Mayor Jenderal TNI, Hotma Marbun JAYAPURA [PAPOS] – Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI, Hotma Marbun membantah bahwa, kunjungannya di Kabupaten Puncak Jaya bersama Kapolda Papua beberapa hari yang lalu terkait deadline Bupati, Lukas Enembe terhadap kelompok bersenjata yang tak sepaham dengan NKRI diwilayah tersebut.
“Kunjungan di Puncak Jaya bersama Kapolda waktu itu hanya mengecek anggota kita saja disana, tidak ada kaitannya dengan deadline bupati,” tegas Pangdam Hotma Marbun didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih, Lektol Inf, Susilo usai memimpin upacara serah terima jabatan Danpomdam XVII/Cenderawasih, Rabu (21/7) kemarin dilapangan Makodam.
Pangdam menjelaskan bahwa wilayah teritorial Kodam XVII/Cenderawasih mulai dari provinsi Papua hingga Papua Barat, maka sebagai Pangdam harus mengetahui wilayah dan kondisi anak buah.
Tidak ada pembicaraan mengarah kesitu, nggak ada,” ujarnya.
Pangdam lebih jauh mengungkapkan, terkait deadline 28 Juni bagi kelompok-kelompok sipil bersenjata yang ada diwilayah Puncak Jaya itu menjadi urusannya bupati Puncak Jaya, bukan TNI. ” Kalau mau minta bantuan bukan begitu caranya, Kalau mau operasi militer negara yang menentukan, kalau DPR setuju operasi militer dilakukan di daerah Puncak Jaya, maka operasi itu akan kita laksanakan, tapi kita melakukan tugas tentara di Papua,” jelasnya
Pangdam secara tegas mengatakan, operasi militer adalah suatu operasi tertentu yang dibiayai oleh negara untuk menumpas kelompok separatis.
“Tapi yang saya lakukan sekarrang tidak, TNI hanya diminta membantu polisi untuk mengamankan wilayah Puncak Jaya, maka saya kasih, jadi kalau ada orang ngomong tentara harus keluar dari Papua, berarti itu bukan warga negara Indonesia,” jelasnya.
Bahkan Pangdam menilai, hal itu dilakukan oleh orang luar yang tak senang negara ini.
“Tentara tidak bisa dikeluarkan dari Papua, karena gelar tentara sampai Papua, jadi kalau ada yang tidak senang dengan tentara, berarti bukan orang Indonesia,” tegasnya
Pangdam menegaskan kembali bahwa selama TNI dan polisi masih berada di tanah ini, Papua tidak akan merdeka. Sementara disinggung demo referendum akhir-akhir ini, Pangdam menilai dilakukan oleh orang-orang tertentu. “Bilang Otsus gagal, siapa yang suruh, karena bila Otsus dikembalikan dan dinyatakan gagal, berarti MRP juga gagal dan harus ditiadakan, karena MRP ada karena Otsus,”jelas Pangdam Hotma Marbun.
Pangdam juga menilai pernyataan pihak-pihak yang mengatakan kalau Otsus di Papua gagal adalah datang dari oknum tertentu saja, karena setelah ditanyakan kepada yang lain Otsus dinyatakan tidak gagal, bahkan saat ini masyarakat dikamoung-kampung sudah merasakan Otsus melalui pemberian dana Respek. [loy]
Aparat Polresta Jayapura dan Polsek Abepura, Jumat (21/8), mengamankan tujuh orang yang diduga mengetahui aktivitas markas TPN OPM di Abe Gunung Jayapura Papua. Ini dilakukan saat siang harinya aparat kepolisian menggerebek markas itu. Ditemukan tiga bendera Bintang Kejora, puluhan peluru senapan M-16, senjata tajam, dokumen beserta stempel, kliping media, dan kamera. Penggerebekan ini tak berhasil meringkus Demus Wenda, Sekertaris Jenderal Komite Nasional Papua Barat yang mengaku bertanggung jawab atas pengibaran bendera Bintang Kejora pada 17 Agustus 2009.
JAYAPURA, KOMPAS.com – Kelompok kriminal bersenjata di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, tidak takut lagi kepada aparat. Mereka nekat menyergap mobil sipil yang terletak di 2 kilometer dari pos TNI, Rabu (21/7/2010) sore.
Bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe, Rabu malam, menginformasikan, tiga mobil dibakar dan dua orang dinyatakan hilang akibat perbuatan tidak bertanggung-jawab itu.
Lukas mengatakan, kasus ini bermula ketika iring-iringan empat mobil dari Wamena (ibukota Kabupaten Jayawijaya) menuju Mulia (ibukota Puncak Jaya). Iring-iringan itu mengangkut bahan makanan.
Setiba di Distrik Tingginambut, sekitar pukul 17.00, mereka dihadang sekelompok orang tak dikenal. Seketika itu langsung tiga mobil dibakar, sementara satu mobil berhasil melarikan diri kembali ke Distrik Illu.
Menurut Lukas, aksi kriminal di Tingginambut ini jaraknya sekitar 2 Km dari pos TNI. “Saya juga baru mendapat informasi dari Puncak Jaya, yang lebih jelas akan kami kontak Kapolres, untuk mematikan apakah tiga orang sopir itu melarikan diri atau sudah meninggal,” ujar Lukas Enembe kepada pers di sela-sela pembukaan Musda KNPI Papua, semalam.
Ia menambahkan, kekuatan aparat keamanan di Puncak Jaya saat ini kurang lebih 1 Satuan Setingkat Kompo (SSK). Namum, dengan kondisi geografis yang berat, aparat belum memungkinkan turun ke lokasi.
Dikatakan, persoalan di Puncak Jaya tidak akan kunjung selesai karena Pemerintah Provinsi Papua tidak ada perhatian.
