. Lihat dan baca kembali sejarah kehadiran dan keberadaan bangsa kami di pulau kami. Dan mereka akan datang dengan “Full Force” untuk mendorong dan menopangmu saat berarya dan melindungi-mu saat dibutuhkan. Ini hal yang nyata, pengalaman sehari-hari bagi saya, dan itu pasti juga menjadi pengalaman kita semua yang menentang kekuatan pendukung dan pemupuk terorisme terbesar sedunia, INDO-NESIA.

    Saya mau sampaikan sebuah realitas yang mutlak, bukan realias “bayangan” atau realitas “cita-cita”, yaitu bahwa “INDONESIA” itu sebagai sebuah bangsa, sebagai sebuah wilayah tanah leluhur dan sebagai sebuah realias sosial-politik TIDAK PERNAH ADA di dunia saat ini. Yang ada ialah sebuah “imagined society”. Sebaliknya, Melanesia dan New Guinea ialah sebuah realitas mutlak, sebuah kodrat, sebuah dunia citaan Allah Bapa di Surga. Apakah dengan mendukung Indonesia ciptaan para penjajah kita melanggar dunia ciptaan Tuhan. Apakah dengan menyebut orang Papua di West Papua sebagai orang Indonesia kita secara sadar dan terbuka melanggar hukum penciptaan Allah?

    Inonesia is not a final entity, it is just an “imagined community” as already stated many years ago many by Bennedict Anderson. We do not want to be scared of the imagined entity, a fictional nation-sate, a dream nation-state. Yes Indonesia is politically mapped in world political map, but Indonesia does not exist in God’s created map

    Demikian dan salam hormat, demi nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, Bapa Khalik Langit dan Bumi, nenek moyang, tanah leluhur, seluruh orang Melanesia yang pernah lahir dan yang akan lebir, yang telah meninggal dan yang masih hidup, atas nama segenap komunitas makhluk penghuni Pulau New Guinea,

    Disampaikan di: Markas Pusat Pertahana
    Pada Tanggal: 4 Agustus 2017

     

    Mathias Wenda, Gen. WPRA
    NBP: A.001076

     

     

     

  • Teks Lengkap Pidato Inaugurasi Donald Trump

    Presiden AS, Donald Trump (Foto: USA Today)
    Presiden AS, Donald Trump (Foto: USA Today)

    WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump, menyampaikan pidato sesaat setelah dilantik dengan penekanan pada kembalinya kekuasaan kepada rakyat dan kepentingan AS nomor satu.

    Dengan gayanya yang khas, dengan tangan yang tidak pernah diam saat ia berbicara, Donald Trump menegaskan bahwa hari-hari mendatang adalah hari-hari yang berbeda bagi rakyat AS.

    “Upacara hari ini, bagaimanapun, memiliki makna sangat khusus. Karena hari ini kita tidak hanya mentransfer kekuasaan dari satu pemerintahan kepada yang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain – tetapi kami sedang memindahkan kekuasaan dari Washington, DC dan memberikan kembali kepada Anda, Rakyat Amerika,” kata dia, selepas tengah hari, Jumat (20/1) waktu Washington DC.

    “Sudah terlalu lama, sebuah kelompok kecil di ibukota negara kita  menuai manfaat dari pemerintahan sedangkan rakyat yang menanggung biayanya. Washington berkembang – tetapi rakyat tidak mendapat bagian kekayaan,” kata dia.

    “Bahwa semua perubahan – mulai di sini, dan sekarang, karena saat ini adalah milik Anda,” tutur dia.

    “Apa yang benar-benar penting adalah bukan partai yang mengontrol pemerintah, tapi apakah pemerintah kita dikendalikan oleh rakyat,” ia menambahkan.

    “Pria dan perempuan yang selama ini terlupakan, tidak akan dilupakan lagi, kata dia pada bagian lain pidatonya.

    “Mulai hari ini, visi baru akan mengatur tanah air kita.”

    “Mulai saat ini, Amerika menjadi yang pertama.”

    Berikut ini teks pidato lengkap Donald Trump, yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris. (Teks asli dalam bahasa Inggris disajikan di bawah terjemahan ini).

    Hakim Agung Roberts, Presiden Carter, Presiden Clinton, Presiden Bush, Presiden Obama, rakyat Amerika, dan rakyat dunia: terima kasih.

    Kita, rakyat Amerika, kini bergabung dalam upaya nasional yang besar untuk membangun kembali negara kita dan untuk mengembalikan janjinya untuk semua rakyat kita.

    Bersama-sama, kita akan menentukan jalannya Amerika dan dunia untuk tahun-tahun mendatang.

    Kita akan menghadapi tantangan. Kita akan menghadapi kesulitan. Tapi kita akan menyelesaikan pekerjaan.

    Setiap empat tahun, kita berkumpul untuk proses ini melaksanakan transfer kekuasaan yang tertib dan damai, dan kita berterima kasih kepada Presiden Obama dan Ibu Negara Michelle Obama untuk bantuan murah hati mereka sepanjang transisi ini. Mereka hebat.

    Upacara hari ini, bagaimanapun, memiliki makna sangat khusus. Karena hari ini kita tidak hanya mentransfer kekuasaan dari satu pemerintahan ke yang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain – tetapi kita sedang memindahkan kekuasaan dari Washington, DC dan memberikan kembali kepada Anda, Rakyat Amerika.

    Sudah terlalu lama, sebuah kelompok kecil di Ibu Kota negara kita menuai manfaat dari pemerintahan sedangkan rakyat yang menanggung biayanya.

    Washington berkembang – tetapi rakyat tidak bertambah kekayaannya.

    Politisi makmur – tetapi lapangan kerja lenyap, dan pabrik-pabrik ditutup.

    Kalangan mapan melindungi dirinya sendiri, tetapi bukan melindungi warga negara.

    kemenangan mereka bukan kemenangan Anda, kejayaan mereka bukan kejayaan Anda; dan sementara mereka merayakannya di Ibu Kora, hanya sedikit perayaan bagi mereka yang berjuang untuk keluarganya di seluruh tanah air kita.

    Semua berubah – mulai di sini, dan sekarang, karena momen ini adalah momen Anda: itu milik Anda.

    Ini milik semua orang yang berkumpul di sini hari ini dan semua orang yang menonton di seluruh Amerika.

