Tag: pesan OPM

  • Brigjend Richard Joweni, Sosok Tentara dan Diplomat Revolusioner

    Author : Admin Jubi, October 19, 2015 at 08:55:07 WP, Editor : Victor Mambor

    Upacara Penguburan Richard Joweni, TabloidJubi.com
    Upacara Penguburan Richard Joweni, TabloidJubi.com

    Jayapura, Jubi – Seluruh rakyat Papua terlebih Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN) telah berduka atas kehilangan sosok pemimpin kharismatik Brigjen Richard Joweni. Pria bernama lengkap Uria Hans Joweni ini sebelumnya telah dikabarkan meninggal dunia pada Jumat 16 Oktober 2015, pukul 23.00 WP dalam usia 72 tahun.

    Sebelum meninggal, Richard Joweni sempat dibawa ke rumah sakit Vanimo untuk mendapat pengobatan karena menderita sakit pada saluran pencernaan dan juga karena kelemahan fisik akibat usia senja. Sebab ia telah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya atau selama 48 tahun dengan bergerilya di belantara Papua.

    Kepergiannya telah meninggalkan luka yang mendalam, terlebih bagi 3 orang anaknya yang ditinggalkan karena sebelumnya istrinya telah lebih dahulu meninggal pada tanggal 22 September lalu karena sakit. Dari riwayat hidupnya, almarhum yang juga pemimpin tertinggi komando Tentara Revolusioner Pembebasan Papua Barat (TRP PB) ini lahir pada 3 Desember 1943 di sebuah kampung di Teluk Wondama, Papua Barat.

    Sebagai pemimpin komando tertinggi TRP PB, ia mengepalai 9 Kodap dan 10 Kodam di beberapa wilayah dan sebagian berada di wilayah Pegunungan Papua. Joweni juga merupakan ketua Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan atau West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL) yang tergabung dalam United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dalam memperjuangkan persoalan Papua Barat lewat cara diplomasi di forum MSG (Melanesian Spearhead Group) dan Pasific Island Forum (PIF).

    Selain bergerilya, sosok Richard Joweni juga dikenal sebagai seorang diplomat yang pernah melobi sejumlah pimpinan negara-negera Melanesia di Pasifik Selatan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Atas jasa-jasa perjuangannya dan selaku pimpinan tertinggi Tentara Revolusioner Pembebasan Papua Barat (TRP PB), ia kemudian dianugerahi pangkat Jenderal Gerilya (Anumerta) pada saat prosesi pemakaman jenasah yang berlangsung secara militer di Markas Pusat TRP PB Kampung Endokisi Yokari, Tanah Merah Kabupaten Jayapura.

    Menurut Jonah Wenda selaku juru bicara Dewan Militer TRP PB, selain sebagai seorang pejuang yang gigih bergerilya di hutan, Richard Joweni dikenal sebagai sosok kharismatik dalam memimpin perjuangan menuju pembebasan nasional bangsa Papua Barat. “Ia telah mengajarkan cara-cara berjuang secara bermartabat, damai dan menghargai orang lain,” kenang Wenda.

    Selanjutnya untuk mengisi kekosongan kepemimpinan sementara di tubuh TRP PB, kata Wenda, kolonel Amos Serondanya selaku kepala staf Angkatan Darat telah ditunjuk sementara untuk menggantikan posisi Richard Joweni hingga ada penentuan pemimpin tertinggi tetap. Penentuan itu akan dilakukan setelah 14 hari berkabung yang ditandai dengan penaikan bendera bintang kejora setengah tiang di sejumlah Kodam dan Kodap yang dikendalikan oleh markas TRP PB.
    Upacara pemakaman jenasah almahum Richard Joweni berlangsung dengan penuh hikmah karena diawali oleh ibadah pelepasan dan kemudian dilanjutkan dengan prosesi penguburan peti jenasah ke liang lahat secara militer. Prosesi ini juga ditandai dengan tembakan salvo sebanya 3 kali ke udara sebagai penghormatan bagi almarhum.

    Almarhum Richard Joweni telah bergabung sebagai anggota gerilyawan OPM pada tahun 1968 saat masih berusia 25 tahun. Sebelumnya ia sempat bekerja sebagai staf pegawai di masa Pemerintahan Belanda di Papua. Saat bergerilya di masa kepemimpinan Seth Rumkorem, sejumlah jabatan strategis pernah disandangnya hingga kemudian ia diberi mandat menjadi pemimpin tertinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN PB) hingga akhir hayatnya. (J. Howay)

  • Tokoh Papua Merdeka Serukan Boikut Pilpres Lewat Klip Video

    Jayapura, 7/7 (Jubi) – Setelah seruan Boikot Pilpres dari pihak yang mengklaim anggota Tentara Pembebasan Nasional – Organisasi Papua Merdeka, kini tokoh-tokoh Papua Merdeka yang saat ini berstatus sebagai tahanan politik maupun hidup di pengasingan juga menyerukan boikot Pilpres pada tanggal 9 Juli nanti.