“Hasil pertemuan dengan gubernur, kapolda dan pangdam (sekira 3 bulan lalu) sampai saat ini juga tidak jelas. Padahal, kondisi masyarakat di Puncak Jaya sangat merindukan kedamaian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Papua itu mengatakan, beberapa surat yang menamakan dirinya TPN/OPM kepada Pemkab Puncak Jaya, menyatakan, kemerdekaan Papua adalah harga mati.
“Bahkan, mereka minta Pemkab Puncak Jaya membeli senjata. Maka dari itu, diharapkan, Gubernur segera mengambil keputusan apa yang harus kami lakukan untuk menghentikan penembahkan dan aksi kriminal yang terus terjadi di Puncak Jaya sepanjang tahun ini,” katanya.
JAYAPURA, KOMPAS.com – – Kelompok kriminal bersenjata di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, menyergap mobil sipil yang terletak di 2 kilometer dari pos TNI, Rabu (21/7/2010) sore.
Berikut kronologi kasus penembakan dan pembakaran mobil oleh kelompok kriminal bersenjata di Puncak Jaya yang diterima Kompas, Kamis (22/7/2010) pagi.
Pada hari Rabu, terjadi penghadangan, penembakan, dan pembakaran konvoi empat mobil Mitsubishi Strada dari Wamena ke Mulia yang menyebabkan dua orang luka parah akibat tertembus proyektil peluru.
Pada pukul 13.00, keempat mobil yang membawa solar dan bahan makanan dari Distrik Illu. Namun setelah sampai Kampung Pagargom, tepatnya dekat SD Pagargom, kurang lebih 2 kilometer dari Pos TNI Kalome (45 km dari Mulia) tiba-tiba ditembaki dari arah atas gunung.
Para penembak melakukan dawi-dawi atau tarian lokal yang diduga kelompok pimpinan Goliath Tabuni. Aksi ini menyebabkan sopir Lanko Nafi terkena serpihan proyektil di lengan kiri.
Pukul 13.45, Letda (Inf) Deddi dari Pos TNI Illu dan delapan anggota menuju lokasi kejadian. Mereka tiba pukul 15.30 dan mendapati 3 mobil sudah terbakar dan barang muatan kosong yang kemungkinan telah dijarah.
Tujuh orang (sopir dan kernet mobil) yang belum diketahui identitasnya dengan membawa satu mobil berhasil lolos dan kembali ke Illu. Sedangkan sopir, Timotius Enumbi dan penumpang Neminces Wonda lari mengamankan diri dan tiba di Pos Polisi Tingginambut pukul 18.30. Keduanya luka parah karena terkena serpihan proyektil pada kaki kanan dan kiri.
JAYAPURA [PAPOS]- Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua, Jansen Monim, ST mengatakan sejak tahun 2009 alokasi dana pembangunan jalan di kabupaten Puncak Jaya selalu disiapkan melalui APBD, APBN dan Anggaran perubahan. Sayangnya karena kondisi keamanan kurang kondusif di Puncak Jaya sehingga pembangunan tdak berjalan sebagaimana mestinya.
‘’Tahun lalu anggaran untuk alokasi pembangunan jalan di daerah Pegunungan, khususnya di Puncak Jaya selalu disiapkan pemerintah, baik melalui anggaran APBN, APBD dan Anggaran Perubahan, tetapi karena OPM selalu berulah sehingga pembangunan jalan tidak bisa terlaksana. Siapa kontraktor yang mau bekerja, jika nyawanya selalu terancam saat bekerja,’’ kata Monim menjawab wartawan usai pembukaan sidang Paripurna DPRP di main hall kantor DPRP, Rabu [14/7]
Bahkan kata Monim tahun anggaran 2010 juga disiapkan anggaran, tetapi itu tadi. Jika kondisinya masih tetap terjadi konflik sama saja, tidak ada gunanya. Nah, inilah dampak dari timbulnya gangguan, pembangunan di daerah tersebut akan lambat. Padahal pemerintah provinsi Papua punya keseriusan membangun kampung-kampung di Papua, tetapi karena daerah kurang kondusif sehingga pembangunan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Lebih lanjut dikatakannya, selain anggaran pembangunan jalan di Puncak Jaya, pemerintah juga mengalokasikan anggaran pembangunan jalan Habema, Nduga dan Kenyam. ‘’Ini adalah prioritas kita. Pembangunan jalan ini akan dibangun nanti sampai ke pelabuhan. Demikian juga nanti tahun 2011 pembangunan akan dilakukan dua arah dari Kenyam-Habema, Habema-Kenyam. Anggaran pembangunan jalan ini bersumber dari APBN, APBD dan anggaran perubahan,’’ terangnya. [bela]
Pada Petang ini, pukul 13 siang Waktu New Guinea (WNG), telah menghembuskan nafas terakhir, seorang Perwira Tentara Revolusi West Papua (TRWP) di Markas Pusat Pertahanan, Rimba New Guinea:
1. Nama: G.T. Oscar
2. Pangkat: Colonel TRWP
3. BRN: –
5. Jabatan: Staff Khusus Logistik Markas Pusat Pertahanan
6. Masa Pengabdian: Sejak 1980-meninggal (2010)
Colonel TRWP Oscar GT
Col. Oscar sehari-hari berutagas menjaga keamanan dan kelangsungan kegiatan Kantor Pusat TRWP, dan menjain hubungan dengan Masyarakat Adat setempat dalam rangka mendapatkan dukungan dan kerjasama.
Beliau meninggal karena di-Zanggoma, artinya meninggal oleh buatan orang tuan tanah di MPP.
