Category: NKRI Bangkrut

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai sebuah kesatuan politik yang imaginer, pasti akan bubar berantakan, dan negara-bangsa akan kembali kepada masing-masing suku di setiap pulau.

  • Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh

    Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh

    ‼️ π—Ÿπ—˜π— π—•π—”π—šπ—” π—ͺπ—”π—Ÿπ—œ π—‘π—”π—‘π—šπ—šπ—₯π—’π—˜ ‼️
    ❌ π—•π—¨π—žπ—”π—‘ ❌
    ‼️ π—Ÿπ—˜π— π—•π—”π—šπ—” π—ͺπ—”π—Ÿπ—œ π—‘π—˜π—šπ—”π—₯𝗔 ‼️
    Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh, ASNLF menegaskan bahwa:
    • Tidak ada hubungan apapun antara Lembaga Wali Negara yang merujuk pada sejarah dan budaya bangsa Aceh, yang terakhir kali dipegang oleh Tengku Hasan Muhammad di Tiro (alm), dengan lembaga β€œWali Nanggroe” produk Helsinki yang sedang dipersengketakan oleh banyak pihak di Aceh.
    • Dalam buku β€œThe Price of Freedom”, Tengku Hasan Muhammad di Tiro (alm) telah menjelaskan, apa yang dimaksud dengan Wali Negara dan kenapa beliau menyebutkan dirinya sebagai wali. Istilah β€œWali” diibaratkan seperti seorang anak kecil yang kehilangan orang tuanya, sementara dia belum dewasa. Sebagai pengganti orang tuanya diperlukan seorang Wali untuk menjaga dan melindungi dirinya. Demikianlah halnya dalam kasus negara Aceh, yang akan dijelaskan dalam alasan historis berikut ini.
    • Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Wali Negara adalah wujud dari deklarasi kembali kemerdekaan Aceh 4 Desember 1976, dimana Wali Negara Tengku Hasan Muhammad di Tiro (alm) mengkaitkan dengan jejak sejarah panjang saat berlangsung perjuangan melawan serangan kerajaan Belanda pada tahun 1873.
    • Ketika itu, tahun 1874, pemangku Sultan Aceh Muhammad Daudsyah masih berumur 9 tahun. Dalam kondisi Sultan yang belum memungkinkan untuk mengambil alih pemerintahan, dan mana kala negara Aceh dalam keadaan darurat, maka telah terjadi pemindahan kekuasaan dari Sultan Aceh kepada Tengku Muhammad Saman di Tiro. Estafet kepemimpinan Aceh ini dijalankan secara turun temurun oleh keluarga di Tiro hingga syahidnya Tengku Chik Maat di Tiro pada tanggal 3 Desember 1911.
    • Pada tahun 1953, Tengku Muhammad Daud BeureuΓ©h mendirikan gerakan Darul Islam, yang berlanjut pada pendirian Republik Islam Aceh di tahun 1961. Saat itu, beliau juga pernah ditetapkan sebagai Wali Negara Aceh.
    • Sejarah berulang, pada tahun 1976, Tengku Hasan Muhammad di Tiro (alm) dengan sebutan Wali Negara, mendeklarasikan kembali kemerdekaan Aceh, sekaligus mendirikan front pembebasan bangsa Aceh Sumatra (National Liberation Front of Acheh Sumatra) atau lebih dikenal dengan Angkatan AtjΓ¨h MeurdΓ©hka.
    • Sejalan dengan waktu, sebutan Wali Negara semakin mengakar dalam masyarakat dengan semakin kuatnya gerakan perlawanan menentang penjajahan di atas bumi Aceh, terutama di tahun-tahun akhir hayatnya Tengku Hasan Muhammad di Tiro. Tak dapat disanggah, bahwa beliau telah menjadi simbol pemersatu bangsa Aceh dalam perjuangan menuntut hak penentuan nasib sendiri.
    • Berdasarkan fakta sejarah di atas, jelaslah bahwa Wali Negara adalah jabatan yang tak dapat dilepaskan dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan kedaulatan Negara Aceh. Hal tersebut sangat bertentangan dengan rumusan lembaga Wali Nanggroe untuk memilih seorang pemimpin adat, sebagaimana tertuang dalam qanun lembaga tersebut. Sehingga kedua istilah ini tidak dapat disetarakan ataupun disama-artikan.