    Ini adalah hari Anda. Ini adalah perayaan Anda.

    Dan ini, Amerika Serikat, adalah negara Anda.

    Apa yang benar-benar penting adalah bukan partai yang mengontrol pemerintah kita, tapi apakah pemerintah kita dikendalikan oleh rakyat.

    20 Januari 2017, akan dikenang sebagai hari dimana rakyat menjadi  penguasa bangsa ini kembali.

    Laki-laki dan wanita yang terlupakan oleh negara kita tidak akan dilupakan lagi.

    Semua orang mendengarkan Anda sekarang.

    Anda datang dengan puluhan juta orang untuk menjadi bagian dari gerakan bersejarah  yang tidak pernah terlihat oleh dunia sebelumnya.

    Di tengah-tengah gerakan ini ada keyakinan penting: bahwa bangsa ada untuk melayani warganya.

    Amerika ingin sekolah hebat untuk anak-anak mereka, lingkungan yang aman bagi keluarga mereka, dan pekerjaan yang baik bagi diri mereka sendiri.

    Ini adalah tuntutan yang adil dan wajar dari masyarakat yang benar.

    Tapi bagi terlalu banyak warga negara kita, realitas yang berbeda ada: Ibu dan anak-anak terjebak dalam kemiskinan di kota-kota pedalaman kita; pabrik berkarat  tersebar seperti batu nisan di lanskap bangsa kita; sistem pendidikan, disiram dengan uang tunai, tetapi membiarkan siswa muda dan cantik kita kehilangan pengetahuan; dan kejahatan dan geng dan obat-obatan yang telah mencuri terlalu banyak kehidupan dan merampok potensi negara kita  yang belum begitu banyak diwujudkan.

    Pembantaian Amerika berhenti di sini dan berhenti sekarang.

    Kita adalah salah satu bangsa – dan rasa sakit mereka adalah rasa sakit kita. Mimpi mereka adalah impian kita; dan keberhasilan mereka akan akan menjadi kesuksesan kita. Kita berbagi satu hati, satu rumah, dan satu takdir yang mulia.

    Sumpah jabatan saya angkat hari ini adalah sumpah setia untuk semua orang Amerika.

    Untuk beberapa dekade, kita telah memperkaya industri asing dengan mengorbankan industri Amerika;

    Mensubsidi tentara negara lain sementara memungkinkan  penggerusan militer kita;

    Kita telah membela perbatasan negara lain sementara menolak untuk membela perbatasan kita sendiri;

    Dan menghabiskan triliunan dolar di luar negeri sementara infrastruktur Amerika telah jatuh ke dalam kerusakan dan membusuk.

    Kita telah membuat negara-negara lain kaya sementara kekayaan, kekuatan, dan keyakinan dari negara kita telah menghilang di cakrawala.

    Satu per satu, pabrik-pabrik tutup dan meninggalkan pantai-pantai kita, bahkan dengan tidak memikirkan jutaan demi jutaan pekerja Amerika ditinggalkan.

    Kekayaan kelas menengah kami telah diambil dari rumah mereka dan kemudian didistribusikan ke seluruh dunia.

    Tapi itu masa lalu. Dan sekarang kita akan melihat hanya ke masa depan.

    Kita berkumpul di sini hari ini untuk membuat keputusan baru untuk didengar di setiap kota, di setiap ibukota negara asing, dan di setiap lorong kekuasaan.

    Mulai hari ini, visi baru akan mengatur tanah air kita.

    Mulai saat ini, Amerika akan menjadi yang pertama.

    Setiap keputusan dalam perdagangan, pajak, imigrasi, di luar negeri, akan dibuat untuk menguntungkan pekerja Amerika dan keluarga Amerika.

    Kita harus melindungi perbatasan kita dari kerusakan akibat negara-negara lain membuat produk kita, mencuri perusahaan kita, dan menghancurkan pekerjaan kita. Perlindungan akan menyebabkan kemakmuran dan kekuatan.

    Saya akan berjuang untuk Anda dengan setiap napas dalam tubuh saya – dan saya tidak akan pernah mengecewakan Anda.

    Amerika akan mulai menang lagi, menang seperti sebelumnya.

    Kita akan mendapatkan kembali lapangan pekerjaan kita. Kita akan mendapatkan kembali perbatasan kita. Kita akan mendapatkan kembali kekayaan kita. Dan kita mendapatkan kembali mimpi-mimpi kita.

    Kita akan membangun jalan baru, dan jalan raya, dan jembatan, dan bandara, dan terowongan, dan jalur kereta api di seluruh negara kita yang indah.

    Kita akan membuat rakyat kita sejahtera dan kembali bekerja – membangun kembali negara kita dengan tangan Amerika dan tenaga kerja Amerika.

    Kita akan mengikuti dua aturan sederhana: Beli Amerika dan Sewa Amerika.

    Kita akan mencari persahabatan dan niat baik dengan bangsa-bangsa di dunia – tapi kita melakukannya dengan pemahaman bahwa itu adalah hak segala bangsa untuk menempatkan kepentingan mereka sendiri yang pertama.

    Kita tidak ingin memaksakan cara hidup kita pada siapa pun, melainkan untuk membiarkannya bersinar sebagai contoh untuk diikuti semua orang.

    Kita akan memperkuat aliansi lama dan membentuk yang baru – dan menyatukan dunia beradab melawan terorisme Islam radikal, yang akan kita basmi sepenuhnya dari muka bumi.

    Landasan politik kita akan menjadi kesetiaan total bagi Amerika Serikat, dan melalui kesetiaan kita kepada negara kita, kita akan menemukan kembali kesetiaan kita kepada satu sama lain.

    Ketika Anda membuka hati Anda untuk patriotisme, tidak ada ruang untuk prasangka.

    Alkitab mengatakan kepada kita, “betapa baik dan menyenangkan ketika anak-anak Allah hidup bersama dalam kesatuan.”

    Kita harus mengutarakan pikiran kita dengan terbuka, memperdebatkan perbedaan pendapat kita secara jujur, tetapi selalu mengupayakan solidaritas.

    Ketika Amerika bersatu, Amerika benar-benar tak terbendung.

    Seharusnya tidak ada rasa takut – kita dilindungi, dan kita akan selalu dilindungi.