Dengan ini, atas nama
segenap Perwira dan Pasukan MPP TRWP di bawah Komando Gen. TRWP Mathias Wenda, dengan makhluk penghuni Bumi Cenderawasih menundukkan Kepala dan Berduka sedalam-dalamnya
atas kepergian salah satu Perwira yang berperan penting dalam perlawanan menentang Penjajah NKRI.
Semoga pekerjaan yang ditinggalkan akan diteruskan oleh Generasi Muda West Papua, sampai kita mencapai cita-cita luhur dan aspirasi murni bangsa Papua, “Kebebeasan, Kedaulatan dan Kemerdekaan” bersama Kebenaran Sang Bintang Kejora.
Dengan menundukkan Kepala dan menatapkan matahati ke langit New Guinea, kami berdoa,
Ya, Tuhan, inilah kami, kami bangsa Papua
Sejak NKRI menginvasi dan menginjakkan kaki ke Bumi Cenderawasih melalui jalan yang curang dan tidak demokrasi, dan dengan pelanggaran Hak Asasi Kami sebagai makhluk ciptaanMu
Kami telah dengan berani menyatakan “tidak” kepada kehadiran NKRI dan terus berjuang untuk kemerdekaan kami.
Pada hari ini, telah berpulang salah satu Perwira kami di MPP TRWP, menyusul banyak Perwira dan pasukan serta orang Papua lain yang telah tiada demi perjuangan ini
Kami tahu sepenuhnya dan sedalam-dalamnya, bahwa Tuhan beserta kami, dan bahwa kami akan meraih kemerdekaan itu,
Walau demikian, “Sampai kapankah kami harus menderita dan terus mati berserakan di hutan rimba, tanpa dikubur di tanah leluhur dan kampung halaman kami?”
Apakah nenek moyang kami yang bersalah mendiami pulau New Guinea?
Apa dosa kami, sehingga kami harus berjuang sampai terpuluhan tahun?
Kami berdoa dan serahkan semua kami yang hidup untuk dikuatkan dan diberi petunjuk dan kebijaksanaan serta bekal untuk meneruskan perjuangan ini, sampai Papua Merdeka.
Kami berdoa agar Generasi Muda West Papua merapatkan barisan dan mencontoh perjuangan generasi pendahulu mereka, termasuk contoh dari alm. Col. Oscar GT. sehingga biar satu pergi, seribu tumbuh kembali, sampai Papua Merdeka.
Dengan disaksikan oleh segenap komunitas makhluk, para penghuni Bumi Cenderawasih, atas nama semuanya, dan demi Allah Pencipta serta Pelindung kami, sekali lagi kami menyampaikan,
BERDUKACITA SEDALAM-DALAMNYA
Dikeluarkan di: Markas Pusat Pertahanan
Pada Tanggal: 12 July 2010
—————————————————————
Panglima,
Mathias Wenda, Gen. TRWP
NBP: A.001076
Lampiran Contoh Pangkat Baru untuK Perwira Menengah:
VIVAnews — Aksi teror, penembakan dan pembunuhan selama dua tahun terakhir kerap dilakukan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua. Namun, aparat keamanan belum berhasil menumpasnya.
Ada sejumlah kendala yang dihadapi polisi sehingga sulit menumpasnya. Selain medan yang sulit ternyata juga minimnya peralatan yang dimilliki.
"Di sini semua gunung, dan OPM tinggalnya di sana. Kalau kami hendak melakukan penyergapan, mereka dengan mudah memantau dari atas ke bawah, lalu melakukan penyerangan," kata Kapolres Puncak Jaya, Alex Korwa kepada wartawan, Jumat 2 Juli 2010.
Tidak hanya itu, suhu yang ekstrim dengan oksigen tipis, tentu membuat personel kewalahan. "Kami benar-benar kesulitan jika melakukan penyergapan," paparnya.
Sementara, kata Alex, peralatan yang dimiliki personel yang ditugaskan mengejar dan menangkap gerombolan itu sangat terbatas. "Personel tidak dilengkapi perlengkapan yang memadai," tuturnya.
Menurutnya, jika personel yang melakukan pengejaran dilengkapi helikopter dan teropong malam, akan lebih mudah untuk mengejar dan menangkap OPM. "Keterbatasan perlengkapan membuat personil kesulitan melakukan pengejaran," tandasnya.
Kapolres mengklaim, pada 1 juli yang kerap dirayakan sebagai hari Ulang Tahun OPM, sama sekali tidak ada pengibaran bendera bintang kejora. "Situasi 1 juli di Puncak Jaya aman terkendali, meski sebelumnya kami menetapkan status siaga satu," ungkapnya.
Tanggal 1 Juli 1971, setelah setahun lamanya bangsa Papua menunggu Belanda memenuhi janinya untuk memberikan kedaulatan kepada bangsa Papua untuk merdeka dan berdaulat, maka telah dilakukan berbagai persiapan antara Komite Nasional Kemerdekaan West Papua (West Papua Freedom Committee) yang diketuai Tuan Nicolaas Jouwe bersama gerilyawan di Rimba New Guinea di bawah pimpinan Seth Jafeth Roemkorem dan Hendrik Jacob Prai.
Persiapan-persiapan itu telah melahirkan sebuah “Proklamasi Kemerdekaan” pada 1 Juli 1971 bertempat di Waris Raya, Port Numbay. Proklamasi kemerdekaan West Papua, sebagaimana proklamasi kemerdekaan semua bangsa di muka bumi, hanya diucapkan sekali untuk selamanya, dan itulah yang terjadi tanggal 1 Juli 1971. Kini kita sudah memasuki tahun ke-39 setelah proklamasi dimaksud.