    Sejak Tengku Hasan Muhammad di Tiro wafat, belum ada seorang pun, baik yang berasal dari keturunan keluarga di Tiro maupun bukan, yang mengklaim dirinya sebagai pengganti Wali Negara dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Aceh. Meskipun demikian, perjuangan tersebut tetap dan masih terus dilanjutkan oleh pejuang-pejuang Aceh Merdeka yang bersatu dalam satu front pembebasan yang diwariskan oleh Wali Negara Teungku Hasan, yaitu Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF).
    Sebagaimana diketahui, sejak 1997 Wali Negara Tengku Hasan Muhammad di Tiro telah berada dalam kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk menjalankan tugas-tugas kenegaraan. Mengaitkan β€œWali Nanggroe” dalam NKRI dengan Wali-Wali Negara Aceh Merdeka, dari sisi kriteria apapun tidaklah berdasar. Tidak ada bukti keturunan ataupun dokumen pelimpahan kekuasaan Wali Negara Tengku Hasan Muhammad di Tiro (alm) kepada pihak-pihak lain.
    Bahkan, patut dipertanyakan atas dasar hukum apa, oleh siapa, dimana dan kapan Malik Mahmud Al Haytar diangkat sebagai Wali Nanggroe, sebagaimana tertulis dalam qanun tersebut. Bahkan, ia tidak memenuhi syarat-syarat yang dapat diterima oleh nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Aceh. Apalagi ia secara terang-terangan telah melanggar amanah perjuangan kemerdekaan Aceh.
    Menyetarakan Wali Nanggroe dalam NKRI dengan Wali Negara Aceh Merdeka adalah sungguh suatu tindakan manipulasi untuk memutar balikkan fakta sejarah perjuangan bangsa Aceh. Oleh karena itu, ASNLF sama sekali tidak memiliki kepentingan apapun terhadap Lembaga Wali Nanggroe tersebut, apalagi lembaga itu bila hanya untuk memuaskan kepentingan segelintir elit politik dengan menghambur-hamburkan uang rakyat.
    Pembentukan lembaga Wali Nanggroe dan perangkat kelengkapannya akan berakibat pada pemborosan anggaran belanja. Sangatlah menyedihkan, di saat rakyat Aceh terhimpit dengan persoalan ekonomi untuk hidup sehari-hari, pihak-pihak yang mengatasnamakan wakil rakyat membentuk satu lembaga β€œsuper-power”, yang akan menyerap anggaran belanja tanpa makna apapun dalam pemberdayaan ekonomi rakyat, selain dari pada bermegah-megah di atas penderitaan rakyat.
    Terlebih lagi, situasi di Aceh membuktikan bahwa sengketa berkepanjangan dalam perumusan lembaga Wali Nanggroe telah pula mengorban hak-hak rakyat yang masih saja bergelut dalam konflik politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Anggota-anggota DPRA (Dewan Perwakilan Rakyat Aceh), yang seharusnya menampung aspirasi masyarakat sesuai dengan tugas yang mereka pikul, malah mengabaikannya.
    Perlakuan tersebut telah mencerminkan sistem tirani yang mereka anut sehingga menghambat terbangunnya nilai-nilai demokrasi, dan akan dapat memicu konflik baru dengan kemungkinan terjadinya pertumpahan darah sesama bangsa Aceh.
    Maka, ASNLF perlu menekankan sekali lagi betapa pentingnya jaminan kebebasan bagi rakyat Aceh dalam mengungkapkan pikiran secara terbuka baik dalam bentuk aksi protes, penyampaian petisi maupun aksi-aksi damai lainnya tanpa adanya ancaman ataupun rasa takut. Sebab hanya dengan jaminan atas hak-hak dasar berpolitik inilah rakyat Aceh berpeluang untuk berpartisipasi secara aktif dalam menentukan masa depan mereka.
    Mencermati fenomena penindasan atas hak-hak dasar ini, ASNLF mengajak rakyat Aceh untuk serentak bangun dan menuntut hak-hak dasar tersebut dengan cara-cara yang dibenarkan. Penderitaan yang sedang menimpa bangsa kita sekarang tidak akan berakhir, tanpa adanya usaha-usaha yang keras dan berkelanjutan dari kita sendiri untuk merubah status quo yang ada.
    Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF)
    Postfach 10 15 26
    99805 Eisenach
    Germany
  • MRP Papua minta Lukas Enembe mematuhi proses hukum di KPK