    Kami akan dilindungi oleh orang-orang besar dan pria dan wanita militer dan penegakan hukum kita dan, yang paling penting, kita dilindungi oleh Tuhan.

    Akhirnya, kita harus berpikir besar dan mimpi yang lebih besar.

    Di Amerika, kita memahami bahwa bangsa hanya hidup selama ia berjuang.

    Kita tidak akan lagi menerima politisi yang hanya bicara dan tidak ada tindakan – terus-menerus mengeluh tapi tidak pernah melakukan apa-apa tentang hal itu.

    Waktu untuk bicara kosong telah berlalu.

    Sekarang tiba waktunya untuk beraksi.

    Jangan biarkan orang lain mengatakan itu tidak dapat dilakukan. Tidak ada tantangan yang dapat menaklkkan hati dan perjuangan dan semangat Amerika.

    Kita tidak akan gagal. Negara kita akan berkembang dan makmur lagi.

    Kita berdiri pada kelahiran milenium baru, siap untuk membuka misteri ruang, untuk membebaskan bumi dari penderitaan penyakit, dan untuk memanfaatkan energi, industri dan teknologi masa depan.

    Sebuah kebanggaan nasional yang baru akan menggerakkan jiwa kita, mengangkat pemandangan kita, dan menyembuhkan keterbelahan kita.

    Ini adalah waktu untuk mengingat bahwa kebijaksanaan lama tentara kita tidak akan pernah dilupakan: bahwa apakah kita hitam atau coklat atau putih, kita semua memiliki darah, darah merah yang sama dari patriot, kita semua menikmati kebebasan mulia yang sama, dan kita semua menghormati bendera hebat Amerika yang sama.

    Dan apakah seorang anak lahir di perkotaan Detroit atau dataran tinggi Nebraska, mereka melihat langit malam yang sama, mereka mengisi hati mereka dengan mimpi yang sama, dan mereka diresapi dengan nafas kehidupan yang sama dari sama Pencipta.

    Jadi untuk semua eakyat Amerika, di setiap kota yang dekat dan jauh, kecil dan besar, dari gunung ke gunung, dan dari laut ke laut, dengarkanlah kata-kata ini:

    Anda tidak akan pernah diabaikan lagi.

    Suara Anda, harapan Anda, dan impian Anda, akan menentukan nasib Amerika. Dan keberanian dan kebaikan dan cinta Anda selamanya akan membimbing kita sepanjang jalan.

    Bersama-sama, Kita Akan Membuat Amerika Kuat Lagi.

    Kita Akan Membuat Amerika kaya lagi.

    Kita Akan Membuat Amerika Bangga Lagi.

    Kita Akan Membuat Amerika Aman Lagi.

    Dan, Ya, Bersama, Kita Akan Membuat Amerika Jaya Lagi. Terima kasih, Tuhan memberkati Anda, dan Tuhan memberkati Amerika.

    Teks asli dalam Bahasa Inggris adalah sebagai berikut:

    Chief Justice Roberts, President Carter, President Clinton, President Bush, President Obama, fellow Americans, and people of the world: thank you.

    We, the citizens of America, are now joined in a great national effort to rebuild our country and to restore its promise for all of our people.

    Together, we will determine the course of America and the world for years to come.

    We will face challenges. We will confront hardships. But we will get the job done.

    Every four years, we gather on these steps to carry out the orderly and peaceful transfer of power, and we are grateful to President Obama and First Lady Michelle Obama for their gracious aid throughout this transition. They have been magnificent.

    Today’s ceremony, however, has very special meaning. Because today we are not merely transferring power from one Administration to another, or from one party to another – but we are transferring power from Washington, D.C. and giving it back to you, the American People.

    For too long, a small group in our nation’s Capital has reaped the rewards of government while the people have borne the cost.

    Washington flourished – but the people did not share in its wealth.

    Politicians prospered – but the jobs left, and the factories closed.

    The establishment protected itself, but not the citizens of our country.

    Their victories have not been your victories; their triumphs have not been your triumphs; and while they celebrated in our nation’s Capital, there was little to celebrate for struggling families all across our land.

    That all changes – starting right here, and right now, because this moment is your moment: it belongs to you.

    It belongs to everyone gathered here today and everyone watching all across America.

    This is your day. This is your celebration.

    And this, the United States of America, is your country.

    What truly matters is not which party controls our government, but whether our government is controlled by the people.

    January 20th 2017, will be remembered as the day the people became the rulers of this nation again.

    The forgotten men and women of our country will be forgotten no longer.

    Everyone is listening to you now.

    You came by the tens of millions to become part of a historic movement the likes of which the world has never seen before.

    At the center of this movement is a crucial conviction: that a nation exists to serve its citizens.

    Americans want great schools for their children, safe neighborhoods for their families, and good jobs for themselves.

    These are the just and reasonable demands of a righteous public.

    But for too many of our citizens, a different reality exists: Mothers and children trapped in poverty in our inner cities; rusted-out factories scattered like tombstones across the landscape of our nation; an education system, flush with cash, but which leaves our young and beautiful students deprived of knowledge; and the crime and gangs and drugs that have stolen too many lives and robbed our country of so much unrealized potential.

    This American carnage stops right here and stops right now.

    We are one nation – and their pain is our pain. Their dreams are our dreams; and their success will be our success. We share one heart, one home, and one glorious destiny.

    The oath of office I take today is an oath of allegiance to all Americans.

    For many decades, we’ve enriched foreign industry at the expense of American industry;

    Subsidized the armies of other countries while allowing for the very sad depletion of our military;

    We’ve defended other nation’s borders while refusing to defend our own;

    And spent trillions of dollars overseas while America’s infrastructure has fallen into disrepair and decay.

    We’ve made other countries rich while the wealth, strength, and confidence of our country has disappeared over the horizon.

    One by one, the factories shuttered and left our shores, with not even a thought about the millions upon millions of American workers left behind.

    The wealth of our middle class has been ripped from their homes and then redistributed across the entire world.

    But that is the past. And now we are looking only to the future.

    We assembled here today are issuing a new decree to be heard in every city, in every foreign capital, and in every hall of power.

    From this day forward, a new vision will govern our land.

    From this moment on, it’s going to be America First.

    Every decision on trade, on taxes, on immigration, on foreign affairs, will be made to benefit American workers and American families.

    We must protect our borders from the ravages of other countries making our products, stealing our companies, and destroying our jobs. Protection will lead to great prosperity and strength.