Sepanjang perjalanan sejarah Negara West Papua, berbagai kendala telah dihadapi, terutama sekali karena Belanda mengingkari janjinya. Kalau saja Belanda tetap setia memenuhi janjinya, persoalan-persoalan susulan yang kita alami tidak akan pernah kita hadapi. Ditambah lagi sikap dan mentalitas ekspansionis dan kolonialis Indonesia, terutama Soekarno dan para Jenderal TNI-nya menyeret nasib bangsa Papua menjadi malang. Ditambah lagi kerakusan Amerika Serikat mengeruk sumberdaya alam di Tanah Papua menutup mata mereka melihat kebenaran dan demokrasi dan HAM yang mereka junjung dan akui sebagai juaranya.
AKibatnya bangsa Papua dilempar ke lautan Pasifik kemalangan tanpa tahu di mana dan kapan mencapai tepian untuk sekedar menarik nafas.
Dalam mengenang sejarah, adalah kebiasaan setiap umat manusia di muka bumi untuk mengajak kaum mudanya, Pemuda dan Mahasiswa untuk memetik nilai-nilai luhur dan makna yang terkandung dalam apa yang telah terjadi untuk membenahi dan memacu langkah menuju cita-cita.
Dalam memasuki usia ke-39 ini, Tentara Revolusi West Papua (TRWP) atau West Papua Revolutionary Army (WPRA) setelah memisahkan diri dari organisasi Politik, Organsasi papua Merdeka (OPM) sejak 1 Januari 2007 berdasarkan hasil kongres TPN/OPM Pertama di Rimba New Guinea pada 26 November – 3 Desember 2006, maka telah mempersiapkan langkah-langkah untuk membenahi Organisasi Politiknya (OPM) untuk mengatur dan mengkoordinir perjuangan Kemerdekaan West Papua dengan menetapkan sejumlah fungsionaris di tingkat Pusat dan daerah yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi organisasi secara strategis dan taktis dan mempersiapkan segala aparatur dan perangkat untuk kemerdekaan dan pembentukan negara West Papua yang merdeka dan berdaulat.
Dalam rangka itu, maka saya selaku orang tua dan selaku pemegang Komando Revolusi menyampaikan:
SELAMAT MERAYAKAN HUT PROKLAMASI NEGARA WEST PAPUA 1 Juli 2010
Perlu saya tambahkan bahwa angkatan bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) saat ini tidak-lah sama dengan organisasi sayap militer sebelumnya, karena saat ini setiap kegiatan politik dan operasi militer di lapangan sedang dikoordinasikan dan diusahakan agar dikendalikan oleh Kantor Pusat OPM dan setap kegiatan atau aksi gerilya dipertanggungjawabkan secara politik oleh OPM. Selama ini sudah banyak kegiatan gerilya bersifat sporadis dan tidak terorganisir. Oleh karena itu selama kurang dari lima tahun ini TRWP telah melakukan pembenahan-pembenahan Hukum Revolusi dan mempersiapkan perangkat Hukum dan Sstem administrasi Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Tentara Revolusi West Papua. Anda dapat mengakses sedikit informasi tentang perkembangan dimaksud di trpb.melanesianews.org
Setelah pembenahan sayap militer dengan segala perangkat hukumnya, maka kita sedang memasuki ke tahap pembenahan Organisasi Sayap Politik, yaitu OPM.
Walaupun PDP sudah terang-terangan katakan, “OPM tidak ada!” dan menjadikan OPM sebagai salah satu pilar dalam tubuhnya, walaupun WPNCL mengatakan “OPM sebagai salah satu komponen di dalam organ bernama WPNCL”, walaupun NKRI mengatakan “OPM” sebagai separatis, walaupun lembaga-lembaga lain dibentuk dan berupaya menggantikan atau mengambil-alih misi dan visi serta tanggung-jawab serta fungsi OPM, tetapi OPM tetap hidup, dan hidup terus sampai PAPUA MERDEKA.
Saya selaku Pemegang Komando Revolusi mau nyatakan dari Rimba New Guinea secara terus-terang dan pasti, bahwa “OPM masih hidup, OPM masih ada, OPM tidak dihapus, OPM tidak dapat dihapus, OPM tidak akan pernah dihapus, SAMPAI PAPUA MERDEKA!”
OPM yang dibentuk di Kepala Burung oleh Awom dan Mandatjan bersaudara bersama teman-teman mereka, OPM yang dipimpin oleh Aser Demotekay, Elky Bemey, James Nyaro, Mathias Tabu, Jacob Prai, Seth Roemkorem di Port Numbay, OPM yang dipimpin oleh Kelly Kwalik, Tithus Murib, Nggoliar Tabuni, Yudas dan Silas Kogoya, OPM yang dipimpin oleh Mathias Wenda masih ada, komandonya masih ada, tongkat kepemimpinan masih ada, semanga, roh, visi dan misinya masih ada, SAMPAI PAPUA MERDEKA!
Hari ini, 1 Juli 2010, diberitahukan kepada semua pihak, bahwa kini sudah ada tokoh dan fungsionaris OPM yang muda, yang gagah berani, yang rela mati, membela dan mempertahankan hargadiri, martabat dan hak kedaulatan bangsa Papua dan negara West Papua.
Perlu dijelaskan juga bahwa OPM adala organisasi politik, ia tidak bergerilya dan berperang dengan senjata, ia tidak tahu melakukan kejahatan, ia tidak tahu menembak atau memangku senjata. Yang OPM tahu adalah perjuangan Papua Merdeka haruslah direbut dengan ‘Politik Papua Merdeka” hinga mencapai kemerdekaan secara demokratis dan bermartabat. Berbeda dengan itu, TRWP bertugas utama untuk melakukan kegiatan-kegiatan gerilya meentang penjajah. Walaupun demikian, saat ini angkatan bersenjata West Papua tidak lepas kendali dari OPM, ia bekerjasama dan berkoordinasi dengan OPM.
