Tag: kasus penembakan

  • Massa Kutuk Penembakan Warga di Paniai

    JAYAPURA– Ratusan masyarakat yang menamakan diri Solidaritas Korban Pembunuhan di Paniai, mendatangi DPR Papua untuk menyampaikan aspirasi mereka, Selasa (9/12).

    Demo dipimpin Agus Kadepa. Dalam pernyataan sikap mereka, ada enam poin utama yang disampaikan. Pertama, mendesak DPR Papua membentuk tim investigasi guna mengusut penembakan warga Paniai, Senin (8/12).

    Kedua, meminta TNI dan Polri bertanggungjawab atas nyawa yang dengan sewenang-wenang dibunuh menggunakan alat negara. Ketiga, tarik militer yang berlebihan di Paniai. Keempat, buka ruang demokrasi di Papua. Kelima, kebebasan berkumpul dan berekspresi adalah hak setiap warga negara dan keenam, mengutuk keras semua tindakan pembunuhan yang dilakukan dengan unsur sengaja.

    Agus Kadepa dalam orasinya mengatakan, hak hidup dengan sewenang-wenang dihabiskan oleh tim gabungan TNI dan Polri. Peristiwa yang sebenarnya menjadi kesalahan pihak keamanan dalam hal ini patroli yang menjalankan kendaraannya atau mobil dengan tidak menyalakan lampu pada malam hari.

    “Masyarakat lalu menegur mereka dan akhirnya terjadilah peristiwa berdarah. Ini penegak hukum tapi dengan sengaja melanggar hukum. Menjelang hari HAM 10 Desember 2014 dan peristiwa kedatangan sang putra Natal menjadi peristiwa berdarah,”

    kata Agus Kadepa dalam pernyataan sikapnya.

    Menurutnya, peristiwa itu jelas melangar HAM, apalagi menggunakan alat negara.

    “Kami mendesak DPRP segera membentuk tim investigasi. TNI dan Polri segera bertanggungjawab atas kasus tersebut. Tarik Pasukan TNI/Polri.Pemerintah Harus Bertanggungjawab,”

    ucapnya.

    Massa diterima sejumlah anggota DPR Papua. Antar lain, Nason Utti, Ruben Magay, Gerson Soma, Natan Pahabol, dan beberapa anggota parlemen Papua lainnya.

    Kepada masyarakat, Anggota DPR Papua, Ruben Magay mengatakan, DPR akan membentuk dua tim investigasi. Satu tim untuk investigasi kasus Puncak dan satu lagi untuk kasus Paniai.

    “Jadi ada dua tim. Kami meminta pendemo mengusulkan tiga orang perwakilan bergabung dalam tim untuk sama-sama tim DPRP ke dua tempat itu. Dari situ akan ada rekomendasi yang diajukan ke pihak terkait. Entah Presiden, Kapolda, Pangdam. Fungsi DPR mengawasi, dan menfasilitasi. Ada pihak yang lebih bertanggungjawab,”

    kata Ruben.

    Sebelum ke DPRP, massa menggelar aksi unjukrasa di Depan Kantor Pos Abepura, Kota Jayapura, Selasa (9/12).

    Agus Kadepa mendesak DPRP agar segera membentuk Tim Investigasi guna mengusut peristiwa berdarah di Kabupaten Paniai tersebut.

    Menurut Agus Kadepa, pihaknya juga minta agar institusi TNI dan Polri menarik anggotanya yang ada di Paniai, membuka ruang demokrasi, kebebasan berkumpul dan berekspresi adalah hak setiap warga negara dan mengutuk keras semua tindakan pembunuhan yang dilakukan TNI dan Polri dengan unsur sengaja. (loi/Mdc/don)

    Rabu, 10 Desember 2014 11:25, BP

  • Kapolda Klaim Paniai Kondusif

    Jayapura – Pasca tewasnya empat warga Paniai karena diduga ditembak, Polda Papua mengklaim situasi Enarotali Ibukota Paniai Papua kondusif. Konsentrasi massa dan jenazah 4 warga kini disemayamkan di Kantor Distrik Paniai Timur. Hal itu diungkapkan Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende.

    “Situasi Enarotali sudah kondusif berkat peran serta pemerintah daerah, tokoh masyarakat, adat, agama yang ikut memediasi dan bersinergi terutama dalam mengimbau masyarakat untuk tenang serta tidak mudah terprovokasi oleh hasutan kelompok-kelompok tak bertanggung jawab,”

    ujar Kapolda kepada wartawan, Selasa 9 Desember saat menggelar ‘Coffee Morning’ dengan wartawan di Markas Polda Papua.

    Lanjutnya, sejumlah warga memang masih berkonsentrasi, tapi sudah bergeser ke Kantor Distrik Paniai tempat jenazah disemayamkan. “Konsentrasi massa sudah berpindah ke Kantor distrik,” singkatnya.