    I will fight for you with every breath in my body – and I will never, ever let you down.

    America will start winning again, winning like never before.

    We will bring back our jobs. We will bring back our borders. We will bring back our wealth. And we will bring back our dreams.

    We will build new roads, and highways, and bridges, and airports, and tunnels, and railways all across our wonderful nation.

    We will get our people off of welfare and back to work – rebuilding our country with American hands and American labor.

    We will follow two simple rules: Buy American and Hire American.

    We will seek friendship and goodwill with the nations of the world – but we do so with the understanding that it is the right of all nations to put their own interests first.

    We do not seek to impose our way of life on anyone, but rather to let it shine as an example for everyone to follow.

    We will reinforce old alliances and form new ones – and unite the civilized world against Radical Islamic Terrorism, which we will eradicate completely from the face of the Earth.

    At the bedrock of our politics will be a total allegiance to the United States of America, and through our loyalty to our country, we will rediscover our loyalty to each other.

    When you open your heart to patriotism, there is no room for prejudice.

    The Bible tells us, “how good and pleasant it is when God’s people live together in unity.”

    We must speak our minds openly, debate our disagreements honestly, but always pursue solidarity.

    When America is united, America is totally unstoppable.

    There should be no fear – we are protected, and we will always be protected.

    We will be protected by the great men and women of our military and law enforcement and, most importantly, we are protected by God.

    Finally, we must think big and dream even bigger.

    In America, we understand that a nation is only living as long as it is striving.

    We will no longer accept politicians who are all talk and no action – constantly complaining but never doing anything about it.

    The time for empty talk is over.

    Now arrives the hour of action.

    Do not let anyone tell you it cannot be done. No challenge can match the heart and fight and spirit of America.

    We will not fail. Our country will thrive and prosper again.

    We stand at the birth of a new millennium, ready to unlock the mysteries of space, to free the Earth from the miseries of disease, and to harness the energies, industries and technologies of tomorrow.

    A new national pride will stir our souls, lift our sights, and heal our divisions.

    It is time to remember that old wisdom our soldiers will never forget: that whether we are black or brown or white, we all bleed the same red blood of patriots, we all enjoy the same glorious freedoms, and we all salute the same great American Flag.

    And whether a child is born in the urban sprawl of Detroit or the windswept plains of Nebraska, they look up at the same night sky, they fill their heart with the same dreams, and they are infused with the breath of life by the same almighty Creator.

    So to all Americans, in every city near and far, small and large, from mountain to mountain, and from ocean to ocean, hear these words:

    You will never be ignored again.

    Your voice, your hopes, and your dreams, will define our American destiny. And your courage and goodness and love will forever guide us along the way.

    Together, We Will Make America Strong Again.

    We Will Make America Wealthy Again.

    We Will Make America Proud Again.

    We Will Make America Safe Again.

    And, Yes, Together, We Will Make America Great Again. Thank you, God Bless You, And God Bless America.

  • Pidato Pertama Presiden Trump Kutip Mazmur Nyanyian Daud

    Donald Trump resmi jadi presiden ke-45 AS, saat mengangkat sumpah di depan Gedung Capitol, Washington DC, hari Jumat (20/1). (Foto: Ist)
    Donald Trump resmi jadi presiden ke-45 AS, saat mengangkat sumpah di depan Gedung Capitol, Washington DC, hari Jumat (20/1). (Foto: Ist)

    WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Secara resmi Donald Trump, mengangkat sumpah jabatan sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat di depan Gedung Capitol, Washington, AS, hari Jumat (20/1)  waktu Washington DC, atau hari Sabtu (21/1) pukul 00:00 WIB.

    Hakim Agung John J Roberts Jr. bertindak sebagai pemandu pembacaan sumpah Presiden ke-45 yang dikenal kontroversial namun tetap religius. Trump bersumpah dengan mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya diletakkan pada Alkitab masa kecilnya, yang diletakkan di atas Alkitab Abraham Lincoln. Sementara istrinya, Melania Trump, memegangi kedua Alkitab tersebut.

    “Saya, Donald John Trump, bersumpah bahwa saya akan menjalankan jabatan saya sebagai presiden Amerika Serikat, dan dengan seluruh kemampuan saya melestarikan, melindungi, dan mempertahankan konstitusi Amerika Serikat. Tuhan tolonglah saya. (I Donald J Trump do solemnly swear that I will faithfully execute the office of President of the United States and will to the best of my ability preserve, protect and defend the constitution of the United States, so help me God),” kata Trump dihadapan rakyat AS yang hadir dan  disiarkan langsung oleh media internasional.

    Trump menyampaikan pidato sesaat setelah dilantik dengan penekanan pada kembalinya kekuasaan kepada rakyat dan kepentingan AS nomor satu. Dengan gayanya yang khas, dengan tangan yang tidak pernah diam saat ia berbicara, Donald Trump menegaskan bahwa hari-hari mendatang adalah hari-hari yang berbeda bagi rakyat AS.

    Dalam waktu kurang lebih 16 menit 30 detik Trump berpidato, sekira pada menit 12:00 dia mengutip ayat alkitab Mazmur 133:1 dari versi baru internasional (New International Version). Ayat itu merupakan nyanyian ziarah Daud mengenai persaudaran yang rukun, “A song of ascents. Of David. How good and pleasant it is when God’s people live together in unity.”

    Dalam cetakan Lembaga Alkitab Indonesia, Mazmur 133:1 berbunyi, “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.”

    Sebelum mengutip nyanyian Daud, Trump menyatakan bahwa dalam landasan politiknya akan menjadi seorang yang setia total pada Amerika Serikat, dan melalui kesetiaan kepada negara maka akan ditemukan kembali kesetiaan pada satu sama lain.

    “Ketika Anda membuka hati Anda untuk patriotisme, tidak ada ruang untuk prasangka,” katanya.

    Kemudian Trump mengutip Alkitab, yang mengatakan,”seberapa baik dan menyenangkan itu adalah ketika umat Allah hidup bersama dalam kesatuan (how good and pleasant it is when God’s people live together in unity).

    “Kita harus berbicara dalam pikiran kita secara terbuka, berdebat tentang perbedaan pendapat kita dengan terus terang, tetapi selalu mengejar solidaritas. Ketika Amerika bersatu, Amerika benar-benar tak dapat dihentikan,” katanya.