    MRP Papua minta Lukas Enembe mematuhi proses hukum di KPK

    Budisantoso Budiman, antaranews, Sab, 1 Oktober 2022 2.57 PM

    Anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Dorince Mehue meminta Gubernur Papua Lukas Enembe untuk mematuhi proses hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

    β€œMari kita berikan dukungan kepada Lukas Enembe untuk menjalani proses hukum. Lukas harus kooperatif terhadap proses hukum, sehingga berjalan lancar,” kata Dorince Mahue dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu.

    Sebagai warga masyarakat Papua dari komponen perempuan, dia melihat kasus Lukas Enembe murni sebagai sebuah proses hukum yang harus dilalui dengan baik.

    “KPK bersama PPATK pasti mempunyai bukti yang kuat sesuai tupoksinya masing-masing,” ujarnya.

    Dorince meminta Lukas Enembe kooperatif, dan kuasa hukumnya diharapkan tidak memberikan pernyataan provokatif karena bisa menyebabkan situasi tidak kondusif.

    Dorince juga meminta masyarakat Papua tetap tenang dan patuh terhadap hukum yang berlaku serta mengawal proses hukum terhadap Lukas Enembe. Kendati masyarakat memperhatikan ada beberapa dana korupsi yang digunakan Lukas untuk perjudian.

    Menurutnya, perjudian dengan menggunakan dana korupsi sangat tidak etis, karena di kampung-kampung di Papua masih banyak masyarakat yang miskin dan menderita.

    β€œMasyarakat di Tanah Papua agar tetap menjaga stabilitas daerah dan kamtibmas, serta tidak membuat konten yang bersifat provokasi dan tidak terprovokasi oleh berita-berita yang yang beredar di tengah masyarakat,” ujar Dorince.

    Dorince mengungkapkan, situasi keamanan di Tanah Papua harus tetap aman dan nyaman, karena pada Oktober 2022 nanti, Papua akan menjadi tuan rumah event nasional yaitu Kongres Masyarakat Adat Nusantara yang akan berlangsung sejak 24-30 Oktober 2022 di wilayah adat Tabi, Jayapura.
    Baca juga: Aktivis Papua minta Lukas Enembe berjiwa besar
    Baca juga: Lukas Enembe: Saya belum bisa bicara terlalu banyak

  • Yang Membiayai Pembunuhan OAP ialah OAP Itu Sendiri

    Memang bangsa Papua ialah salah satu dari bangsa di dunia yang mau dibilang tahu juga tidak, mau dibilang tidak tahu juga tidak. Mau dibilang tidak tahu juga bisa dicaci-maki, mau bilang tahu nanti bikin diri tahu-tahu. Salah satu hal yang sangat mengganggu nurani dan rasio perjuangan Papua Merdeka ialah persoalan biaya-biaya atau dana-dana yang diberikan oleh Orang Asli Papua (OAP) kepada NKRI untuk digunakan sebagai dana untuk membunuh OAP itu sendiri.

    Yang kami maksudkan bukan dana-dana dari Freeport, bukan dari dana pengolahan kayu yang selama ini diekspor dengan bangga oleh Lukas Enembe dkk, dan bukan juga dana dari Kelapa Sawit.

    Dana itu berasal langsung dari kantong-kantong, dompet-dompet OAP itu sendiri.

    Dan lebih sedih lagi, sumbangan dana untuk membunuh OAP yang diberikan oleh OAP itu disumbangkan ke Dompet Pembunuhan OAP SECARA SUKARELA, tidak pernah NKRI memaksakan, tidak pernah ada kasus tagihan NKRI untuk menyumbang demi pembunuhan OAP. Tidak ada iklan, tidak ada brosur, tidak ada seruan di WA atau SMS atau FB yang disampaikan supaya OAP segera atau wajib menyumbang untuk dana pembunuhan OAP.

    OAP sendiri memaksa dan mewajibkan diri memberikan sumbagan Kotak Sumbangan Pembunuhan OAP.

    Dan lagi-lagi, lebih sedih lagi, sumbangan OAP kepada Kotak Sumbangan Pembunuhan OAP itu dilakukan oleh OAP sendiri secara terus-menerus, pagi, siang,sore, malam, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember, dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi.

    Mana? Mana? Mana, buktinya? Oeee, mana?

    1. Kau OAP tiap hari makan nasi, ditanam dan diproduksi di Indonesia, BUKAN?
    2. Kau OAP tiap hari makan Mie, dibuat di Indonesia, BUKAN?
    3. Kau OAP tiap hari minum aqua, teh botol, teh kotak, coffee mix, kapal api, fanta, sprite, coca-cola, ultra milk, susu, cokelat, ……..yang dibuat di Indonesia, BUKAN?
    4. Kau OAP tiap hari pakai pakaian, buatan Indonesia, BUKAN?
    5. Kau OAP tiap hari makan Mie, dibuat di Indonesia, BUKAN?
    6. Kau OAP ttiap hari butuh semua barang dari Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari, BUKAN?

    Ayo, ngaku aja! Terus terang!

    Di mana Papua Merdeka-nya? Kok semuanya tergantung Indonesia?

    Banyak pejuang Papua Merdeka di hutan -pun makan nasi dan Mie buatan NKRI. Banyak pejuang Papua Merdeka tidak bisa hidup tanpa nasi dan Kopi Kapal Api dan Coffee Mix. Banyak pejuang Papua Merdeka tidak bisa hdup tanpa Jarum Super dan Surya Besar.