    Kapolda mengungkapkan, dalam penanganan kasus Paniai pihak kepolisian sangat berhati-hati dan tetap bekerja secara profesional. “Menangani kasus di sana tetap dilakukan secara profesional. Saya akan sampaikan kepada teman-teman jika ada informasi itu,” katanya.

    Soal diduga penembakan terhadap empat warga sipil pasca rusuh di Paniai tersebut, Kapolda mengemukakan, bahwa pihaknya tidak bisa menyampaikan secara dini apakah anggotanya yang melakukan penembakan, atau pihak TNI ataukah dari kelompok Kriminal bersenjata.

    Sebab menurutnya, ketika warga yang berkisar dua ratus orang datang dari arah Gunung Merah ke Markas Koramil lalu merusak kantor tersebut disertai tembakan dari arah gunung.

    “Dari informasi yang kami terima di lapangan, terutama dari Kapolres Paniai bahwa anggotanya tidak melakukan penembakan. Saat itu mereka melakukan penembakan peringatan ke udara, tapi tidak mengarah pada warga. Kalaupun ada kami akan proses secara hukum karena ada prosedur melakukan penembakan oleh anggota,”

    tandasnya.

    Namun pihaknya memastikan korban penembakan pasca kejadian itu, hanya 4 empat orang dengan identitas masing-masing, Yulian Yeimo (16 tahun pelajar), Simon Gegey (17 tahun) Alpius Gobay (17 tahun), dan Alpus Youw,” kata Kapolda Papua.

    Sementara untuk luka-luka sebanyak 10 orang. Mereka diantaranya, 10 korban luka-luka diantarnaya, Jeri Gobay (13 tahun), Okatavianus Gobay (13), Noak Gobay (29), Yulian Mote (36), andarieas Dogopia (23 tahun), Yulianus Tebay (40), Naftali Neles Gobay (45), Jeremias Kayame (59), Italias Endowae (35), Albert Nadus (10 tahuh).

    Meski sudah dipastikan 4 orang meningga dunia dan 10 warga luka, namun 6 aparat TNI dan Polri ikut luka-luka.”Ada tiga anggota TNI mengalami luka-luka dan tiga anggota kami yang bertugas di Polsek. Kami belum penanganan seperti apa di sana sekarang,” katanya.

    Kapolda Yotje, juga menyatakan bahwa diduga ada pihak ketiga dalam peristiwa yang terjadi di Paniai hingga menewaskan warga sipil.

    “ Kita belum bisa memastikan apakah penembakan itu dilakukan oleh aparat, warga atau kelompok mana? Karena belum diselidiki. Tapi diduga, ya ! Ada pihak ketiga di balik insiden ini,”

    ungkapnya

    Oleh karena itu, kata dia, kini tim pencari fakta dari Polda Papua telah diturunkan ke Paniai guna melakukan penyelidikan lebih lanjut. Penyelidikan akan dilakukan atas peluru yang mengenai tubuh korban sehingga akan diketahui siapa pelaku penembakan.

    Namun pihaknya akan menindak tegas oknum aparat kepolisian, jika dalam penyelidikan nanti, terbukti bersalah dalam melakukan penembakan terhadap para korban.

    “ Ya, saya akan tindak. Jika nanti hasil penyelidikan penyebutkan mereka (personil Polsek Kota Paniai Timur) bersalah. Tapi yang jelas, penembakan itu sudah sesuai protap. Karena kita tahu warga lebih dulu melakukan penyerangan Koramil dan Polsek,”

    ungkap Kapolda Yotje.

    Mengenai peristiwa yang sebenarnya, ia menjelaskan, permasalahan ini diawali perselisihan paham antara aparat dengan masyarakat. “Waktu itu ada warga menggunakan kendaraan di jalan raya namun tidak menyalakan lampu kemudian ditegur terjadi bentrok fisik. Tak terima, ia membawa massa sehingga tidak puas dengan kejadian akhirnya terjadi sedikit perkelahian. Kejadian sempat dilerai,” jelasnya.

    Sejak suasana mulai kondusif, tiba-tiba terjadi pemalangan dan anggota di lapangan sempat melakukan negosiasi dan akhirnya pemalangan berhasil dibuka. Tidak lama kemudian terjadi penembakan dari arah gunung dan disusul warga dari gunung merah menyerang pos koramil.

    “Anggota di sana bertahan lalu mengeluarkan tembakan ke udara agar massa tidak melakukan penyerangan atau pengrusakan koramil dan Polsek yang letaknya kebutulan berdekatan, ada 4 unit mobil rusak dan 6 anggota TNI dan polri mengalami luka pasca kejadian itu,” imbuhnya. (loy/don)

    Rabu, 10 Desember 2014 11:23, BP

  • DPR Papua Kutuk Penembakan di Puncak

    JAYAPURA – Dewan Perwakilan Rakyat Papua mengutuk keras penembakan yang menewaskan dua anggota Brigadir Mobil (Brimob) di depan Kantor Bupati Puncak-Papua, pada Rabu (3/12) pagi sekitar pukul 09.00 WIT.