    “Seharusnya tidak ada rasa takut – kita dilindungi, dan kita akan selalu terlindungi.”

    “Kita akan dilindungi oleh pria dan wanita hebat dalam militer kita dan penegak hukum dan, yang paling penting, kita dilindungi oleh Tuhan. Akhirnya, kita harus berpikir besar dan bermimpi yang lebih besar,” katanya.

    Selengkapnya, dalam Bahasa Inggris, inilah teks pidato Donald Trump.

    Chief Justice Roberts, President Carter, President Clinton, President Bush, President Obama, fellow Americans, and people of the world: thank you.

    We, the citizens of America, are now joined in a great national effort to rebuild our country and to restore its promise for all of our people.

    Together, we will determine the course of America and the world for years to come.

    We will face challenges. We will confront hardships. But we will get the job done.

    Every four years, we gather on these steps to carry out the orderly and peaceful transfer of power, and we are grateful to President Obama and First Lady Michelle Obama for their gracious aid throughout this transition. They have been magnificent.

    Today’s ceremony, however, has very special meaning. Because today we are not merely transferring power from one Administration to another, or from one party to another – but we are transferring power from Washington, D.C. and giving it back to you, the American People.

    For too long, a small group in our nation’s Capital has reaped the rewards of government while the people have borne the cost.

    Washington flourished – but the people did not share in its wealth.

    Politicians prospered – but the jobs left, and the factories closed.

    The establishment protected itself, but not the citizens of our country.

    Their victories have not been your victories; their triumphs have not been your triumphs; and while they celebrated in our nation’s Capital, there was little to celebrate for struggling families all across our land.

    That all changes – starting right here, and right now, because this moment is your moment: it belongs to you.

    It belongs to everyone gathered here today and everyone watching all across America.

    This is your day. This is your celebration.

    And this, the United States of America, is your country.

    What truly matters is not which party controls our government, but whether our government is controlled by the people.

    January 20th 2017, will be remembered as the day the people became the rulers of this nation again.

    The forgotten men and women of our country will be forgotten no longer.

    Everyone is listening to you now.

    You came by the tens of millions to become part of a historic movement the likes of which the world has never seen before.

    At the center of this movement is a crucial conviction: that a nation exists to serve its citizens.

    Americans want great schools for their children, safe neighborhoods for their families, and good jobs for themselves.

    These are the just and reasonable demands of a righteous public.

    But for too many of our citizens, a different reality exists: Mothers and children trapped in poverty in our inner cities; rusted-out factories scattered like tombstones across the landscape of our nation; an education system, flush with cash, but which leaves our young and beautiful students deprived of knowledge; and the crime and gangs and drugs that have stolen too many lives and robbed our country of so much unrealized potential.

    This American carnage stops right here and stops right now.

    We are one nation – and their pain is our pain. Their dreams are our dreams; and their success will be our success. We share one heart, one home, and one glorious destiny.

    The oath of office I take today is an oath of allegiance to all Americans.

    For many decades, we’ve enriched foreign industry at the expense of American industry;

    Subsidized the armies of other countries while allowing for the very sad depletion of our military;

    We’ve defended other nation’s borders while refusing to defend our own;

    And spent trillions of dollars overseas while America’s infrastructure has fallen into disrepair and decay.

    We’ve made other countries rich while the wealth, strength, and confidence of our country has disappeared over the horizon.

    One by one, the factories shuttered and left our shores, with not even a thought about the millions upon millions of American workers left behind.

    The wealth of our middle class has been ripped from their homes and then redistributed across the entire world.

    But that is the past. And now we are looking only to the future.

    We assembled here today are issuing a new decree to be heard in every city, in every foreign capital, and in every hall of power.

    From this day forward, a new vision will govern our land.

    From this moment on, it’s going to be America First.

    Every decision on trade, on taxes, on immigration, on foreign affairs, will be made to benefit American workers and American families.

    We must protect our borders from the ravages of other countries making our products, stealing our companies, and destroying our jobs. Protection will lead to great prosperity and strength.

    I will fight for you with every breath in my body – and I will never, ever let you down.

    America will start winning again, winning like never before.

    We will bring back our jobs. We will bring back our borders. We will bring back our wealth. And we will bring back our dreams.

    We will build new roads, and highways, and bridges, and airports, and tunnels, and railways all across our wonderful nation.

    We will get our people off of welfare and back to work – rebuilding our country with American hands and American labor.

    We will follow two simple rules: Buy American and Hire American.

    We will seek friendship and goodwill with the nations of the world – but we do so with the understanding that it is the right of all nations to put their own interests first.

    We do not seek to impose our way of life on anyone, but rather to let it shine as an example for everyone to follow.

    We will reinforce old alliances and form new ones – and unite the civilized world against Radical Islamic Terrorism, which we will eradicate completely from the face of the Earth.

    At the bedrock of our politics will be a total allegiance to the United States of America, and through our loyalty to our country, we will rediscover our loyalty to each other.

    When you open your heart to patriotism, there is no room for prejudice.

    The Bible tells us, “how good and pleasant it is when God’s people live together in unity.”

    We must speak our minds openly, debate our disagreements honestly, but always pursue solidarity.

    When America is united, America is totally unstoppable.

    There should be no fear – we are protected, and we will always be protected.

    We will be protected by the great men and women of our military and law enforcement and, most importantly, we are protected by God.

    Finally, we must think big and dream even bigger.

    In America, we understand that a nation is only living as long as it is striving.

    We will no longer accept politicians who are all talk and no action – constantly complaining but never doing anything about it.

    The time for empty talk is over.

    Now arrives the hour of action.

    Do not let anyone tell you it cannot be done. No challenge can match the heart and fight and spirit of America.

    We will not fail. Our country will thrive and prosper again.

    We stand at the birth of a new millennium, ready to unlock the mysteries of space, to free the Earth from the miseries of disease, and to harness the energies, industries and technologies of tomorrow.

    A new national pride will stir our souls, lift our sights, and heal our divisions.

    It is time to remember that old wisdom our soldiers will never forget: that whether we are black or brown or white, we all bleed the same red blood of patriots, we all enjoy the same glorious freedoms, and we all salute the same great American Flag.

