Tag: TRWP

  • TRWP Lumpuhkan Satu Anggota TNI di Perbatasan West Papua – PNG

    Anggota TNI yang bersiaga di pos TNI 01-Skouw (Jubi/Indrayadi TH)

    Jayapura (03/06/14) – Kontak senjata antara Tentara Revolusi West Papua (TRWP) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali terjadi di gerbang perbatasan West Papua – PNG pada hari ini, pukul 13:15 WP.

    Dari kronologis yang di kutip dari salah satu media lokal Papua (www.tabloidjubi.com),di jelaskan bahwa, pasukan TNI yang bertugas di perbatasan West Papua – Papua New Guenea (PNG), satu jam sebelum terjadinya kontak senjata, tepatnya pada pukul 12:15 WP, TNI membuka pintu perbatasan West Papua – PNG. Selang satu jam setelah pembukaan pintu batas, pasukan TNI yang saat itu sedang mendengarkan arahan dari Kasrem 172/PWY Letkol Rano Tilaar dikagetkan dengan tembakan yang dikeluarkan oleh TRWP dari arah Zona Netral, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari pos TNI di perbatasan. Mendengar tembakan dari jarak yang begitu dekat, TNI sontak berhamburan sambil mengeluarkan tembakan balasan ke arah yang tidak jelas.

    Informasi yang diberitakan media-media lokal Papua menyebutkan bahwa Tentara Revolusi West Papua (TRWP) berhasil melumpuhkan satu orang anggota TNI yaitu Prajurit Dua (Prada) Maulana Malik, tembakan yang dikeluarkan oleh TRWP tepat mengenai pinggul kiri Prada Maulana Malik dan tembus ke kanan. Menurut pemberitaan yang beredar, anggota TNI yang tertembak ini sempat dilarikan ke Puskesmas Muara Tami untuk menghentikan pendaraan, lalu dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Marten Indey, Jayapura milik TNI AD.

    Kepala kepolisian sektor Muara Tami dan anggota TNI yang bertugas dilokasi kejadian serta Kabid Humas Polda Papua ketika ditanyai wartawan membenarkan adanya kontak tembak antara TRWP dan TNI di perbatasan West Papua – PNG dan juga membenarkan adanya anggota TNI yang tertembak.

    Pasca kontak tembak antara TRWP dan TNI di perbatasan, pintu batas kembali ditutup oleh TNI hingga batas waktu yang belum ditentukan. [wp]

  • Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) Berhasil Menumbangkan Tiga Anggota TNI

    Jayapura (16/05/2014) – Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) yang bermarkas di perbatasan West Papua – PNG beberapa hari lalu, tepatnya pada tanggal 16 Mei 2014, pukul 02 : 00 WP, telah berhasil menumbangkan tiga orang anggota militer Indonesia (TNI), dari kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopasus).

    Dari informasi yang berhasil dihimpun PMNews menyebutkan bahwa pada hari Jum’at (16/05) tiga orang anggota TNI telah berhasil ditumbangkan dari jarak yang sangat dekat oleh Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP). Kejadian bermula ketika Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) yang sedang melintas, mendapati tiga orang anggota TNI ini sedang berkendara di jalan raya, tepatnya di daerah Jembatan Kali Tami, jalan raya menuju Wutung. Melihat tiga orang TNI yang sedang berkendara tesebut, Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) bergegas mendekati tiga orang TNI tersebut dan tanpa basa-basi Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) menumbangkan tiga anggota TNI yang melintas dari jarak dekat.

    Mendengar informasi ini, PMNesw mencoba untuk mencari kepastian dan kebenaran informasi dengan menghubungi pihak yang dapat dipercaya, dan ketika ditanyakan terkait kebenaran informasi ditumbangkannya tiga orang anggota TNI tersebut, informen yang dihubungi via seluler secara tegas membenarkan informasi tersebut.

    “Sangat benar bahwa pada hari Jum’at, sekitar jam 02:00 siang, pasukan kami telah berhasil melumpuhkan tiga orang anggota TNI di sekitar Jembatan Tami, Jalan menuju Wutung, tiga orang anggota TNI berhasil kami lumpuhkan dari jarak yang sangat dekat, tetapi kami tidak tahu kenapa kejadian yang sudah terjadi beberapa hari lalu ini,m tidak juga dipubikasikan oleh media, tapi kami mau tegaskan bahwa informasi terkait tiga anggota TNI yang tumbang pada tanggal 16 mei di daerah Kali Tami, itu adalah benar”.

    tegas informen yang juga terlibat dalam melumpuhkan tiga anggota TNI ini. [WP]

  • Gen. TRWP Mathias Wenda: Tidak Benar ada Korban di Pihak Tentara Revolusi West Papua (TRWP)

    Gen. TRWP Mathias Wenda: Tidak Benar ada Korban di Pihak Tentara Revolusi West Papua (TRWP)

    Sambil menyatakan bertanggungjawab atas peristiwa penembakan agen NKRI di wilayah perbatasan West Papua – PNG, Gen. TRWP Mathias Wenda menyatakan “Saya bertanggungjawab atas kegiatan gerilya di wilayah dan tanah air saya, pulau New Guinea.”

    Menanggapi kekaburan informasi dan kesimpang-siuran berita yang disiarkan media kolonial NKRI dan berbagai tafsiran keliru atau spekulasi yang tidak sehat dari masyarakat Papua di bagian Timur ataupun Barat pulau New Guinea, maka dengan ini PMNews memberanikan diri mewawancarai Gen. TRWP Mathias Wenda.