Walaupun demikian, OPM bukanlah TRWP, sama seperti TPN adalah OPM sehingga namanya disebut TPN/OPM. Saya, Gen TRWP Mathias Wenda beserta semua Panglima yang beroperasi di West Papua saat ini BUKANLAH Panglima TPN/OPM, tetapi Panglima TRWP. Dan orang-orang OPM sudah mulai muncul untuk mempertanggungjawabkan kegiatan TRWP secara politik.
Untuk itu saya selaku orang tua menyerukan kepada semua orang Papua, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, di dalam negeri dan di luar negeri, di tanahan penjara NKRI dan di tanahan Polri/ TNI, sebagai pencari suaka ataupun sebagai buronan, dimanapun Anda berada, “ROH DAN SEMANGAT PAPUA MERDEKA” di dalam OPM dan TRWP tetap dan semakin menyala, dan tidak akan pernah mati.
Dalam rangka peringatan HUT ke-39 Proklamasi Kemerdekaan West Papua ini, saya mohon kepada semua orang Papua untuk belajar kembali sejarahnya, dan merenungkan makna semua peristiwa dalam sejarah, dan membenahi diri dan bersiap diri untuk terus mempertahankan jatidirinya, aspirasinya dan pandai membaca segala peristiwa yang terjadi aagar tidak mudah dikelabui oleh permainan musuh, karena musuh NKRI sudah terlanjur masuk ke dalam tubuh dan jiwa orang Papua sendiri.
Dengan pemisahan organisasi perjuangan sayap politik dan sayap militer, maka perjuangan ini semakin diorganisir secara terprogram dan terorganisir, dalam tahapan tahunan, dua tahunan, tiga tahunan, lima tahunan, dan seterusnya. Hal ini membutuhkan perencanaan Program dan Anggaran untuk Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Panitia Perumus yang telah dibentuk TRWP sudah mempersiapkan semuanya, Anggaran Belanda dan Program Kerja Jangka Pendek dan Jangka Menengah Sudah ada, kini saatnya sekalian orang Papua memberikan sumbangan dana untuk perjuangan ini.
Sudah lama dan sudah banyak sekali orang Papua katakan, “Kami/ Saya berdosa saja,” “Iyo dorang berjuang dalam politik dan militer, kami berjuang dalam hati saja,”, “Iyo, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangan jadi, kita berjuang menurut yang kita bisa buat,” dan sebagainya. Dalam rangka HUT ke-39 ini saya menghimbau semua orang Papua untuk bersiap-siap, bahwa sebuah Lembaga Dana (West Papua Trust Fund) sudah disiapkan untuk didirikan, di mana orang Papua dapat memberikan sumbangan tanpa harus diketahui oleh siapapun, dan lembaga ini-pun tidak akan memberitahu siapa penyumbangnya. Lembaga ini akan diaudit oleh Auditor Internasional dan akan ada Badan Pengawas serta Badan Pengurus Keuangan, dan ditangani oleh Bendaharawan yang sudah mahir dalam akunntasi modern dengan sistem komputerisasi mutakhir.
Semua ini dilakukan untuk menunjukkan kelayakkan kesiapan West Paupa sebagai sebuah negara yang sedang menunggu untuk diakui dunia dan untuk menjaga kerahasiaan para penyumbang agar tidak dihabisi kolonial NKRI yang dikenal buas dan haus darah itu.
Ada banyak hal yang saya mau sampaikan, tetapi dengan sedikit informasi ini, dalam rangka HUT ke-39 ini, saya harap moyang, tanah, hewan dan tumbuhan, semua yang telah mati dan yang akan lahir, Tuhan Khalik Langit dan Bumi cenderawasih memberikan hikmat dan pengeritan yang jernih dan jelas serta kekuatan untuk mengambil langkah menyongsong pengakuan kemerdekaan West Papua sebagai sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat.
Pada Tanggal 1 Juli 1971 adalah hari Proklamasi kemerdekaan bangsa Papua yang berdaulat diatas negerinya sendiri seperti bangsa-bangsa lain yang sedang hidup merdeka di muka bumi ini, sehingga bertambanya usianya yang ke 39 tahun, maka West Papua semakin dewasa untuk merealisasikan kemerdekaan itu karena dia cukup umur untuk mengatur dirinya sendiri didalam rumah tangganya West Papua.
Meskipun hak dan kemerdekaan itu dirampas oleh bangsa-bangsa lain dengan berbagai kepentingan di bumi Papua tetapi kami tetap memperjuangkan hak-haknya sampai West Papua berdiri sendiri diatas tanahnya, menjadi tuan diatas negerinya sendiri.
Walaupun West Papua masih dijajah oleh bangsa-bangsa lain, namun Ia selalu merayakan hari kemerdekaanya dimanapun, kapanpun, dia berada. West Papua semakin dewasa didalam mengatur, menata dirinya didalam perjuangan agar dalam alam kemerdekaan ia lebih dewasa untuk mengatur dirinya sendir tanpa campur tangan orang/bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.
Didalam arena perjuangan pun ia telah dewasa untuk membedakan mana yang baik dan benar karena ia telah belajar banyak melalui banyak pengalaman dalam perjuangan, pengalaman baik dan buruk menjadi guru dan pelajaran yang paling berharga untuk ditetapkan sebagai landasan didalam perjuangan.
Seperti seorang yang sudah dewasa mencapai 24-25 tahun yang siap untuk memisahkan diri dari orang tuanya dan menikah dan mendirikan rumah tangganya sendiri serta mengatur rumah tangganya tanpa harus bergantung di orang tuanya. Maka kesiapan untuk West Papua berdiri sendiri diluar rumah tangga orang tua angkatnya/bapa piaranya.