    Seruan para tokoh Papua Merdeka ini diedarkan melalu sebuah klip video berjudul Boikot Pilpres 2014. Klip Video ini diunggah di situs Youtube pada tanggal 6 Juli kemarin. Dalam video berdurasi dua menit lebih yang diunggah oleh akun Rize of Morning Star ini, tokoh-tokoh Papua Merdeka seperti Filep Karma dan John Otto Ondowame yang berada dipengasingan mengatakan bahwa Pilpres 2014 bukanlah Pemilu Rakyat Papua Barat, tapi pemilu Indonesia.

    “Minta supaya jangan ikut dalam Pemilihan Presiden karena Pemilihan Presiden itu bukanlah Presiden Papua Barat tapi ialah Presiden Republik Indonesia. Kami bukan lagi orang Indonesia, kami adalah orang Melanesia.”

    ujar John Ondowame dalam video Boikot Pilpres ini.

    Sedangkan Filep Karma, salah satu tokoh Papua Merdeka lainnya mengatakan orang Papua tidak ada sangkut pautnya dengan Pemilu Presiden ini.
    Pemilihan presiden saat ini adalah kepentingan kolonial Indonesia. Tidak ada sangkut paut dengan kami. Fokus kami adalah supaya rakyat dan Bangsa Papua merdeka.” kata Karma.

    Selain Ondowame dan Karma, Benny Wenda, Victor Yeimo dan Forkorus Yoboisembut juga menyerukan Boikot Pilpres 2014 melalui klip video ini. Forkorus dalam klip video ini meminta agar rakyat Papua tidak terprovokasi saat Pilpres Nanti.

    Bagi warga bangsa Papua yang tidak ikut memilih, jangan sampai saling melakukan intimidasi atau konflik.” himbau Forkorus.

    Lihat Klip video Boikot Pilpres 2014.

    (Jubi/Victor Mambor)

  • SELAMAT ULANG TAHUN WEST PAPUA YANG KE-39

    Bendera Sang Bintang Kejora
    Bendera Sang Bintang Kejora

    Pada Tanggal 1 Juli 1971 adalah hari Proklamasi kemerdekaan bangsa Papua yang berdaulat diatas negerinya sendiri seperti bangsa-bangsa lain yang sedang hidup merdeka di muka bumi ini, sehingga bertambanya usianya yang ke 39 tahun, maka West Papua semakin dewasa untuk merealisasikan kemerdekaan itu karena dia cukup umur untuk mengatur dirinya sendiri didalam rumah tangganya West Papua.

    Meskipun hak dan kemerdekaan itu dirampas oleh bangsa-bangsa lain dengan berbagai kepentingan di bumi Papua tetapi kami tetap memperjuangkan hak-haknya sampai West Papua berdiri sendiri diatas tanahnya, menjadi tuan diatas negerinya sendiri.

    Walaupun West Papua masih dijajah oleh bangsa-bangsa lain, namun Ia selalu merayakan hari kemerdekaanya dimanapun, kapanpun, dia berada. West Papua semakin dewasa didalam mengatur, menata dirinya didalam perjuangan agar dalam alam kemerdekaan ia lebih dewasa untuk mengatur dirinya sendir tanpa campur tangan orang/bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.

    Didalam arena perjuangan pun ia telah dewasa untuk membedakan mana yang baik dan benar karena ia telah belajar banyak melalui banyak pengalaman dalam perjuangan, pengalaman baik dan buruk menjadi guru dan pelajaran yang paling berharga untuk ditetapkan sebagai landasan didalam perjuangan.

    Seperti seorang yang sudah dewasa mencapai 24-25 tahun yang siap untuk memisahkan diri dari orang tuanya dan menikah dan mendirikan rumah tangganya sendiri serta mengatur rumah tangganya tanpa harus bergantung di orang tuanya. Maka kesiapan untuk West Papua berdiri sendiri diluar rumah tangga orang tua angkatnya/bapa piaranya.

    Mengukur umur dan pertumbuhan Bangsa West Papua, sudah saatnya untuk memerdekakan dirinya dan membangun rumah tangganya sendiri.