    Banyak OAP pokoknya tidak bisa hidup tanpa NKRI, tanpa orang dan dan tanpa produk Indonesia.

    Lalu Papua Merdeka-nya di mana? Kapan? Apa maksudnya?

    Jadi, begini. Uang-uang yang kita keluarkan untuk hidup bergantung kepada produk dan semua dari Indonesia itu memberikan sumbangan kepada tentara NKRI dan polisi NKRI dan pemerintah NKRI. Semua pedagang kecil dan besar di Indonesia membayar pajak. Pajak pendapatan namanya. Pendapatan dari jual-jual produk ke OAP itu, maksudnya.

    Pajak pendapatan itu dibayarkan kepada negara. Dan negara mengeluarkan uang untuk melatih tentara dan polisi, menghidupi mereka, mempersenjatai mereka dan memerintahkan mereka membunuh kaum separatis KKB/ KSB.

    Jadi, logikanya kan jelas! Yang membunuh OAP itu ya OAP sendiri, karena OAP sendiri yang mengumpulkan Dana Pembunuhan OAP lewat kebiasaan-kebiasaan yang kalau tidak mau dikatakan bodok, ya lebih sopan kita katakan “tidak bijak” dan “counter-productive”.

    • Kapan bangsa Papua “OAP” memerdekakan diri dari semua produk NKRI?
    • Waktu itu-lah akan nampak NKRI akan merasa malu tidak dibutuhkan lagi oleh OAP.
    • Waktu itulah NKRI akan kekurangan uang membiayai pembunuhan OAP. Pada waktu itulah Tuhan dan “Monggar” akan tahu bahwa kami OAP sendiri tidak mau dibunuh, dan karena itu berhenti menyumbang ke Dana Pembunuhan OAP.

    Kalau tidak, masih makan nasi, masih pakai pakaian Indonesia, masih suka dan kawin dengan perempuan Indonesia, masih menikmati produk Indonesia, jangan tidak tahu malu bicara Papua Merdeka!

    Pertama-tama dan terutama, kita harus MENINGGALKAN NASI, dan makan Erom dan Sagu. Itu baru akan terbukti kepada diri sendiri, kepada dunia, kepada NKRI, kepada dunia, kepada Monggar dan kepada Tuhan, bahwa bangsa Papua memang benar-benar serius mau merdeka dan berdaulat di luar NKRI.

     

  • Yang Membiayai Pembunuhan OAP ialah OAP Itu Sendiri

    Memang bangsa Papua ialah salah satu dari bangsa di dunia yang mau dibilang tahu juga tidak, mau dibilang tidak tahu juga tidak. Mau dibilang tidak tahu juga bisa dicaci-maki, mau bilang tahu nanti bikin diri tahu-tahu. Salah satu hal yang sangat mengganggu nurani dan rasio perjuangan Papua Merdeka ialah persoalan biaya-biaya atau dana-dana yang diberikan oleh Orang Asli Papua (OAP) kepada NKRI untuk digunakan sebagai dana untuk membunuh OAP itu sendiri.

    Yang kami maksudkan bukan dana-dana dari Freeport, bukan dari dana pengolahan kayu yang selama ini diekspor dengan bangga oleh Lukas Enembe dkk, dan bukan juga dana dari Kelapa Sawit.

    Dana itu berasal langsung dari kantong-kantong, dompet-dompet OAP itu sendiri.

    Dan lebih sedih lagi, sumbangan dana untuk membunuh OAP yang diberikan oleh OAP itu disumbangkan ke Dompet Pembunuhan OAP SECARA SUKARELA, tidak pernah NKRI memaksakan, tidak pernah ada kasus tagihan NKRI untuk menyumbang demi pembunuhan OAP. Tidak ada iklan, tidak ada brosur, tidak ada seruan di WA atau SMS atau FB yang disampaikan supaya OAP segera atau wajib menyumbang untuk dana pembunuhan OAP.

    OAP sendiri memaksa dan mewajibkan diri memberikan sumbagan Kotak Sumbangan Pembunuhan OAP.

    Dan lagi-lagi, lebih sedih lagi, sumbangan OAP kepada Kotak Sumbangan Pembunuhan OAP itu dilakukan oleh OAP sendiri secara terus-menerus, pagi, siang,sore, malam, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember, dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi.

    Mana? Mana? Mana, buktinya? Oeee, mana?

    1. Kau OAP tiap hari makan nasi, ditanam dan diproduksi di Indonesia, BUKAN?
    2. Kau OAP tiap hari makan Mie, dibuat di Indonesia, BUKAN?
    3. Kau OAP tiap hari minum aqua, teh botol, teh kotak, coffee mix, kapal api, fanta, sprite, coca-cola, ultra milk, susu, cokelat, ……..yang dibuat di Indonesia, BUKAN?
    4. Kau OAP tiap hari pakai pakaian, buatan Indonesia, BUKAN?
    5. Kau OAP tiap hari makan Mie, dibuat di Indonesia, BUKAN?
    6. Kau OAP ttiap hari butuh semua barang dari Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari, BUKAN?