Mengukur umur dan pertumbuhan Bangsa West Papua, sudah saatnya untuk memerdekakan dirinya dan membangun rumah tangganya sendiri.
Untuk itu dalam mempersiapkan dirinya menuju kemerdekaan dalam rumah tangganya, ia sendiri telah mempersiapkan Pagar Rumah, Landasan Rumah, Tiang-tiang rumah, papan, balok, atap rumah sehingga rumahnya sudah rampung tinggal pindah rumah kapan saja.
Kepala rumah tangga sudah ada, untuk bertanggung jawab sehingga semua anak-anak yang lahir sebelum menikah maupun sesuah menikah hendaknya menyatukan barisan dengan bapak rumah tangga agar kita dapat dibawa secepatnya ke rumah yang telah dibangun.
Untuk itu pesan kami: semua pejuang secara pribadi maupun organisasi yang masih terhamburan tanpa mengetahui siapa bapaknya, mari kita bersatu menyatukan barisan untuk merebut rumah itu meskipun bapa piara/bapa angkat tidak setuju, secara kasar maupun halus kita harus merebut rumah itu dibawa satu komando, bapak Revolusi West Papua yang sedang mempersiapkan diri untuk bertanggung jawab didalam rumah tangganya.
Dalam proses perjuangan ini anak dan bapa harus menyatukan suara, kehendak, kekuatan agar bapa tiri yang datang dari jauh dan kawin mama di Papua bisa meninggalkan tempat diam-diam.
Agar semua keinginan itu tercapai, semua anak-anak yang mendirikan gubuk-gubuk kecil yang bernama PDP, DeMMAK, WPNCL, AMWP, harus bergabung ke rumah induk OPM dibawa komando Panglima Tertinggi Tentar Revolusi West Papua agar semua kekuatan yang tercerai-berai dapat disatukan sehingga dengan kekuatan ini kita dapat mengusir BAPA TIRI/PENJAJAH yang datang cari makan di tanah Papua dan merampas mama papua dari suaminya yang orang Papua asli lalu kawin dengan mama Papua sehingga telah mengacaukan dan mengaburkan jati diri anak negeri bersama ibu kandungnya.
Semoga cerita pendek ini menjadi kado ulang Tahun untuk-mu Papua, kami anak-anak yang lahir dari darahmu siap untuk meneruskan perjuangan sampai anak-anak negeri berdiri sendiri diatas Tanah Leluhurnya.
Kami persembahkan sebuah puisi untukmu: Tangisan Seorang Yatim di Medan Perjuangan Mama…. Telah sekian lama aku mengembara di rimba… Telah sekian lama aku mengasingkan diriku di negeri orang.. Telah sekian lama aku mencari bapa kandungku, karena Mamaku dikawaini orang yang tidak bertanggung jawab.. Dalam perjalanan pengembaraan ini aku telah kehilangan….. Kehilangan mereka…… Om, kaka, adik, saudara-saudaraku, teman-teman-ku…. Tulang-tulang mereka telah berserahkan di hutan.. Di lubang batu… Di lubang tanah…. Di kota-kota …. Bagaikan binatang liar diatas tanahnya sendiri… bagaikan anak yatim di negeri orang…. Tuhan…. Mengapa, mengapa… Engkau ciptakan tanah ini.. Engkau lahirkan kami di atas tanah ini….. Apakah hanya untuk lahir dan mati….? Kepada siapakah siapa aku harus mengeluh… Karena semua orang sekelilingku menutup telinga dan mata mereka… Aku ingin kembali ke bapaku…. Aku ingin menemukan rumahku…. Aku ingin mencari dia…. Aku ingin berada di sisinya,. apapun situasi, kondisi, medan…… aku tidak peduli…..
Hai mama, kekasihku……. Dengan berat hati aku meninggalkan-mu sekian lama… Aku harus pergi…. Aku harus melawan…. Sampai kapapun, apapun situasinya… untuk menemukan rumah dimana bapa berada… Kuatkanlah hatimu….., berteguh kepada janji kita diatas tanah Leluhur… West Papua…
Jangan bertanya kemana aku pergi, dari mana aku datang, biarkan aku pergi untuk kita semua…..
Burung Mambruk, Lambang Negara West Papua
Port Moresby 1 July 2010. Tary Yikwainak Karoba
============================================ Tary Karoba, PO.BOX7326, Borok 111, NCD PNG Bank South Pacific (BSP) Waigani Banking Centre N a m e : David Posianie Account Number : 1001358031 Branch Code : 8202 BSP Code : BOSPPGPM ============================================ Write or ring us before you send us any contributions, Thank You. Mobile: +675 71456663.
Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe saat berbincang-bincang dengan Kapolres AKBP Aleks KorwaMulia—Deadline 28 Juni bagi TPN/OPM agar menyerahkan diri sebagaimana pernah diungkapkan Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe, bukan berarti setelah deadline langsung diadakan penyerangan terhadap kelompok yang terus bergerilya di hutan dan pegunungan di Papua tersebut.
‘’Deadline itu bukan berarti langsung tentara masuk operasi, itu tidak. Ada tahapan-tahapannya sehingga harus dengan tegas kita bicara begitu,’’ ungkapnya saat memberi keterangan pers di kediamannya kemarin.
Dikatakan, dengan adanya deadline sudah banyak perkembangan yang diperoleh, terutama komunikasi yang terjalin lewat surat. ‘’Dengan begitu kita bisa kirim surat, dan setelah mereka baca nanti bisa menilai bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak baik dan menyengsarakan rakyat. Kesadaran untuk mereka itu yang kita tuju,’’ lanjutnya.