    Mengingat wawancara sebelumnya sangat singkat, maka kami berharap kali ini sang General punya agak banyak waktu untuk meluruskan berbagai isu dan spekulasi yang berkembang. Berikut petikan tanya-jawab:

    Papua Merdeka News (PMNews): Selamat sore Tuan Jenderal. Kami permisi mau tanya sedikit, terutama tentang berita-berita yang tersebar di tanah air yang simpang-siur. Ada yang bilang kejadian di perbatasan ialah permainan NKRI sebagai lanjutan dari permainan NKRI selama ini di Pegunungan Tengah Papua. Ada juga yang bilang ini permainan NKRI untuk menarik simpati dunia menyudutkan OPM dan perjuangan Papua Merdeka. Ada lagi yang bilang ini permainan NKRI untuk membuat orang PNG membenci orang Papua. Sementara kleim Bapak atas kegiatan yang lau sama sekali ditolak oleh rakyat Papua sendiri. Apa yang harus kami sampaikan?

    Tentara Revolusi West Papua (TRWP): Yang terpenting ialah tujuan kegiatan gerilya sudah tercapai. Apapun yang diartikan oleh penjajah ataupun rakyat Papua itu urusan belakangan. Intinya semua orang Papua mau merdeka, dan kami mengemban amanat penderitaan rakyat yang mencita-citakan kemerdekaan West Papua. Tidak usah terlalu pusing dengan spekulasi dan skenario yang dibuat. Orang kurang pekerjaan selalu saja menciptakan pekerjaan bagi otaknya untuk berspekulasi dan berskenario. Kami tidak ada di sini untuk meluruskan pikiran atau membenarkan interpretasi atau semacam itu. Kami punya tugas hanya satu: menentang penjajah dan mengusir penjajah keluar dari Tanah Papua, dari pulau New Guinea ini.

    PMNews: Polda Papua juga mengkleim telah menembak dengan sniper mereka tiga orang anggota TRWP, dan selanjutnya barusan mereka bilang salah satunya sudah mati. Apa tanggapannya?

    TRWP: Kalau yang mereka tembak mati itu orang Papua, pasti salah satu dari kalian semua sudah dengar berita duka, dan pasti ada acara duka di kampung kalian. Jadi, kebenaran berita itu silahkan cek saja di kampung kalian dari Sorong sampai Samarai. Kematian orang Papua di waktu dulu boleh banyak tidak ketahuan. Hari ini bunyi kecilpun, kematian tikuspun bisa diketahui. Jadi, NKRI juga harus jelas bicara kepada rakyat Indonesia. Orang jenderal TNI atau POLRI kalau bicara tidak bisa mengada-ada seperti itu. Kita bukan cerita mimpi atau harapan di sini, tetapi tentang fakta.

    PMNews: Orang Papua juga minta Bapak keluarkan Surat Pernyataan Resmi untuk membuktikan bahwa ini benar-benar kegiatan gerilya dari Tentara Revolusi West Papua.

    TRWP: Minta maaf, itu yang belum kami lakukan. Anak buah saya sebagian besar sudah turun lapangan jadi tidak sempat lakukan itu. Tetapi kalian dari PMNews ini kan bisa kasih tahu. Ini kan kami punya media resmi, kenapa media resmi ini ada orang Papua yang masih curiga? Itu orang Papua tidak tahu diri, tidak tahu medianya sendiri. Kecuali kalau pernyataan itu keluar di Kompas.com atau lain-lain baru bisa keluar tanggapan begitu. Saya kira begitu tentang itu.

    PMNews: Pemilu NKRI untuk memilih wakil rakyat di parlemen NKRI sudah berakhir. Kini Indonesia menunggu Pemilu untuk Presiden RI. Apa yang direncanakan TRWP?

    TRWP: TRWP tidak punya rencana khusus. Kami ikuti perintah dari Diplomat Tunggal Papua Merdeka di London, Inggris bahwa siapa saja, kalau Anda merasa diri orang Papua, dan kalau Anda bukan orang Indonesia, Anda tidak usah ikut Pemilu. Itu bukan melanggar Undang-Undang Kolonial tetapi itu sesuai dengan UU Indonesia juga. UU Indonesia tidak memaksa Anda ikut Pemilu, jadi himbauan Benny Wenda sangat sederhana, “Tidak usah ikut Pemilu 2014”. Itu sudah jelas! Atau ada yang tidak paham bahasa itu ka?

    PMNews: Semua paham, tetapi kelihatannya tidak ada orang Papua yang dengar itu.

    TRWP: Sudah saatnya kami orang Papua saling dengar-dengaran. Matikan ego-ego yang merugikan diri dan bangsa sendiri. Waktu untuk kita bergerak, bukan menutup pintu hati dan buat diri seperti tidak dengar apa-apa.

    PMNews: Banyak orang Papua sudah terbius oleh uang Otsus, jadi sulit kita ketahui maunya orang Papua hari ini sebenarnya apa?

    TRWP: Bukan orang Papua terbius. Orang Papua sedang membius NKRI sampai NKRI dia pikir orang Papua semua Ikut Republik Indonesia Anti Nederland (IRIAN). Jadi, orang Papua sibuk membius, makanya kami peringatkan mungkin kegiatan membius NKRI itu tidak usah terlalu lama.

    Soalnya apa tahu? Dari Otsus 1960-an sampai 1980-an sudah gagal. Sekarang dari 2001 sampai 2010 sudah gagal. Kemudian dari 2011 sampai 2015 ini juga akan gagal. Lihat saja dari Otda, Pembangunan 25 Tahun, Otsus, UP4B, Otsus Plus. Terakhir 12 pas-nya di mana: Pasti Referendum. Apakah dunia percaya NKRi sanggup selesaikan masalah Papua? Sama sekali tidak. Kalau tidak, perlu ada orang ketiga menjadi wasit untuk selesaikan masalah ini.

    PMNews: Terimakasih. Apa tujuan dari kegiatan gerilya yang sekarang ini dilakukan di wilayah perbatasan West Papua – Papua New Guinea?

    TRWP: Tujuannya sudah tercapai, tadi sudah jelas to? Apa yang kurang jelas?

    PMNews: Berapa lama kegiatan gerilya di perbatasan ini akan berlangsung?