    And whether a child is born in the urban sprawl of Detroit or the windswept plains of Nebraska, they look up at the same night sky, they fill their heart with the same dreams, and they are infused with the breath of life by the same almighty Creator.

    So to all Americans, in every city near and far, small and large, from mountain to mountain, and from ocean to ocean, hear these words:

    You will never be ignored again.

    Your voice, your hopes, and your dreams, will define our American destiny. And your courage and goodness and love will forever guide us along the way.

    Together, We Will Make America Strong Again.

    We Will Make America Wealthy Again.

    We Will Make America Proud Again.

    We Will Make America Safe Again.

    And, Yes, Together, We Will Make America Great Again. Thank you, God Bless You, And God Bless America.

  • ULMWP Geser Fokus Diplomasi dari Pasifik ke Dunia

    JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM – Pidato lengkap Sekretaris Jenderal United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Octovianus Mote, dibacakan serentak di Papua dan diberbagai lokasi pada peringatan 1 Desember, hari Kamis (1/12).

    Anggota tim kerja ULMWP Markus Haluk mengatakan dia membacakan pidato Sekjen ULMWP pada peringatan 1 Desember yang dipusatkan di halaman asrama mahasiswa rusunawa Kampus Universitas Cenderawasih, Kota Baru, Jayapura, Papua, hari Kamis (1/12).

    Pada peringatan itu, dilaksanakan doa syukur, pembacaan pidato Sekretaris Jenderal ULMWP Octovianus Mote oleh Markus Haluk, dan orasi politik dari masing-masing wakil organisasi dan para tokoh yang hadir. Di akhir acara dilakukan penandatanganan petisi dukungan rakyat Papua untuk ULMWP dan keanggotaannya di Melanesian Spearhead Group (MSG).

    Dalam isi pidatonya, Octovianus Mote mengatakan ULMWP telah melakukan berbagai upaya diplomasi internasional mulai dari kawasan Pasifik, Afrika, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekjen ULMWP itu meminta dukungan doa dan dana dari berbagai pihak untuk menunjang aneka upaya diplomasi tersebut.

    “Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua kemajuan di atas. Karena semua terjadi sebagai buah dari kasih karuniaNya. Selain itu, dibalik kemajuan di atas kini kita dihadapkan pada tantangan yang semakin hari semakin berat,” kata Octo, sapaan akrabnya, dalam naskah pidato peringatan 1 Desember yang diterima satuharapan.com, hari Kamis (1/12)

    “Karena itu ULMWP memerlukan dukungan doa dan dana dalam menunjang aneka lobi politik di berbagai belahan bumi. Karena sejak bulan September 2016 fokus lobi sudah bergeser dari Pasifik kepada dunia,” dia menegaskan.

    Octo mengatakan, fokus utama ULMWP bukan lagi semata-mata memastikan keanggotaanya di MSG melainkan bagaimana membentuk Koalisi Pendukung Papua Barat di berbagai belahan bumi lainnya. Dukungan ini bukan sekadar dalam bentuk sekali dua kali pernyataan politik tetapi dukungan yang konsisten termasuk ikut mencari dukungan anggota PBB lainnya.

    “Semua orang Papua perlu bangkit untuk lobi dengan caranya sendiri berbagai macam negara di dunia darimana pun kita berada. Kasih tahu kepada mereka bahwa kami mohon suara dukungan mereka dalam ketika anggota PBB bersama sama membatalkan resolusi 2504 tahun 1969 dan membiarkan bangsa Papua hidup berdaulat secara damai,” kata Octo.

    Octo mengatakan, ULMWP menyadari akan tugasnya dalam mewujudkan kedaulatan bangsa. Tantangannya adalah bagaimana bisa memastikan dukungan dari (paling tidak) satu per tiga jumlah anggota Negara Anggota PBB.

    “Untuk itu, ULMWP mengubah pola diplomasi, tidak seperti di tahun 1960an dan sesudahnya yakni lobinya tidak lagi bertolak dari Papua ke dunia Barat dan Afrika,” katanya.

    Octo menyebut capaian yang telah dilakukan ULMWP dalam memfokuskan dukungan dari negara-negara di kawasan Pasifik. Menurut dia, dalam dua tahun pertama, ULMWP memperkuat basis dukungan di seluruh kawasan ini melalui jaringan adat, NGO, Gereja adan kalangan terdidik serta politisi. Secara kelembagaan, ULMWP menjadi anggota oberserver dan kini dalam proses menjadi anggota penuh MSG.

    “Dalam tahun kedua dukungan itu meningkat dari wilayah Melanesia kepada Polinesia dan Micronesia melalui wadah baru bernama Pasifik Island Coalition on West Papua atau PICWP yang dibentuk atas inisiatif dari Perdana Menteri Solomon Island, Manase Sogovare yang juga adalah Ketua MSG,” kata Octo.

    Dari sisi dukungan politik, lobi ULMWP berhasil memasukan masalah Papua menjadi salah satu masalah utama di kawasan pasifik. Dalam sidang tahunan (2015) Negara-negara Anggota Forum Pasifik (PIF) memutuskan untuk mengirim tim pencari fakta ke Papua.

    Octo mengatakan kerja keras anggota ULMWP tidak hanya terbatas di kawasan Pasifik tetapi juga terjadi di Indonesia. Menurut dia, sebagian rakyat Indonesia terutama di kalangan terdidik sudah mulai mengakui aneka kejahatan yang dilakukan pemerintah dan militer Indonesia terhadap rakyat Papua Barat.

    “Lebih daripada itu dalam minggu ini kita baru menyaksikan dideklarasikannya Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-West Papua). Gerakan rakyat Indonesia ini pun kini meningkat kepada dukungan terhadap hak bangsa Papua Barat untuk merdeka sebaga bangsa berdaulat,” kata Octo.

    Octo mengatakan berbagai kelompok orang Papua di Belanda pun menuntut tanggungjawab Belanda yang lalai dalam melindungi kepentingan rakyat Papua. Menurut dia, dalam proses gugatan secara hukum tersebut, kelompok tersebut telah melakukan konsultasi dengan United Liberation Movement for West Papua.

    “Sementara itu negara-negara di pasifik ini membuat tidak sedikit negara anggota PBB dari berbagai belahan bumi lainnya yang terpukau dan mengikuti secara serius setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia dan Papua,” kata dia.