Dijelaskan, kalau deadline seperti yang banyak diartikan masyarakat umumnya, yaitu operasi militer atas TPN/OPM, menurutnya hal itu butuh koordinasi dengan berbagai kalangan karena akan menyangkut berbagai hal, seperti bagaimana menyiapkan masyarakat yang akan diungsikan dan lain-lainnya. ‘’ Berapa biaya yang harus kita siapakan, siapa-siapa yang harus dicari dan tempatnya dimana. Ini bukan pekerjaan deadline seperti ini. Ini pekerjaan terkoordinasi dan pekerjaan terpadu semua komponen,’’ jelasnya.
Dan terkait dengan komunikasi yang terjalin, menurut Bupati pihaknya telah menerima banyak sekali surat dari berbagai kalangan, terutama kelompok TPN/OPM. ‘’Terakhir kemarin malam saya menerima surat dari mereka. Suratnya ditujukan kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan tembusan sebanyak 23 tembusan yang semuanya di luar negeri termasuk Presiden Amerika Serikat Obama,’’ ungkapnya sambil menunjukkan surat berbungkus amplop coklat.
Isi surat yang oleh Bupati Lukas Enembe sempat dibacakan dan disaksikan wartawan baik lokal maupun nasional di halaman kediaman Bupati Puncak Jaya tersebut tampak isinya yang juga terdapat susunan kabinet negara yang diinginkan oleh TPN/OPM, yang berisi Anton Tabuni sebagai presiden dan dengan 32 menteri. Rupanya dengan melihat susunan ini, ternyata OPM sudah mempersiapkan kabinet.
Yang mengejutkan diantara kabinetnya terdapat sejumlah tokoh masyarakat maupun tokoh agama, termasuk Sekjen PDP Thaha Alhamid di dalamnya. ‘’Surat-suratnya banyak dan saya file untuk nantinya bahan laporan saya. Artinya ada komunikasi dengan mereka yang isinya macam-macam, termasuk permintaan-permintaan mereka yang mungkin kita tidak bisa jawab seperti permintaan senjata dan amunisi. Kita jawab ini menyangkut sendi-sendi kehidupan berbangsa sehingga kita balas itu tidak mungkin kita lakukan,’’ ungkapnya.
Disinggung solusi terbaik, dengan tegas Lukas Enembe mengatakan bahwa hanya satu yakni TPN/OPM dapat menyerah dan kembali menjadi warga negara membangun bersama Papua yang damai. ‘’Sudah tidak ada jalan lain. Wilayah ini dibentuk atas dasar undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia,’’ tegasnya. Dikatakan juga bahwa kepada LSM maupun organisasi-organisasi lain jangan terus menyorot aparat yang sering dituding melanggar HAM. ‘’Orang yang dibunuh aparat itu bisa saya hitung, paling sekitar lima orang. Sedangkan yang mereka (TPN/OPM ) bunuh itu jauh lebih banyak. Kalau aparat kita tidak terlalu persoalkan karena memang sudah tugasnya di situ. Tapi ini masyarakat, tukang ojek mereka bunuh, wanita-wanita mereka perkosa dan ada beberapa orang yang mereka siksa hingga mengalami luka berat dan sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit di sini. Trus mau disebut apa kelakuan mereka itu?,’’ ungkapnya. Sementara itu Kapolres Puncak Jaya AKBP Aleks Korwa mengungkapkan terkait situasi Kamtibmas di Puncak Jaya bahwa pihaknya terus melakukan kewaspadaan meski dukungan peralatan yang minim. ‘’Kendala kita ras mereka pada umumnya sama, terus masyarakat jua ketakutan melapor karena terkait ancaman jiwa mereka. Medan di sini seperti kita lihat bersama itu sulit. Sedangkan bagi mereka itu rumah mereka,’’ ungkapnya usai peresmian Politeknik Kesehatan Program Khusus Diploma III Puncak Jaya.
Dan terkait deadline, Kapolres mengatakan bahwa target sasaran yakni kembalinya senjata milik aparat TNI/Polri yang dirampas kelompok TPN/OPM yang menurutnya berkekuatan sekitar 300-400 orang dengan senjata yang juga cukup banyak belum ada satupun yang berhasil kembali. ‘’Untuk langkah-langkah selanjutnya kita koordinasi dengan pemerintah daerah. Rencana nanti diatas satu juli kita akan rapat ulang karena 1 juli adalah hari Bhayangkara. Nantinya kita rapatkan bersama terkait hasil rapat 15 Juni lalu,’’ ungkapnya. Terkait poster-poster yang dipajang di sejumlah tempat dipinggir Jalan raya yang berisi foto orang yang masuk DPO, Aleks Korwa mengatakan bahwa hal itu cukup efektif dalam upaya pengejarannya ‘’Diantara poster itu berhasil kita tembak satu yaitu Elenius Telenggen beberapa waktu lalu,’’ ungkapnya lagi. Disinggung jam malam maupun razia-razia pada pos-pos tertentu oleh aparat TNI/Polri yang berkekuatan sekitar 500 personel gabungan anggota organik Polres Puncak Jaya, Gegana Brimobda Papua, Densus 88 Antiteror, Satuan Pelopor dari Kelapa Dua Bogor serta TNI, Kapolres mengatakan bahwa untuk jam malam memang diberlakukan sampai jam 9 malam. ‘’Kita himbau kepada masyarakat untuk tidak keluar diatas jam 9 malam. Tapi itu tidak kaku, masih ada toleransi,’’ jelasnya.