    TRWP: Pertanyaan ini seperti kami baru mulai kegiatan kemarin, jadi kamu tanya kapan selesai? Itu pikiran salah! Perjuangan ini Mandatjan bersaudara, Awom, Roemkorem-Prai, Prawar, Ap, Bomay, Tabuni, Logo, Yikwa, Eluay, Zonggonau, Runawery dan semua pahlawan bangsa Papua sudah mulai, dan perjuangan ini tidak akan berhenti sampai Papua Merdeka. Perintah Operasi (PO) yang pernah saya keluarkan untuk seluruh Panglima Komando Revolusi belum saya cabut. Saya akan cabut setelah Papua Merdeka. Itu komando revolusi, selama revolusi berlangsung, tidak ada yang bilang berhenti hari apa begitu.

    PMNews: Kami tanya begitu karena selama beberapa tahun ini Jenderal dianggap sepi dari kegiatan tetapi baru buat kegiatan gerilya di tahun Pemilu 2014 ini.

    TRWP: Itu saya sudah bilang tadi. Kami tidak main sendiri. Semua orang Papua sekarang dengarkan arahan dari diplomat. Mari belajar saling dengar kalau itu tujuannya untuk kepentingan umum, bukan untuk menonjolkan diri atau untuk kepentingan perut. Kelihatan rakyat Papua di dalam negeri tidak memperdulikan, maka kami buat kegiatan begitu untuk mengingatkan.

    PMNews: Rakyat Papua di dalam negeri….. (Tanpa selamat telepon tiba-tiba terputus) – bersambung–

    Catatan: Sebenarnya kami mau tanyakan tanggapan sang Jenderal terhadap sikap tidak aktiv dari rakyat Papua untuk mendukung Papua Merdeka tetapi telepon terputus)

     

  • KSB Naikkan Bintang Kejora di Wutung

    JAYAPURA[PAPOS]-Aksi Aksi penyerangan yang dilakukan KSB aparat TNI di perbatasan terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Tampak anggota TNI sedang melakukan pemeriksaan terhadap warga yang melintas di perbatasan Wutung-PNG. yang dilakukan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di Wilayah Perbatasan Wutung-PNG, tampaknya semakin menjadi. Sebelumnya dua kali terjadi penyerangan terhadap Pos Perbatasan yakni pada Rabu (9/4/2014) dan Sabtu (5/4/2014).

    Kali ini kelompok sipil bersenjata (KSB) nekad menaikkan bendera bintang kejora (BK) di atas tebing yang berhadapan dengan Pos Satgas TNI di perbatasan Wutung-PNG, Kamis (10/4/2014) sekitar pukul 06.00 WIT.

    Informasi yang diperoleh dilapangan menyebutkan, selain KSB tersebut menaikkan bendera Bintang Kejora diatas tebing, mereka juga membakar bendera merah putih yang dipasang atau dikibarkan di tebing tersebut.

    Tidak hanya membakar bendera merah putih, KSB yang berjumlah sekitar 12 orang itu, juga sempat mengeluarkan tembakan sebanyak 3 kali ke arah Pos Satgas TNI. Tembakan KSB tersebut, juga sempat dibalas dengan tembakan yang dikeluarkan anggota TNI.

    “ Memang betul pada Kamis pagi sekitar pukul 05.30 WIT, Pos Satgas di perbatasan sempat diserang oleh KSB yang diduga merupakan kelompok yang sama yang melakukana penyerangan di perbatasan beberapa hari lalu,”

    ujar Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol ARH. Riskas Hidayatullah.

    Dalam aksi penyerangan itu, anggota TNI yang bertugas di perbatasan, sempat melakukan balasan tembakan ke arah KSB tersebut, termasuk melakukan pengejaran ke hutan, namun KSB berhasil melarikan diri.

    Dari penyerangan ini, aparat TNI yang bertugas di perbatasan berhasil mengamankan situasi di wilayah tersebut, sehingga kondisinya kembali kondusif. Terkait dengan aksi KSB ini, aparat TNI di perbatasan terus meningkatkan kesiapsiagaan dari upaya-upaya yang dilakukan KSB yang ingin menganggu keamanan di wilayah perbatasan. [nur]

  • 10 Jam Bintang Kejora Berkibar di Batas, Nama Mathias Wenda Muncul Lagi?

    Bintang Kejora West Papua
    Detik-detik aparat gabungan TNI Polri berhasil menguasai lokasi pengibaran bendera BK (Bintang Kejora) di batas Negara RI – PNG (Jubi/Indrayadi TH)

    Jayapura, 5/4 (Jubi) – Berkibar sejak pagi, baru sekitar pukul 15.00 BK (Bintang Kejora) yang berkibar di teras Negara RI dapat diturunkan. Dalam waktu yang terbilang cukup lama ini terjadi baku tembak.

    Ratusan aparat keamanan TNI dan Polri yang telah bersiaga di batas RI dan PNG, sejak satu jam setelah didapatkan informasi berkibarnya bendera BK sekitar pukul 05.30 WP, harus melalui kontak tembak dengan Kelompok Bersenjata sebelum berhasil menurunkan Bintang Kejora. Sekitar pukul 15.00 WP barulah bendera tersebut berhasil diturunkan dengan mengerahkan Tim Khusus Polda Papua di backup TNI.

    Dari pantauan Jubi, KSB (Kelompok Sipil Bersenjata) diperkirakan berjumlah 20-40 orang. Mereka diduga menggunakan enam pucuk senjata api. Di lokasi bendera dikibarkan, kelompok ini melakukan Waita (tarian perang) sambil membawa senjata. Kelompok bersenjata itu memancing aparat untuk masuk dalam lokasi kibarnya bendera BK. Namun, aparat gabungan yang notabene persenjataannya tujuh kali lipat dari KSB harus sabar menunggu waktu yang tepat untuk mempersempit ruang gerak KSB.

    Kasdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Hinsa Siburian kepada sejumlah jurnalis menuturkan kelompok bersenjata itu seperti memancing aparat untuk melakukan tindakan tegas karena mereka naikkan bendera di batas RI.
    “Namun, pasukan kami ini disiplin, terkendali, jadi personil tidak melakukan tindakan membabi buta,” kata Siburian, Sabtu (5/4).

    Pernyataan ini cukup menjelaskan mengapa Kapolresta Jayapura, AKBP Alfred Papare bersama beberapa aparat polisi dan TNI hanya memantau kejadian dari sekitar Tower saja, meskipun dipancing oleh kelompok pengibar BK. Kelompok ini kemudian melepaskan tembakan ke arah Tower hingga melukai Kapolresta dan seorang anggota TNI.

    “Tembakan itu mengenai kaca dan Kapolresta terkena serpihan kaca. Ada anggota Kodim disitu juga yang bersama bapak Kapolresta terkena serpihan,” ujar Siburian.

    Siburian juga mengaku aparat keamanan telah mencoba untuk bernegosiasi agar kelompok itu membubarkan diri.

    “Mereka sengaja lakukan ini di perbatasan, jadi kalau mereka sudah lewati perbatasan, maka kami tidak bisa kejar,” kata Siburian.

    Situs kodam17cenderawasih.mil.id menyebutkan aparat keamanan gabungan TNI/Polri yang bertugas mengamankan lokasi kontak tembak tersebut merupakan aparat teritorial dan pasukan pengamanan perbatasan, yang terdiri dari personel Polsek Muara Tami, Yonif (Bataliyon Infanteri) 751/Raider, dan Satgas (Satuan Tugas) Pamtas (Pengamanan Perbatasan) RI-PNG Yonif 642/Kapuas.

    Sedangkan Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Sulistyo Pudjo Hartono mengklaim kelompok bersenjata tersebut berupaya mengganggu perekonomian antar Negara RI dan PNG.
    “Ini upaya yang sangat luar biasa untuk melakukan delegetiminasi program-program pemerintah,” kata Pudjo, Sabtu (5/4) petang tadi.

    Informasi terakhir yang didapat tabloidjubi.com dari pihak aparat keamanan, tiga orang dari kelompok bersenjata ini berhasil dirobohkan sniper dari Tim Khusus Polda Papua. Namun, ketiga korban tersebut berhasil dibawa masuk ke arah hutan PNG oleh rekan-rekannya.

    Saat terjadi kontak tembak ini, sekitar pukul 06.30 WP, seorang yang mengaku bernama Danny Wenda menghubungi Jubi melalui nomor telepon PNG.

    “Hari ini Sabtu, 5 April 2014 Pukul 05:00 dini hari tadi, telah dikibarkan Bendera Bintang Kejora dan Bendera UN di Wutung, Perbatasan Indonesia – Papua New Guinea oleh TRWP [Tentara Revolusi West Papua], dibawah pimpinan Gen. Mathias Wenda [Panglima Tertinggi Komando Tentara Revolusi West Papua]. Kontak senjata antara TNI dan TWPB sedang berlangsung.”

    kata pria yang mengaku asal pegunungan tengah Papua dan bermukim di Vanimo ini.

    Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, juga menduga kelompok Matias Wenda adalah pihak yang melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan Indonesia ini. Melaluai situs kodam17cenderawasih.mil.id disebutkan tim gabungan TNI/Polri melakukan pengejaran terhadap kelompok yang diduga merupakan pimpinan Mathias Wenda Kelompok Matias Wenda ini diduga berupaya menciptakan situasi yang tidak kondusif menjelang Pemilu Legislatif 2014 di wilayah Jayapura.

    Matias Wenda sendiri sudah tidak pernah terdengar aktivitas bersenjatanya dalam 2-3 tahun belakangan ini. (Jubi/Indrayadi)

  • Batu Sandungan Utama Dukungan MSG ialah Orang Papua dan Cara Main Politik Papua Merdeka Sendiri

    Sejak dari dulu sampai hari ini, kami harap besok tidak begitu, yang menjadi penghalang utama, penghambat sangat berarti dan batu sandungan bagi kemerdekaan bangsa Papua ialah orang Papua sendiri. Hal ini mengingatkan saya tentang ucapan Kepala Suku Amungme: Thom Beanal waktu Kongres Rakyat Papua II, 2000: “Musuh terbesar dan terutama orang Papua dalam menyuarakan dan menggolkan aspirasi bangsa Papua ialah orang Papua sendiri, bukan Indonesia.”

    Berikut petikan Wawancara PMNews dengan Sekretaris-Jenderal Tentara Revolusi West Papua Lt. Gen. Amunggu Tabi yang menanggpi secara serius terhadap kegagalan untuk ke sekian kalinya menggalang dukungan di kalangan masyarakat Melaensia.

    Wawancara dilakukan per telepon.

    PMNews: Selamat Sore Bapak.

    TRWP: Selamat Sore dan selamat bertemu kembali.

    PMNews: Kami mau lanjutkan percakapan kami yang lalu terputus, terkait dengan kedatangan para utusan dari negara-negara Melanesia ke Tanah Papua pertengahan bulan ini.

    Pada pembicaraan lalu, Bapak katakan “Let Us do it in Melanesian Way!” dan bukan “Let us Do it because We Are Melanesians” saja. Bisa secara singkat mereview kembali maksud ini?