    Editor: Eben E. Siadari

  • Pidato Presiden Nauru di PBB Angkat Isu Pelanggaran HAM yang Sedang Terjadi di Papua

    Presiden Nauru, Baron Divavesi Waqa (Foto: UN Photo/Cia Pak)
    Presiden Nauru, Baron Divavesi Waqa (Foto: UN Photo/Cia Pak)

    New York, Tabloid-WANI — Seperti sudah diperkirakan sebelumnya, Presiden Republik Nauru, Baron Divavesi Waqa, mengangkat isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua saat berpidato pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa di New Yok, (21/9).

    Dalam salah satu bagian pidatonya, ia mengatakan negaranya sangat prihatin dengan situasi di Papua, terkait dengan tuduhan pelanggaran HAM di sana. “Nauru sangat prihatin dengan situasi di Papua (Barat) termasuk adanya tuduhan pelanggaran HAM,” kata dia, yang juga disiarkan oleh televisi internet PBB. Oleh karena itu, kata dia, Nauru menekankan perlunya dilaksanakan rekomendasi yang telah disampaikan oleh Pacific Islands Forum (PIF) pada pertemuan pemimpinnya di Republik Federasi Mikronesia belum lama itu. Rekomendasi itu adalah tentang perlunya dialog yang konstruktif dengan pemerintah Indonesia tentang Papua. Berikut ini Video pidato Presiden Nauru di PBB

    Di bagian lain pidatonya, ia juga menyinggung soal Korea Utara. Menurut dia, Nauru juga prihatin dengan meningkatnya tensi yang diprovokasi oleh tindakan Korea Utara. “Wilayah Pasifik sudah mengalami terlalu banyak kekerasan dan penderitaan pada abad 20 dan tidak bisa membiarkan bencana perang kembali lagi. Tidak ada tempat di dunia yang berkelanjutan untuk proliferasi nuklir,” kata lanjut dia.

    Presiden Nauru juga bersuara tentang Taiwan, yang menurutnya adalah teman dekat negaranya. Ia menyerukan agar 23 juta penduduk Taiwan juga menikmati hak-hak dasar yang diatur dalam Piagam PBB. “Taiwan telah memberikan kontribusi kepada Majelis Kesehatan Dunia dan International Civil Aviation Organization (ICAO).

    Negara ini juga mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan membantu untuk memimpin jalan ke ekonomi rendah karbon. Taiwan adalah pemangku kepentingan utama di dalam masyarakat internasional. Dan kita harus melakukan upaya untuk mengatur partisipasi mereka di seluruh sistem PBB, sehingga semua negara anggota dapat memperoleh manfaat dari kontribusi substansialnya,” kata dia.
    Sebelumnya, dalam salah satu butir komunike bersama PIF, dimana Nauru menjadi salah satu anggotanya, isu pelanggaran HAM Papua disebut meskipun forum ini menganggap hal itu merupakan isu sensitif. “Para pemimpin (PIF) mengakui sensitivitas isu Papua dan setuju bahwa tuduhan pelanggaran HAM di Papua tetap menjadi agenda mereka. Para pemimpin juga menyepakati pentingnya dialog yang terbuka dan konstruktif dengan Indonesia terkait dengan isu ini,” demikian bunyi salah satu butir komunike.

    Baca ini: Solomon dan Nauru Tekan Pemerintah Indonesia di dua Badan PBB PIF adalah forum beranggotakan 16 negara dan wilayah di Pasifik, terdiri dari Australia, Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji, Kiribati, Nauru, Selandia Baru, Niue, Papau, Papua New Guinea, Republic of Marshall Islands, Samoa, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu dan Vanuatu.

    Dalam pertemuan PIF pekan lalu, anggotanya bertambah dua lagi dengan disahkannya keanggotaan French Polynesia dan New Caledonia. Selain di PIF, Nauru juga baru-baru ini ikut bergabung dengan kelompok negara-negara Pasifik yang peduli pada nasib Papua, yaitu Pacific Island Coalition for West Papua (PICWP).

    Koalisi yang dipimpin oleh PM Solomon Islands ini, bertujuan untuk menggalang dukungan negara-negara Pasifik untuk menyerukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melakukan intervensi atas pelanggaran HAM dan penentuan nasib sendiri bagi Papua. Anggota awal PICWP terdiri dari Pemerintah Kepulauan Solomon, Pemerintah Vanuatu, kelompok Front de Liberation Nationale Kanak et Socialiste(FLNKS), Pemerintah Tuvalu, Republik Nauru, United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pasifik, Pacific Islands Association Non Govermental Organization (PIANGO).

    Sumber: http://www.tabloid-wani.com/2016/09/pidato-presiden-nauru-di-pbb-angkat-isu-pelanggaran-ham-yang-sedang-terjadi-di-papua.html

  • PM Sogavare Calls on PIDF Leaders for Ocean-Friendly Decisions

    By PM Press – July 15, 2016

    The PIDF Chair, Prime Minister Hon Manasseh Sogavare of Solomon Islands.
    The PIDF Chair, Prime Minister Hon Manasseh Sogavare of Solomon Islands.

    The new Chair of the Pacific Islands Development Forum (PIDF), Prime Minister Hon Manasseh Sogavare of Solomon Islands has called on all delegates at the 4th PIDF Leaders’ Summit to make maximum use of the meeting to make decisions that will save the ocean for the good of their countries.

    He made the call at the summit opening ceremony at the Lawson Tama Stadium in Honiara this morning.

    “Our two-day deliberation on this theme is watched by the peoples and governments that we represent in the region so I therefore urge all of you to make maximum use of the opportunity that we now have to save our ocean for the good of our peoples and thegovernments and countries that we represent.”

    The PIDF Chair and Solomon Islands Prime Minister said it is an honour for Solomon Islands to host the summit for the first time and be the first nation to host the annual two-day event apart from Fiji- the home of PIDF.

    “It is indeed an honour to host the event in Solomon Islands and Iam glad to say that it is not the first time that we hold a regional high-level meeting of this nature but this one is special to us.

    “I say it is special because it is the first time for the PIDF Leaders’ Summit to move out of its home base (Fiji).”

    Turning to the theme of the event, the PIDF Chair said this year’s summit focuses on the theme of ‘Stewardship for Healthy Oceans and Healthy Nations.’