    Untuk itu dalam mempersiapkan dirinya menuju kemerdekaan dalam rumah tangganya, ia sendiri telah mempersiapkan Pagar Rumah, Landasan Rumah, Tiang-tiang rumah, papan, balok, atap rumah sehingga rumahnya sudah rampung tinggal pindah rumah kapan saja.

    Kepala rumah tangga sudah ada, untuk bertanggung jawab sehingga semua anak-anak yang lahir sebelum menikah maupun sesuah menikah hendaknya menyatukan barisan dengan bapak rumah tangga agar kita dapat dibawa secepatnya ke rumah yang telah dibangun.

    Untuk itu pesan kami: semua pejuang secara pribadi maupun organisasi yang masih terhamburan tanpa mengetahui siapa bapaknya, mari kita bersatu menyatukan barisan untuk merebut rumah itu meskipun bapa piara/bapa angkat tidak setuju, secara kasar maupun halus kita harus merebut rumah itu dibawa satu komando, bapak Revolusi West Papua yang sedang mempersiapkan diri untuk bertanggung jawab didalam rumah tangganya.

    Dalam proses perjuangan ini anak dan bapa harus menyatukan suara, kehendak, kekuatan agar bapa tiri yang datang dari jauh dan kawin mama di Papua bisa meninggalkan tempat diam-diam.

    Agar semua keinginan itu tercapai, semua anak-anak yang mendirikan gubuk-gubuk kecil yang bernama PDP, DeMMAK, WPNCL, AMWP, harus bergabung ke rumah induk OPM dibawa komando Panglima Tertinggi Tentar Revolusi West Papua agar semua kekuatan yang tercerai-berai dapat disatukan sehingga dengan kekuatan ini kita dapat mengusir BAPA TIRI/PENJAJAH yang datang cari makan di tanah Papua dan merampas mama papua dari suaminya yang orang Papua asli lalu kawin dengan mama Papua sehingga telah mengacaukan dan mengaburkan jati diri anak negeri bersama ibu kandungnya.

    Semoga cerita pendek ini menjadi kado ulang Tahun untuk-mu Papua, kami anak-anak yang lahir dari darahmu siap untuk meneruskan perjuangan sampai anak-anak negeri berdiri sendiri diatas Tanah Leluhurnya.

    Kami persembahkan sebuah puisi untukmu:
    Tangisan Seorang Yatim di Medan Perjuangan
    Mama…. Telah sekian lama aku mengembara di rimba…
    Telah sekian lama aku mengasingkan diriku di negeri orang..
    Telah sekian lama aku mencari bapa kandungku,
    karena Mamaku dikawaini orang yang tidak bertanggung jawab..
    Dalam perjalanan pengembaraan ini aku telah kehilangan…..
    Kehilangan mereka……
    Om, kaka, adik, saudara-saudaraku, teman-teman-ku….
    Tulang-tulang mereka telah berserahkan di hutan..
    Di lubang batu…
    Di lubang tanah….
    Di kota-kota ….
    Bagaikan binatang liar diatas tanahnya sendiri…
    bagaikan anak yatim di negeri orang….
    Tuhan…. Mengapa, mengapa…
    Engkau ciptakan tanah ini..
    Engkau lahirkan kami di atas tanah ini…..
    Apakah hanya untuk lahir dan mati….?
    Kepada siapakah siapa aku harus mengeluh…
    Karena semua orang sekelilingku menutup telinga dan mata mereka…
    Aku ingin kembali ke bapaku….
    Aku ingin menemukan rumahku….
    Aku ingin mencari dia….
    Aku ingin berada di sisinya,. apapun situasi, kondisi, medan…… aku tidak peduli…..

    Hai mama, kekasihku…….
    Dengan berat hati aku meninggalkan-mu sekian lama…
    Aku harus pergi…. Aku harus melawan….
    Sampai kapapun, apapun situasinya…
    untuk menemukan rumah dimana bapa berada…
    Kuatkanlah hatimu….., berteguh kepada janji kita diatas tanah Leluhur…
    West Papua…

    Jangan bertanya kemana aku pergi, dari mana aku datang, biarkan aku pergi untuk kita semua…..

    Burung Mambruk, Lambang Negara West Papua
    Burung Mambruk, Lambang Negara West Papua

    Port Moresby 1 July 2010.
    Tary Yikwainak Karoba

    ============================================
    Tary Karoba, PO.BOX7326, Borok 111, NCD PNG
    Bank South Pacific (BSP)
    Waigani Banking Centre
    N a m e : David Posianie
    Account Number : 1001358031
    Branch Code : 8202
    BSP Code : BOSPPGPM
    ============================================
    Write or ring us before you send us any  contributions, Thank You.
    Mobile: +675 71456663.

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?