    TRWP: Baik. Maksudnya jangan kita punya diplomasi didasarkan kepada pemikiran bahwa mereka orang Melanesia, dan kita juga orang Melanesia, jadi kita lobi ke orang-orang kita sendiri di Melanesia dan karena sama-sama Melanesia, mereka akan lebih paham masalah kita dan akan membela diri mereka sendiri dengan membela tanah air mereka sendiri, West Papua. Pemikiran ini boleh, tetapi ini merupakan pemikiran sampingan saja, pendukung saja. Pemikiran utama kita harus tahu bahwa diplomasi dan politik yang kita mainkan di sini antar engara dan di antara negara-negara yang ada di dunia ini sudah ada aturan mainnya dan sudah ada lembaga-lembaga yang dibentuk untuk memelihara dan memainkan aturan-aturan dimaksud. Kita bangsa Papua bukan bagian dari pemain atau anggota dari permainan dan aturan-aturan itu, justru NKRI dan negara-negara Melanesia adalah satu barisan dalam hubungan itu, Jadi cara kita bermain harus lebih memfokuskan diri kepada diplomasi ala Melanesia, untuk mengimbangi dan menerobos batas dan bingkai yang telah dibangun masyarakat internasional.

    PMNews: Kami tegaskan kembali, itu berarti kami harus memahami hukum-hukum internasional dan pendekatan hukum, bukan hanya politik untuk menggalang dukungan ini, begitu?

    TRWP: Salah satunya ya, begitu. Salah duanya pendekatan perjuangan kita haruslah memahami mentalitas dan budaya politik orang Melanesia. Indonesia justru kesulitan memahaminya dan selalu saja salah. Kita orang Melanesia sendiri malah salah main padahal itu mentalitas dan budaya politik dan diplomasi kita sendiri. Kita coba-coba pendekatan politik modern, berdasarkan pendidikan politik Indonesia, jadi kita main salah.

    PMNews: Bisa diberitahu kepada rakyat West Papua apa maksud dari “Politik dan diplomasi ala Melanesia?”

    TRWP: Wah. Ini media yang malaikat baca, ibilis-pun baca, jadi saya jelas tidak bisa menyebutkan bagaimana caranya. Dengan judul itu saja semua orang Melanesia seharusnya tahu apa yang saya maksudkan. Pertama sekali, kita orang Melanesia harus buang jauh-jauh buku-buku diplomasi dan politik modern, baru kita ke honai adat, dan belajar dari orang tua, bagaimana mereka dulu berdiplomasi dan berpolitik.

    PMNews: Kami mohon lanjutkan lagi penjelasannya.

    TRWP: Begini. Kita sebagai orang Melanesia tahu bagaimana caranya kita menghadapi masalah dan selesaikan masalah, bagaimana caranya kita ke honai adat teman, saudara, paman, kerabat kita minta untuk bantu kerja kebun, atau bahkan untuk bantu berperang. Jangan lupa, orang Melanesia masih orang Melanesia. Ke-Melanesia-an kita bukan ada di kulit atau rambut, dia ada di arah dan daging. Semua orang tahu dan selalu mempraktekkan diplomasi dan poltik Melanesia sampai hari ini. Di Tanah Papua masih berlaku sampai detik ini. Hanya pertanyaannya, “Kenapa ini tidak dibawa ke dalam diplomasi dan politik Melanesia?”

    PMNews: Bagaimana kalau seandainya ralyat West Papua menganggap apa yang dikatakan di sini hanyalah idealisme yang tidak realistis?

    TRWP: Tanyakan kepada rakyat West Papua semuanya, apakah mereka paham ini, apakah mereka mempraktekkan politik dan diplomasi ala Melanesia? TRWP sudah buktikan itu di kawasan Melanesia. Mulai sejak tahun 2004 – 2013, selama sepuluh tahun ini sudah ada bukti-bukti yang terlihat. Sekarang ada politisi PNG yang bicara terbuka tentang Papua Merdeka, bahkan sampai Bendera Bintang Kejora bisa berkibar di Kantor Gubernur DKI Port Moresby. Ini pekerjaan siapa: PDP, DAP, MRP? Coba Anda ke lapangan, anggota TRWP ada di mana saat ini? Di perbatasan jaga nyamuk sama dengan yang dibuat prajurit TNI?

    Kami tidak usah bicara terlalu mendalam, tetapi tanyakan kepada Dr. Otto Ondawame dan Mr. Andy Ayamiseba sebagai senior dalam tubuh OPM. Apa yang telah TRWP lakukan tahun 2004 di Vanuatu? Tanyakan kepada mereka bagaimana dukungan sampai hari ini telah tertanam dan berakar mendalam di dalam jiwa-raga orang Melanesia di sana sampai siapapun yang jadi Perdana Menteri di Vanuatu tetapi isunya mendukung Papua Merdeka? Isu Papua Merdeka di Vanuatu bukan lagi isu partai politik dan tokoh politik seperti dulu. Ini sudah jadi isu rakyat Vanuatu, isu Kepala Suku, isu Gereja-Gereja di Vanuatu. Itu yang harus kita buat di Papua New Guinea. Dan itu yang TRWP sedang lakukan di Vanuatu.

    PMNews; Kalau apa yang dilakukan TRWP di Melanesia sudah sekian lama dan sudah sekian jauh, kenapa tidak diberitakan di media-media di Tanah Papua saja?

    TRWP: Kami buat sesuatu bukan untuk disiarkan di media-media di Indonesia. Kami lakukan semua untuk kemerdekaan West Papua, bukan untuk disiarkan.

    PMNews: Sekarang berkat perjuangan dari WPNCL, dan dukungan dari TRWP dan OPM para utusan MSG telah datang ke Tanah Papua di Bagian Barat, tetapi kami baca berita hari kemarian dan hari ini bahwa kemungkinan WPNCL diterima menjadi peninjau dan kemudian anggota MSG terhambat atau bakalan ditolak. Bagaimana pendapat Anda?

    TRWP: Itu ulah negara Republik Federasi yang diproklamirkan dalam Kongres Rakyat Papua III, yang mengangkat Kepala Suku Forkorus Yaboisembut sebagai Presiden. Ada politisi dan diplomat Papua sampai hari ini yang bertindak dan berkata-kata terutama untuk mencari nama dan cari makan. Itu masih ada sampai hari ini.