    Ayo, ngaku aja! Terus terang!

    Di mana Papua Merdeka-nya? Kok semuanya tergantung Indonesia?

    Banyak pejuang Papua Merdeka di hutan -pun makan nasi dan Mie buatan NKRI. Banyak pejuang Papua Merdeka tidak bisa hidup tanpa nasi dan Kopi Kapal Api dan Coffee Mix. Banyak pejuang Papua Merdeka tidak bisa hdup tanpa Jarum Super dan Surya Besar.

    Banyak OAP pokoknya tidak bisa hidup tanpa NKRI, tanpa orang dan dan tanpa produk Indonesia.

    Lalu Papua Merdeka-nya di mana? Kapan? Apa maksudnya?

    Jadi, begini. Uang-uang yang kita keluarkan untuk hidup bergantung kepada produk dan semua dari Indonesia itu memberikan sumbangan kepada tentara NKRI dan polisi NKRI dan pemerintah NKRI. Semua pedagang kecil dan besar di Indonesia membayar pajak. Pajak pendapatan namanya. Pendapatan dari jual-jual produk ke OAP itu, maksudnya.

    Pajak pendapatan itu dibayarkan kepada negara. Dan negara mengeluarkan uang untuk melatih tentara dan polisi, menghidupi mereka, mempersenjatai mereka dan memerintahkan mereka membunuh kaum separatis KKB/ KSB.

    Jadi, logikanya kan jelas! Yang membunuh OAP itu ya OAP sendiri, karena OAP sendiri yang mengumpulkan Dana Pembunuhan OAP lewat kebiasaan-kebiasaan yang kalau tidak mau dikatakan bodok, ya lebih sopan kita katakan “tidak bijak” dan “counter-productive”.

    • Kapan bangsa Papua “OAP” memerdekakan diri dari semua produk NKRI?
    • Waktu itu-lah akan nampak NKRI akan merasa malu tidak dibutuhkan lagi oleh OAP.
    • Waktu itulah NKRI akan kekurangan uang membiayai pembunuhan OAP. Pada waktu itulah Tuhan dan “Monggar” akan tahu bahwa kami OAP sendiri tidak mau dibunuh, dan karena itu berhenti menyumbang ke Dana Pembunuhan OAP.

    Kalau tidak, masih makan nasi, masih pakai pakaian Indonesia, masih suka dan kawin dengan perempuan Indonesia, masih menikmati produk Indonesia, jangan tidak tahu malu bicara Papua Merdeka!

    Pertama-tama dan terutama, kita harus MENINGGALKAN NASI, dan makan Erom dan Sagu. Itu baru akan terbukti kepada diri sendiri, kepada dunia, kepada NKRI, kepada dunia, kepada Monggar dan kepada Tuhan, bahwa bangsa Papua memang benar-benar serius mau merdeka dan berdaulat di luar NKRI.

     

  • Peneliti Belanda Kritik Riset Negaranya Soal Perang Indonesia

    Peneliti Belanda Kritik Riset Negaranya Soal Perang Indonesia

    https://news.detik.com/berita/d-3646938/peneliti-belanda-kritik-riset-negaranya-soal-perang-indonesia?_ga=2.115016967.1889302214.1503800940-1434591099.1500372144
    https://news.detik.com/berita/d-3646938/peneliti-belanda-kritik-riset-negaranya-soal-perang-indonesia?_ga=2.115016967.1889302214.1503800940-1434591099.1500372144

    Jakarta – Belanda melakukan riset terhadap kekerasan perang 1945-1950 di Indonesia. Namun seorang peneliti Belanda mengkritisi penelitian ini sebagai proyek yang bias kepentingan.

    “Mereka meminta saya untuk bergabung dalam panel diskusi saat penelitian dimulai. Saya membuat catatan kritis, menurut saya ini adalah penelitian yang politis,” kata peneliti sejarah dari yayasaan ‘Histori Bersama’, Marjolein van Pagee, kepada detikcom, Minggu (17/9/2017).

    Marjolein adalah pendiri yayasan Histori Bersama, kelompok yang memberi perhatian kepada sejarah Belanda dan Indonesia dari kedua perspektif. Peneliti yang sedang menempuh pendidikan master Sejarah Kolonial dan Global di Universitas Leiden ini pernah mewawancarai lebih dari 50 veteran perang Indonesia-Belanda, dilakukan sejak 2010.