Untuk razia, menurutnya yang diperiksa adalah KTP, senjata tajam dan senjata. ‘’ Selama ini belum ada satupun yang kita ambil. Sedangkan kalau ada masyarakat yang tidak memiliki KTP kita koordinasi dengan dinas kependudukan untuk segera mengurus ke sana,’’ jelasnya. (cr-10/jir)
JAYAPURA-Meski pada 1 Juli 2010 (hari ini) aparat kepolisian sedang berbahagia karena memperingati hari jadinya, yaitu Hari Bhayangkara yang ke-64, namun pihak kepolisian khususnya di wilayah hukum Polda Papua nampaknya harus tetap waspada, sebab hari ini juga diklaim oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai hari jadinya.
Terkait hal ini, pihak kepolisian telah melakukan tindakan antisipasi, bahkan jika ada yang tetap nekad melakukan pelanggaran hukum, pihak aparat tak segan-segan untuk melakukan tindakan tegas.
“Jika di Jakarta pada HUT Bhayangkara ada ancaman akan diserang oleh teroris, maka tidak menutup kemungkinan hal itu juga terjadi di Papua. Namun polisi dengan semua kekuatan akan dikerahkan untuk mengamankan Papua dan mengantisipasinya,” tegas Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Bekto Suprapto,M.Si kepada wartawan usai memimpin upacara korp kenaikan pangkat di jajaran Polda Papua, Rabu (30/6) kemarin. Kapolda mengungkapkan, pada dasarnya polisi akan selalu melaksanakan kegiatan pre-emtif, dimana mengantisipasi lebih jauh, bahkan data yang sudah ada akan dikumpulkan, kemudian akan dilakukan antisipasi, sebab ini juga merupakan upaya pencegahan hal-hal yang tidak diinginkan. “Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa dan polisi selalu berupaya menciptakan situasi aman,” tukasnya.
Disinggung soal kekuatan yang dikerahkan, Kapolda mengungkapkan, semua anggota di jajaran Polda Papua akan dikerahkan untuk pengamanan 1 Juli 2010 (hari ini), bahkan bagi kelompok-kelompok yang ingin mengibarkan bendera Bintang Kejora maka pasti akan ditindak tegas. “Jelas akan ditindak tegas, karena ada prosedur hukum yang berlaku,” imbuhnya lagi.
Sementara itu, secara terpisah, Kapolresta Jayapura, AKBP H. Imam Setiawan, SIK ketikan dikonfirmasi wartawan terkait pengamanan 1 Juli 2010, menegaskan, peringatan 1 Juli 2010 (hari ini) yang diklaim sebagai HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) sudah diantisipasi, bahkan pihaknya akan mengambil tindakan tegas yaitu tembak di tempat bagi kelompok-kelompok yang ingin membuat sensasi dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora.
Dikatakan Kapolresta, guna mengantisipasi aksi-aksi tambahan dan sekaligus pengamanan peringatan 1 Juli 2010 sebagai HUT OPM itu, pihaknya telah mengerahkan sebanyak 300 anggota. Selain itu, pihaknya bersama jajaran Polresta Jayapura juga telah melakukan razia-razia di berbagai titik-titik bahkan telah membentuk tim yang terdiri dari satuan Brimob dan intelkam.
“Saya sudah menegaskan kepada seluruh anggota yang berjaga untuk tidak ragu-ragu dalam mengambil tindakan tegas seperti bagi kelompok yang menaikkan bendera Bintang Kejora, kemudian melakukan perampasan bendera karena hendak diturunkan, maka akan diberlakukan sistem tembak di tempat,” ucapnya.
Selain itu, menaikkan dan mengibarkan bendera kemudian diturunkan anggota polisi namun ada perlawanan maka ditangkap dan bila melawan petugas maka tembak di tempat. “Bahkan membahayakan petugas dalam arti kelompok itu menggunakan senjata maka akan langsung dilumpuhkan dan tembak di tempat karena itu protapnya, dan saya tidak main-main karena ini langkah tegas,” tandasnya.
Pada hari ini pihaknya juga tidak memberikan ijin demontrasi, karena semua polisi sedang konsentrasi dengan upacara HUT Bhayangkara, sehingga kalaupun ada demontrasi, maka itu dianggap illegal dan akan dibubarkan secara paksa.
Sementara itu, terkait upaya penyelundupan amunisi ke wilayah pegunungan yang berhasil digagalkan di Bandara Sentani beberapa waktu lalu, Kapolresta mensinyalir, amunisi tersebut berasal dari PNG. Untuk itu, guna mengantisipasi semakin maraknya pengiriman amunisi tersebut jajaran Polresta Jayapura langsung menggelar razia yang dipusatkan di daerah perbatasan, tepatnya di Wutung wilayah hukum Polsekta Muara Tami yang langsung dipimpin Kapolresta Jayapura, AKBP. H. Imam Setiawan, SIK.
Kapolresta Jayapura mengatakan, dari hasil razia yang digelar Senin (21/6) lalu dan berlangsung selama 3 jam dengan melibatkan unsur TNI dari Yonif 713/ST itu berhasil menyita sebanyak 9 senjata tajam (sajam) berikut dengan tersangkanya diantaranya 1 kapak, 3 parang, 2 badik, 2 sangkur dan 1 pisau biasa.
Selain itu, minuman keras (miras) sebanyak 1 karton Bir yang diseludupkan dari PNG, pelanggaran lalu lintas sebanyak 21 kasus, namun bersifat teguran serta 1 linting daun ganja kering yang dibawa oleh seorang warga Vanimo, PNG berinisial RMY (32). “Razia tersebut berhasil menyita beberapa barang-barang terlarang dan telah diamankan bersama tersangkanya kemudian untuk RMY pemilik daun ganja juga tidak memiliki visa sehingga dikenakan dua pasal yaitu pasal narkotika dan pasal keimigrasian,” ungkap Kapolresta Jayapura kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (30/6) kemarin. (nal/fud) (scorpions)