    Lihat saja, pada saat MSG sedang bertemu dan bangsa Papua sedang berdemo besar-besaran mendukung WPNCL, di tempa sidang sana masih ada yang menentang WPNCL.

    Ini konyol, kesalahan Fatal. Presiden mereka, Mr. Yaboisembut seharusnya menegur bawahannya atau menterinya. Pak Yaboisembut itu Kepala Suku, dari Sabron Samon, jadi dia tahu tatakeramah orang Melanesia dalam berpolitik. Kenapa dia tunjuk diplomat yang tidak sopan seperti ini, yang tidak berbudaya Melanesia seperti ini? Itu konyol. Politisi dan diplomat yang mendatangkan malapetaka bagi bangsa yang sudah dirundung malang ini.

    PMNews: Yang simaksud siapa?

    TRWP: Saya tidak perlu menyebutnya. Anda tahu siapa. Itu pertanyaan salah itu.

    PMNews: Minta maaf.

    TRWP: Tidak apa-apa, itu biasa di dunia pemberitaan.

    PMNews: Semua orang Papua menuduh Indonesia sebagai biang keladi kegagalan diplomasi bangsa Papua di Melanesia. Tetapi kelihatannya di sini pihak orang Papua sendiri yang dituduh?

    TRWP: Sejak dari dulu sampai hari ini, kami harap besok tidak begitu, yang menjadi penghalang utama, penghambat sangat berarti dan batu sandungan bagi kemerdekaan bangsa Papua ialah orang Papua sendiri. Hal ini mengingatkan saya tentang ucapan Kepala Suku Amungme: Thom Beanal waktu Kongres Rakyat Papua II, 2000: “Musuh terbesar dan terutama orang Papua dalam menyuarakan dan menggolkan aspirasi bangsa Papua ialah orang Papua sendiri, bukan Indonesia.”

  • Pasukan dan orang tua di Black Water konsongkan tempat sesuai dengan permintaan dan sekaligus pengusiran terhadap mereka di camp mar-mar

    Vanimo SPMNews: Malam ini Tanggal 30 Mey,   2010 semua Pasukan dan orang tua di Black Water konsongkan tempat sesuai dengan permintaan dan sekaligus pengusiran terhadap mereka di camp mar-mar.

    Menurut informasi dari Komandan Markas,  Kaleb Wenda malam ini Tgl. 30 Mey, 2010, jam 08:000, langsung dari tempat dimana mereka tinggalkan tempat malam ini melalui mobile phone-nya,  ia mengatakan bahwa sesuai dengan permintaan waktu dari pihak tuan tanah yang didorong oleh Obiur Kogoya, Jems Kogoya, Herman Abubakar Wenda, Saul Huby, Lanek Kenelak, Jonah Penggu, Jefri Pagawak untuk kosongkan tanah yang mereka tinggal  selama ini.

    Sesuai dengan hasil rapat dari pihak TPN/OPM (Obiur Kogoya, Jems Kogoya, Jonah Penggu, Jefri Pagawak, Lanek Kenelak) bersama Konsulat RI di Vanimo, Sandaun Provins,  bahwa mereka akan kerja sama dengan PPC(Provincial Police Comander)  Sandaun serta Tuan Tanah Black Water Camp Jhon Pun, untuk segera kosongkan tempat dimana selama ini Komandan Markas, Panglima Tertinggi, perwira, berserta pasukan mendiami tempat tersebut.

    Sebelumnya tuan tanah yang didorong oleh Obiur Kogoya dan Abubakar Wenda telah membabat, mencungkil habis hasil kebun yang siap dipanen serta baru ditanam sehingga selama beberapa hari mereka tinggal disana tanpa makan, tepat hari jatuh tempo hari ini maka semua pasukan sedang kosongkan tempat kompleks Mar-mar kemudian  mereka semua pindah ke masing-masing keluarga di Yako, Dawi malam ini juga.

    Komandan markas dalam hal ini mengatakan “ kita sama-sama berjuang untuk Papua Merdeka tetapi teman-teman ini kenapa pergi rapat dengan Konsulat Republik Indonesia di Vanimo baru datang pompa tuan tanah untuk usir kami, kami bingung. Mereka bilang perang melawan musuh Indonesia tapi mereka lagi yang pergi rapat-rapat dengan musuh, kemudian hasilnya untuk kita-kita sendiri baku bunuh. Baru-baru mereka datang baru potong Reny Ruth Yikwa dan  Ibu Ester Game dengan parang di pasar Blek Wara, jualan yang mereka taru semua mereka potong pake parang,  sedangkan kita punya musuh duduk tepuk tangan, mungkin mereka ada maksud lain ka, kami pikir-pikir begitu tapi semua sudah terjadi jadi waktu kami kosongkan tempat kami janji untuk bakar semua rumah-rumah yang kami tinggal jadi sesuai janji ruma ada api makan baru kami semua ada move. Kami pake 5 mobil jadi semua ada bergerak mala mini dari Blek Wara ke Pos depan “ demikian kata Dan Markas Kaleb W.

    Ia menambahkan “mereka sudah bikin kami lewat batas jadi kami akan bakar semua rumah-rumah kami dan kami sedang tinggalkan tempat sekarang, saat ini api ada melahap 8 rumah ditambah dengan 1 asrama panjang,  tuan-tuan kami mohon program dijalankan supaya kami bisa tenang kalau ada kegiatan dari oraganisasi sayap politik kami pasti tenang” . Demikian laporan langsung dari Komandan Markas Tentara Revolusi West Papua, Kaleb Wenda, Col.TRWP

    Hal ini terjadi sesua hasil rapat pihak TPN/OPM bersama Konsulat RI di Vanimo belum lama ini yang telah kami sampaikan sebelumnya  untuk membayar Kapolda Sandaun Provins  dan  mengusir, menangkap orang-orang yang di anggap berbahaya dalam perjuangan, menurut orang-orang yang masih mempertahankan nama lama organ perjuangan TPN/OPM.