    Periode 1945 sampai 1946, ada pula yang menyebutkan 1945 sampai 1949, dikenal Belanda sebagai periode ‘bersiap’, diwarnai dengan kekerasan terhadap banyak orang Belanda, Indo-Belanda, Tionghoa, dan orang-orang Indonesia yang dituduh menjadi antek-antek Belanda. Periode bersiap ini dikenang orang-orang Belanda yang jadi korban kekerasan sebagai ‘periode kacau-balau’.

    “Februari lalu, tiga institusi yang melakukan penelitian itu mengirimkan surat ke Pemerintah Belanda, memberitahukan tentang rencana mereka. Dalam surat itu, mereka menyatakan bahwa Bersiap akan menjadi bagian penting dalam penelitian,” tutur Marjolein.

    Marjolein mengkritisi pertanyaan dalam penelitian ini yang hendak mengeksplorasi dampak psikologis para tentara Belanda yang jadi korban dalam periode bersiap. Pelaku kekerasan adalah para pemuda Indonesia.

    “Daripada mempertanyakan bagaimana kekerasan orang Indonesia terhadap tentara Belanda. Kenapa tidak mempertanyakan bagaimana propaganda Belanda masih memengaruhi ide tentang perang di masyarakat (Belanda) masa kini?” gugatnya.

    “Anda tahu, propaganda Belanda selalu mengatakan para pejuang kemerdekaan Indonesia itu cuma gerombolan ekstremis, rampok, dan sejenisnya,” imbuhnya.

    Meski dia tidak menentang penelitian itu, namun dia merasa ada bias cara berpikir kolonial warisan masa lalu dalam masyarakat Belanda ketika memandang isu perang di Indonesia. Membahas periode bersiap mengarah kepada kesimpulan bahwa orang-orang Indonesia melakukan kejahatan perang kala itu.

    “Kalian (pihak Belanda) bicara bahwa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda adalah pemerintahan yang sah! Mari kita mulai bicarakan pertanyaan: Apakah kolonialisme itu sah?” ujarnya sambil tersenyum.

    Dia juga mempertanyakan kerjasama penelitian ini dengan para peneliti dari Indonesia. Dia mempertanyakan kenapa riset ini tak melibatkan Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) bernama Jeffrey Pondaag. KUKB memotori penuntutan pembayaran ganti rugi dari Belanda untuk keluarga korban perang. 2015, Pengadilan Tinggi Den Haag memerintahkan Belanda membayar ganti rugi untuk sejumlah keluarga korban perang kemerdekaan Indonesia tahun ’40-an.

    “Tim riset ini sangat dekat dengan pemerintahan. Pemerintah memberi lampu hijau untuk riset ini juga terkait kasus dengan KUKB,” ujarnya.

    Sebagaimana diketahui, tiga lembaga penelitian Belanda akan melanjutkan penelitian penggunaan kekerasan selama perang dekolonialisasi tahun 1945 sampai 1950 di Indonesia. Penelitian ini berdana 4,1 juta Euro dan dimulai bulan ini hingga empat tahun mendatang.

    Tiga lembaga penelitian yang terlibat adalah Lembaga Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi Kerajaan Belanda (KITLV) dari Universitas Leiden, Lembaga Belanda untuk Penelitian Perang, Holocaust, dan Genosida (NIOD) bagian dari Akademi Kerajaan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Belanda, dan Lembaga Penelitian Belanda untuk Sejarah Militer (NIMH).

    “Salah satu institusi, yakni NIMH, adalah bagian dari Kementerian Pertahanan (Belanda),” kata Marjolein.

    (dnu/fay)

  • Hari Ini Tolak Fahri Hamzah, Senin Referendum Minahasa Merdeka

    Seruan aksi Referendum Minahasa Merdeka telah menyebar di media sosial (Medsos). Seperti yang diposting fanpage Facebook Ancient of Minahasa.

    β€œTuntutan: Referendum Minahasa Merdeka. Sekarang waktunya Minahasa tegas,” tulisnya, Jumat (12/5/2017) kemarin.

    Aksi tersebut akan dilakukan di depan Kantor Gubernur Sulawesi Utara. Peserta aksi diminta menggunakan seragam hitam-merah.

    Seruan aksi berbau makar tersebut dilakukan warga Minahasa sebagai bentuk protes terhadap penahanan Basuki Tjahaja Purnama alia Ahok.

     

    Seruan Minahasa Merdeka. (Fanpage Facebook/Ancient of Minahasa)
    Seruan Minahasa Merdeka. (Fanpage Facebook/Ancient of Minahasa)

    Sementara itu, akasi menolak Fahri Hamzah menginjakkan kakinya di tanah Minahasa hari ini masih terus berlanjut. Fahri ditolak karena dianggap intoleran.

    Ribuan massa dari berbagai ormas memadati Bandara Sam Ratulangi Manado dan Kantor Gubernur Sulut, Sabtu (13/5). Jalan Bandara Sam Ratulangi dipenuhi masa yang berseragam hitam.