    “This theme recognises the fact that the health, wealth, history, culture and identity of the peoples’ of the Pacific Islands are vast and diverse.

    “This theme underpins the role oceans play to the biological diversity of our people. It reinforces the fact that the geographical vastness of our oceans is immeasurable.

    “We cannot deny the fact that we are the oceans people. We live by the ocean and we are big ocean states.

    “Furthermore, we can easily co-relate the aspirations of the (United Nations) Sustainable Development Goals to the health and welfare of the ocean that we share amongst us.

    “Oceans cover approximately 70.8 percent or 361 million square kilometers of the earth’s surface with a volume of about 1,370 million cubic kilometres. The oceans contain 97 percent of our planets available water. In our Pacific region, we can say that careful management of our ocean is key to our sustainable future,” he added.

    He further added that the theme of Stewardship for Healthy Oceans and Healthy Nations is also meant to stimulate the intellectual thinking capacities of leaders present at the summit. “Let us have this intellectual stimulation to save the health of our ocean and safeguard the identity of our nations.

    “That said, On behalf of every Solomon Islander, I applaud your stewardship for healthy ocean and healthy nations.

    The PIDF Chair and Solomon Islands Prime Minister said the summit is made even more significant by the presence of PIDF’s Charter Members, Foundational Members and Technical Partners as well as regional and international organisations.

    “In this regard, amongst others, I would like to acknowledge the presence of representatives of the state of Kuwait, People’s Republic of China, Indonesia, Timor Leste, New Caledonia, Papua New Guinea, Republic of Pakistan, United States of America, Pitcairn Islands and the (French) Territory of Wallis and Futuna.”

    The PIDF Chair and Solomon Islands Prime Minister also acknowledged the participation of Solomon Islands nongovernment organisations, civil society groups, Solomon Games’ Participating teams, youth groups and students from schools around Honiara in the opening ceremony.

    “The diversity at this stadium is the very nature that makes the PIDF different from other organisations. This is the unique system of the PIDF that we now cherish and shall preserve in the long run.

    “On top of this uniqueness, the PIDF also favours gender, social mix and plural thinking as the basis of a new equality in the format of a tripod.”

     

  • Selamat HUT Hari Besar Bangsa Papua, 1 Desember 1961 – 1 Desember 2014

    TENTARA REVOLUSI WEST PAPUA (TRWP)
    MARKAS PUSAT PERTAHANAN (MPP)Panglima Tertinggi Komando Revolusi

    ===================================================

    Perihal: Ucapan Selamat atas Perayaan Hari Besar Bangsa Papua

     

    Dengan memasuki perayaan Hari Nasional negara West Papua ke-53, tanggal 1 Desember 2014 ini, kami dari Markas Pusat Pertahanan Tentara Revolusi West Papua menyampaikan kepada seluruh bangsa Papua, rakyat West Papua di mana-pun Anda berada

    SELAMAT MERAYAKAN HARI BESAR BENGSA PAPUA

    tanggal 1 Desember 2014

    Semua pihak perlu kita ingat kembali bahwa yang terjadi pada tanggal 1 Desember 53 tahun lalu ialah penentuan kelengkapan negara, yang akan diproklamirkan 10 tahun kemudian, menurut rencana Belanda dan New Guinea Raad waktu itu, yaitu

    1. Menetukan nama Negara : West Papua (BUKAN Papua Barat)
    2. Menentukan nama Bangsa: Papua (BUKAN bangsa Papua Barat)
    2. Menentukan lagu kebangsaan : Hai Tanahku Papua
    3. Menentukan bendera Negara : Bintang Kejora
    4. Lambang Negara Papua Barat adalah: Burung Mambruk dengan semboyan “One People One Soul”.
    5. Menentukan bahwa bendera Bintang Kejora akan dikibarkan pada 1 November 1961.

    Dengan memperingati HUT ke-53 ini api kebangkitan nasional I yang pernah terjadi di Tanah Papua ini tidak padam, terus menyala sampai hasil Proklamasi Kemerdekaan 1 Juli 1971 benar-benar dinikmati oleh seluruh rakyat West Papua.

    Perlu dicatat oleh para generasi muda perjuangan Papua Merdeka, bahwa tanggal 1 Desember 1961 bukanlah Hari Proklamasi Kemerdekaan Negara West Papua, karena yang disahkan waktu itu ialah alat kelengkapan negara, belum ada “Text Proklamasi” yang menjadi Doumen Resmi Negara yang menyatakan “Kemerdekaan West Papua”. Proklamasi itu dijanjikan oleh Belanda akan diberikan dalam tempo 10 tahun (1 Juli 1970) akan tetapi Belanda mengingkari janjinya atas desakan dari Blok Barat waktu itu, sehingga terpaksa bangsa Papua harus memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 1 Juli 1971, setahun setelah Belanda mengingkari janjinya.

    Perlu ditambahkan juga bahwa 1 Desember 1961 bukanlah Hari OPM (Organisasi Papua Merdeka) karena OPM belum lahir dan beroperasi waktu itu. Janganlah kita terkena tipu-daya penjajah. Jangan juga kita dinyatakan telah merdeka hanya dengan memperkenalkan atribut negara tanggal 1 Desember 1961 tanpa ada Teks Proklamasi. Kita di sekolah dan di dunia ini harus belajar terus membedakan hari-hari besar bangsa Papua sehingga kita tidak terjebak dalam skenario kaum penjajah.

    Kami dari Markas Pusat Pertahanan Tentara Revolusi West Papua menyatakan Dukungan Penuh atas pertemuan yang terjadi di Vanuatu pada tanggal 1 – 3 Desember 2014 di Port Vila, Republik Vanuatu sebagai kelanjutan dari penyatuan dan penyamaan identitas dan jatidiri negara, bangsa, bendera, lagu kebangsaan, lambang negara yang kita perjuangkan saat ini.

    Semoga para leluhur bangsa Papua, para pahlawan yang telah gugur di medan perjuangan, para tua-tua adat dan Kepala Suku Perang di seluruh pulau New Guinea menyertai kalian semua dalam perjuangan di Vanuatu, di Tanah Air West Papua dan di rimbaraya New Guinea.

     

    Dikeluarkan di: Markas Pusat Pertahanan
    Pada tangagl: 1 Desember 2014

    Panglima

     

     

    Mathias Wenda, Gen. TRWP
    NBP:A.001076

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?