    Hasil dari pertemuan ini sedang dilaksanakan saat ini, pertama pengusiran dari lokasi Black Wara, kedua penangkapan orang-orang yang mereka telah tulis nama-nama  orang yang harus ditangkap, yang ketiga mereka akan menarik paksa Panglima Tertinggi.

    Mohon perhatian ke seluruh organ pergerakan yang ada dimana saja agar kita perlu menghindari segala bentuk kerja sama dengan musuh agar tidak menimbulkan konflik internal  didalam organ-organ perjuangan. Hal ini sangat disayangkan karena yang diuntungkan adalah pihak musuh, sedangkan kita semua yang berjuang dibawah semua organ-oragan pergerakan akan menjadi korban sekaligus makanan empuknya musuh.

    Jika situasi seperti ini terus kita bawa dalam medan perjuangan, sampai kapan kita akan merdeka? Semua organ yang dibentuk dengan tujuan Papua merdeka mari kita bergandengan tangan bersama untuk membebaskan bangsa kita, dari pada kita sibuk dengan pekerjaan organ lain, sementara yang lain membangun siasat untuk menimbulkan konflik internal seperti yang terjadi selama ini.

    Kami harap semua organ memiliki anggaran dasar dalam perjuang sehingga semua berjalan sambil tidak saling menjatuhkan antara kita sendiri, kita harus saling mengangkat jika ada salah satu organ yang berhasil  membawa kemenangan melalui  semua tugas  dan tanggung jawab setiap  organ pergerakan yang dipercayakan agar hasilnya dapat kita nikmati bersama.

    Hal ini bukan baru kali ini, awal permulaan pertikaian seperti ini sejak kepemimpinan Zeth Rumkorem, maka bibit itu masih terus tumbuh di medan perang, maka kita harus mengakhiri conflik semacam ini. Konflik interen ini tidak sendirinya muncul, ada permainan musuh didalam tubuh pertahanan sendiri. Permainan musuh dengan mereka yang dimainkan sendiri ada beberapa kemungkinan; yaitu mereka yang dipermainkan karena tidak tau, yang kedua mereka tau tapi pura-pura tidak tau karena jalan itu tempat mereka cari makan, yang ketiga, karena mereka bodok main, atau karena mereka memang tidak tau main politik.

    Untuk itu berita ini sekaligus kita telanjangi permainan musuh untuk akhiri sengketa yang terjadi dalam arena perjuangan Papua Merdeka.

    Demikian agar menjadi perhatian untuk semua organ pergerakan untuk tidak saling menyalahkan, menjatuhkan, apa lagi sampai saling baku bunuh, sangat disayangkan. Jika kita benar-benar berjuang untuk Papua Merdeka kita harus akhiri konflik ini, jika kita  pura-pura berjuang untuk Merdeka maka permainan anda sudah ketahuan.

    Salam Revolusi dari Kami, Rimba-West Papua – PNG Border area Soldiers.

  • Laporan: Wone Nit Mban-Mban Maluk Age me, Koniyak Ake Mbanggo o

    Wa, wa.

    Vanimo malam minggu paga it Obiur, Herman ouri inom aap inanggonen worak engga wogoragarak niyo

    nonggonagarik Blek Wara nogonagarik aap leek arek mbaka ninagalogwe Reny Ruth Yikwa, Ester Game

    imbirak pasar Blek Wara jualan ekwe mbaka jualan yage mbanggwe, inebe yage mbaninakwe, ekarak

    me rumah sakit agarik.

    Aap inebe wim arinime igak me, kumi Lombok wonogwe mbaka yage mbaninaka o; nde it ninagalogwe

    nen yogwe logonet wone TRWP yi kit aap arek nen ekotap me program selanjutnya erak arek nggaruk

    togon ekwi lek, ta tombegak kwak erit nogwe me, kit time op kigak nit yime apit arek ninorugun

    me, kinaruk paga pogo o. Ninawone mbaniyak kenok yabu egu pogotak arek menat nggi kanip o, yinuk

    Ester RS Vanimo logonet telepon e

  • Keputusan tentang Perubahan Istilah dalam Organisasi dan Nama Negara

    KEPUTUSAN PANGLIMA TERTINGGI KOMANDO REVOLUSI
    NOMOR:10/A/PANGTIKOR-TRWP/SK/VI/2009
    TENTANG
    PENGGUNAAN NAMA ATAU ISTILAH DALAM ORGANISASI DAN NAMA NEGARA
    Atas nama segenap komunitas makhluk dan tanah serta bangsa Papua yang telah gugur di medan perjuangan ataupun yang masih hidup dan yang akan lahir; atas berkat dan anugerah Sang Khalik langit dan Bumi, Panglima Tertinggi Tentara Revolusi Papua Barat,
    Menimbang:
    1. bahwa perjuangan setiap Bangsa di muka Bumi untuk hidup bebas, merdeka, berdaulat, damai dan harmonis di atas tanah leluhurnya adalah Hak Azasi yang tidak dapat diganggu-gugat;
    2. bahwa perjuangan bangsa-bangsa di muka Bumi selama ini terutama terjadi karena pelecehan, pengekangan, pelanggaran ataupun penghilangan atas jatidiri sebuah bangsa oleh bangsa lain, digalakkan dalam rangka membela dan mempertahankan jatidiri, demi kelanjutan hidup dari sebuah komunitas makhluk yang memiliki jatidiri itu sendiri;
    3. bahwa identifikasi dan identitas sebuah komunitas makhluk merupakan sebuah Hak Azasi yang tidak dapat diganggu-gugat dan dimanipulasi oleh pihak lain;
    4. bahwa oleh karena itu, maka bangsa Papua perlu mengidentifikasi dan memanggil dirinya sesuai dengan jatidirinya sendiri, menurut kemauannya sendiri, tanpa rekayasa, pengkondisian, atau pemaksaan dari pihak lain;
    5. bahwa untuk itu perjuangan bangsa Papua sebagai salah satu dari kelompok Masyarakat Adat di Dunia dan di Pulau New Guinea perlu mengidentifikasi dan menempatkan diri serta identitasnya di tengah-tengah bangsa, Negara, dari identitas lainnya di muka Bumi secara tegas dan jelas;
    6. bahwa oleh karena itu perlu ada identifikasi serta penyesuaian antara nama dan istilah yang digunakan selama ini dengan nama dan istilah yang dikehendaki bangsa Papua serta nama dan istilah sebagaimana tertera dalam berbagai produk hukum terdahulu menyangkut bangsa, Negara, dan atribut Negara lainnya dalam rangka mempertegas diri dalam menempatkan bangsa Papua serta perjuangan kemerdekaannya secara jelas di tengah-tengah bangsa lain di muka Bumi;
    7. bahwa untuk itu perlu membuat sebuah keputusan yang mempertegas dan memperjelas berbagai nama dan istilah yang terutama merujuk kepada nama Negara yang akan disusun dengan penyesuaian-penyesuaian nama dan istilah lainnya menurut kebutuhan.
    Mengingat:
    1. Plateel Gouvernementsblad van Nederlands-Nieuw-Guinea No. 68 dan Nomor Register 362 dan 366, tanggal 20 November 1961 mengenai bendera Bintang Kejora sebagai bendera Negara;
    2. Plateel Gouvernementsblad van Nederlands-Nieuw-Guinea Nomor 69, tanggal 20 November 1961 mengenai Lagu