     

  • Stop diwarnai baliho Drans Kaisepo dalam perayaan Paskah

    Stop diwarnai baliho Drans Kaisepo dalam perayaan Paskah

    Pahlawan NKRI, Frans Kaisiepo dalam Operasi Militer NKRI
    Pahlawan NKRI, Frans Kaisiepo dalam Operasi Militer NKRI

    Pahlawan NKRI, Frans Kaisiepo dalam Operasi Militer NKRI
    Pahlawan NKRI, Frans Kaisiepo dalam Operasi Militer NKRI

    Stop diwarnai baliho Drans Kaisepo dalam perayaan Paskah. Foto-foto di bawah itu, adalah sebuah baliho yang di pasang oleh Aparat Indonesia yang bertugas di Biak, di dalamnya foto uang baru bergambar Frans Kaisepo dan penulisan perikop baliho adalah, bangsa yang besar adalah,bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan lanjut pahlawan nasional Frans Kaisepo Putra Biak,

    Logo yang mereka pakai di dalam baliho tersebut ini Logo Kodam Cenderawasih, Maka itu baliho tersebut yang militer pasang ini adalah untuk mempengaruhi Masyarakat wilayah adat Byak-Saireri, agar Nasionalisme Sejarah West papua oleh masyarakat adat wilayah Byak dapat dibunuh (Pro dan kontra)

    Jadi kami harap kepada Masyarakat adat di wilayah Byak tidak boleh terpengaruh dengan apa yang sedang di lakukan oleh musuh kita di daerah ini, sebab kita saat ini memang ada perhatian jadi pantas bila anda mau jadi berwajah topeng dll, tetapi ingat berapa tahun kedepan apa yang akan terjadi kepada anak cucuh kita, ingat anak cucu kita mereka akan lebih menderita dari pada kita saat ini

    Di bawah ini adalah pertanyaan buat kita orang papua:

    • Mengapa kami rakyat Papua Barat ingin merdeka di luar Indonesia?
    • Mengapa kami rakyat Papua Barat masih tetap meneruskan perjuangan Papua merdeka mereka?
    • Kapan kami mau berhenti berjuang?

     

    Ada empat faktor yang mendasari keinginan rakyat Papua Barat untuk memiliki negara sendiri yang merdeka dan berdaulat di luar penjajahan manapun, yaitu:

    1. Wilayah geografis jelas dan pasti
    2. masyarakat (penduduk) dengan budaya dan ras yang jelas
    3. perangkat Negara West Papua sudah siap
    4. sejarah pendirian Negara West Papau dan sejarah perjuangan pembebasan dari Belanda dan dari Indonesia sudah jelas dan tidak dapat diganggu-gugat
    5. realitas dukungan Negara-negara Melanesia, Pasifik Selatan dan Afrika sudah jelas memberikan lampu hijau

     

    By, Melpa Sampari

  • Indonesia Dukung Kemerdekaan Palestina Melalui Pembangunan Kapasitas

    Perempuan Palestina memegang bendera nasional saat berdemonstrasi di Gaza City dalam memperingati Hari Perempuan Internasional pada 9 Maret 2017. Mohammed Abed/AFP
    Perempuan Palestina memegang bendera nasional saat berdemonstrasi di Gaza City dalam memperingati Hari Perempuan Internasional pada 9 Maret 2017. Mohammed Abed/AFP

    MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah dan rakyat Indonesia mendukung perjuangan Palestina untuk menjadi bangsa dan negara yang merdeka tidak hanya melalui sikap politik, namun juga melalui bantuan pembangunan kapasitas Palestina, kata Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Al Busyra Basnur.

    “Manifestasi Indonesia untuk kemerdekaan Palestina tidak hanya melalui dukungan politik, tetapi juga melalui pembangunan dengan program pengembangan kapasitas,” ujar Duta Besar Al Busyra Basnur di Balai Konservasi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Jumat (24/3).

    Pernyataan tersebut dia sampaikan pada acara penutupan Pelatihan Pariwisata dan Kepurbakalaan untuk Palestina, yang diselenggarakan Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri di Magelang dan Yogyakarta pada 13-24 Maret.

    Pelatihan tersebut diikuti oleh 11 peserta dari Palestina yang bekerja di bidang pariwisata, arkeologi, balai konservasi situs bersejarah dan budaya.

    Al Busyra mengatakan bahwa Indonesia selama ini terus konsisten mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina sejak pencetusan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1965.

    “Kita selalu diingatkan bahwa sudah hampir tujuh dekade sejak KAA didirikan pada 1965 untuk melawan kolonialisme, namun kita masih mempertanyakan kemerdekaan Palestina sampai sekarang. Indonesia tidak akan tinggal diam melawan penjajahan,” ujar dia.