  • KECAMAN KERAS ATAS LANGKAH DAN KLEIM WPNCL

    Nomor: 10/TRWB/SKC/MPP/10-XI/2009
    PERIHAL: KECAMAN KERAS ATAS LANGKAH DAN KLEIM WPNCL
    SIFAT: TERBUKA UNTUK UMUM DAN PENTING

    Kepada Yth.:
    Pengurus dan Aktivis West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL)
    Di Kantor Pusat WPNCL dan di manapun Anda berada
    Salam Revolusi!
    Kami menghargai niat dan keberanian para pejuang bangsa Papua yang bergabung ke dalam sebuah lembaga baru bernama Koalisi Nasional untuk Pembebasan Papua Barat (West Papua National Coalition for Liberation, disingkat WPNCL). Walaupun nampaknya berniat memperjuangkan aspirasi bangsa Papua, terdapat sejumlah catatan penting yang patut diketahui umum agar segenap rakyat West Papua tidak terjerumus ke dalam deal-deal dan permainan politik yang akhirnya menjerumuskan dan mematikan aspirasi murni dan dengan demikian menghianati pengorbanan bangsa Papua untuk melepaskan diri dari cengkeraman penjajah selama hampir setengah abad lamanya.
    1. Kleim bahwa WPNCL mewakili komponen TPN/OPM adalah sebuah tindakan liar dan tidak berkekuatan hukum revolusi West Papua, menghianati sejarah penderitaan dan perjuangan bangsa Papua karena:
    a. TPN/OPM adalah nama yang diberikan NKRI kepada organisasi sayap militer sekaligus sayap politik perjuangan Papua Merdeka, yang telah digantikan dengan nama asli panggilan bangsa Papua: Tentara Revolusi West Papua (TRWP) atas dasar pertimbangan politik strategis perjuangan Papua Merdeka sejak 2006. Penggunaan nama TPN/OPM setelah tahun 2006 adalah murni pendukung nama pemberian NKRI, dan sebagai bukti pembangkangan terhadap garis kebijakan Panglima Tertinggi Komando Revolusi West Papua di Markas Pusat Pertahanan Tentara Revolusi West Papua;
    b. Tentara Revolusi West Papua telah dipisahkan secara structural organisatoris dari Organisasi Papua Merdeka (OPM), maka nama TRWP tidak dapat diberi tanda stripe (/) disusul nama OPM. Dengan kata lain, penggabungan nama TPN/OPM adalah tindakan pendukung siasat penjajah, yang bersifat konyol bagi organisasi sayap militer dan sayap politik;
    c. Tentara Revolusi West Papua tidak pernah memberikan Surat Dukungan untuk atau restu atas pembentukan WPNCL;
    d. Tentara Revolusi West Papua tidak pernah mengirim utusan resmi ataupun tidak resmi ke rapat pembentukan WPNCL di Port Vila, Republik Vanuatu;
    e. Tentara Revolusi West Papua tidak pernah dan tidak akan pernah mengakui WPNCL sebagai organisasi payung dari Tentara Revolusi West Papua ataupun Organisasi Papua Merdeka, karena proses pembentukan dan embryo kelahirannya penuh dengan rekayasa dan sponsor pihak asing/ penjajah, bersifat liar dan melanggar Hukum Revolusi West Papua;
    2. Kleim bahwa TPN/OPM merupakan salah satu pilar dalam WPNCL adalah sebuah penghianatan terbesar yang dilakukan para aktivis yang bergabung ke dalam WPNCL terhadap sejarah pengorbanan dan posisi serta kiprah Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai Organisasi Induk segala gerakan, kampanye dan organisasi yang memperjuangkan aspirasi Papua Merdeka. OPM BUKANLAH SEBUAH PILAR dari WPNCL, tetapi adalah Induk dari semua dan segala gerakan, kampanye dan organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan West Papua. Langkah angkuh dan ceroboh seperti ini telah ditunjukkan Presidum Dewan Papua (PDP) yang ternyata banyak menipu rakyat daripada berbuat yang terbaik yang dapat dipersembahkannya bagi amanat penderitaan dan aspirasi bangsa Papua;
    3. Langkah WPNCL untuk berdialog dengan NKRI tanpa melibatkan OPM dan TRWP dan dapat bergerak secara leluasa tanpa dilarang di dalam wilayah NKRI telah menimbulkan pertanyaan bagi Markas Pusat Pertahanan TRWP:

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?