    Menurut dia, semua program bantuan pengembangan kapasitas yang diberikan Indonesia untuk Palestina, baik dalam bentuk pelatihan, lokakarya, pengiriman ahli, merupakan bentuk dukungan yang berkelanjutan bagi perjuangan rakyat Palestina.

    Al Busyra menyebutkan, sejauh ini Pemerintah Indonesia telah memberikan pelatihan untuk sekitar 1.700 warga Palestina melalui 154 program pengembangan kapasitas di berbagai bidang, antara lain pariwisata, pertanian, infrastruktur, penanganan kejahatan dunia maya bagi personel kepolisian, tata kelola pemerintahan yang baik.

    “Saya berharap semua pelatihan pengembangan kapasitas yang diberikan dapat membantu anda sekalian mempersiapkan kemerdekaan Palestina,” ujar dia. (Ant)

  • Sri Mulyani: Satu Kepala Orang RI Nanggung Utang US$ 997

    Bandung – Utang pemerintah Indonesia sekarang mencapai Rp 3.589,12 triliun. Bila dibagi dengan jumlah masyarakat Indonesia yang sekarang, maka per orang harus menanggung utang sebanyak US$ 997 atau setara Rp 13,2 juta (kurs Rp 13.300).

    “Setiap orang Indonesia menanggung utang US$ 997 per kepala,” ungkap Sri Mulyani dalam kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa ITB, Jumat (24/3/2017).

    Baca juga: Utang Pemerintah RI Naik Jadi Rp 3.589,12 T

    Secara kasat mata maka utang yang harus ditanggung memang terlihat besar. Akan tetapi bila dibandingkan dengan negara lain, maka sebenarnya utang tersebut masih kecil.

    Lihat Jepang, bila dibagi per kepala, maka setiap orang Jepang harus menanggung utang US$ 5.365. Amerika Serikat (AS) bahkan lebih besar, utang yang ditanggung setiap orang adalah US$ 62.000.

    “Setiap kepala orang AS harus menanggung utang US$ 62.000. Jauh lebih besar dari kita,” ujarnya.

    Ini menujukan utang Indonesia masih lebih kecil, bahkan dibandingkan negara maju sekalipun. Namun tentunya utang tidak akan dibagi per orang, kemudian diminta untuk membayar kepada negara.

    Utang, ketika ditarik oleh pemerintah disiapkan untuk menjalankan hal-hal produktif. Sehingga bisa mendorong ekonomi tetap tumbuh ke depan sampai akhirnya mampu untuk mengembalikan utang.

    Rasio utang terhadap PDB Indonesia terjaga pada level sekitar 27%. Ini berkat kemampuan pemerintah menjaga defisit anggaran tetap terjaga di bawah 3% terhadap PDB setiap tahunnya.

    “Defisit APBN kita selama satu dekade terakhir bisa terkendali. Kita bisa tumbuh cukup tinggi,” terang Sri Mulyani. (mkj/dna)

  • Australia Minta Maaf

    JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan Menhan Australia Marise Payne meminta maaf kepada Indonesia terkait adanya kasus pelecehan Pancasila yang dilakukan salah satu anggota “Australian Defence Force” (ADF).

    “Menhan Australia sudah mengirimkan surat kepada saya pagi ini yang mengungkapkan permohonan maaf karena terjadinya insiden itu,” ujar Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis.

    Selain mengirimkan surat permohonan maaf, menurut dia, Marise Payne juga telah menelepon dirinya secara langsung pada Kamis siang, dan kembali mengungkapkan penyesalannya atas kasus pelecehan Pancasila yang melibatkan anggota Angkatan Pertahanan Australia tersebut.

    “Menhan Australia juga menyampaikan akan mengusut kasus ini sampai tuntas dan tegas dalam menindaklanjuti kejadian ini,” jelasnya.

    Ryamizard mengatakan pihaknya telah menerima permintaan maaf itu dan menghormati sikap Australia tersebut.

    “Nanti suratnya akan saya laporkan (ke Presiden),” katanya kemudian.

    Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah menangguhkan sementara kerja sama militer dengan Australian Defence Force (ADF) sejak pertengahan Desember 2016.

    Kapuspen TNI, Mayjen TNI Wuryanto, menuturkan kerja sama ditangguhkan karena ada beberapa masalah teknis yang perlu dibahas terkait hal tersebut. Namun, dia tidak merinci pembahasan teknis yang dimaksud.

    Menurut dia, dengan adanya penangguhan ini latihan militer bersama dan pertukaran perwira antara Indonesia dengan Australia saat ini dihentikan.(Ant)

  • Are you sure want to unlock this post?
    Unlock left : 0
    Are you sure want to cancel subscription?