    “Kami mengutuk tindakan yang dilakukan kelompok bersenjata di Kabupaten Puncak Jaya, karena mereka tidak punya hak mengambil nyawa manusia. Hanya Tuhan yang bisa mengambil nyawa manusia,”

    ungkap anggota DPRP terpilih, Yunus Wonda kepada wartawan di Hotel Aston, Kamis (4/5) siang.

    Yunus mengungkap, bukan lagi waktunya untuk melakukan kekerasan atau pertumpahan darah karena itu tidak akan menyelesaikan masalah Papua.

    “Justru peristiwa penembakan di sana akan berimbas kepada rakyat. Mereka justru ketakutan, perekonomian mereka tidak bisa jalan karena dibawah ancaman dari kelompok yang berseberangan itu,”

    akunya.

    Kendati demikian, pihaknya turut berduka cita atas meninggalnya dua anggota Brimob yang ditembak oleh kelompok berbeda paham itu. “Kejadian ini, masyarakat sekarang sudah ketakutan. Kasian masyarakat terganggu dalam aktivitas sehari-hari,” kata dia.

    Lagi-lagi, menurut mantan Ketua I DPR Papua periode 2009-2014 ini, bahwa para pelaku bisa saja lari ke hutan pasca penembakan itu. Namun, Masyarakat yang jadi korban. Mereka pasti akan ketakutan. Apalagi bisa saja aparat kemanan di wilayah itu melakukan penyisiran pasca penembakan tersebut.

    “Untuk mencari pelaku bisa saja aparat mekakukan penyisiran dan masyarakat akan ketakutan. Kekerasan tak akan membuat Papua merdeka. Sudah bukan waktunya lagi. Orang justru tak akan simpati. Dengan kasus ini rakyat akan takut padahal mereka masih trauma usai perang di sana lalu. Kalau mereka ambil senpi itu tidak dibenarkan, itu bukan milik mereka,”

    ucapnya.

    Untuk itu, Yunus mengingatkan kepada para aparat keamanan yang bertugas di wilayah pegunungan tengah Papua agar selalu waspada dan tidak lengah, karena kondisi di gunung tidak bisa dikatakan 100 persen aman.

    “Menjalankan tugas dengan penuh tanggungjawab. Tapi tetap harus waspada. Kami DPR hanya bisa menghimbau agar tak ada lagi kekerasan. Cara-cara itu tidak akan selesaikan masalah. Kalau saling tembak menembak terus, masyarakat juga tak akan sejahtera,”

    himbaunya. Yunus juga menekankan agar tidak ada lagi kekerasan karena kekerasan merupakan pelanggaran HAM.

    “Kami harap kejadian seperti ini tdak terulang lagi. Itu tak terpuji. Apapun alasannya tetap cara itu tak dibenarkan. Tak ada yang berhak menghilangkan nyawa orang selain Tuhan,”

    katanya. (loy/don)

    Sabtu, 06 Desember 2014 12:21, BP

  • Pelaku Penembakan Di-deadline 3 Hari

    Willem Wandik dan Irjend (Pol) Drs. Yotje MendeJAYAPURA – Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi, Yotje benar-benar tidak akan mau kompromi dengan pelaku penembakan di Puncak Ilaga yang menewaskan 2 anggota Brimob di depan Kantor Bupati Puncak, Rabu (3/12). Untuk itu, Kapolda memerintahkan kepada anggotanya untuk mengejar dan menangkap pelaku penembakan dua anggota Brimob tersebut. “Kami mengutuk perbuatan pelaku penembakan itu karena mereka telah melanggar HAM dan tidak berprikemanusiaan hingga melakukan penembakan secara sadis terhadap anggota kami dari belakang. Saya sudah perintahkan untuk mengejar dan menangkap pelaku itu,” tegas Kapolda Papua, usai melakukan pertemuan dengan Kasdam ZVII/Cenderawasih, dan Bupati Puncak Willem Wandik di ruang Cenderawasih Mapolda Papua, Jumat (5/12) kemarin.

    Meski telah memerintah anggotanya untuk melakukan pengejaran dan penangkapan, namun pihaknya tidak ingin anggotanya dianggap bahwa pengejaran merupakan balas dendam.

    “Itu bukan balas dendam, tapi menangkap pelaku kejahatan itu. Saya minta jangan melakukan tindakan siporadis atau menangkap secara membabi buta. Jika salah melakukan tindakan hukum akan ada resiko,” tekan Kapolda.

    Sebelum dilakukan penangkapan, Kapolda Yotje memberikan batas waktu (deadline) 3 hari kepada para pelaku untuk menyerahkan diri dan menyerahkan senjata yang mereka rampas. Apabila tidak menyerahkan diri sesuai deadline waktu, maka polisi akan terus melakukan pengejaran untuk menangkap para pelaku tersebut.

    Bahkan, pihaknya akan meningkat kegiatan operasional dan fokus untuk mencari dan mengejar serta penangkap pelaku secara hidup-hidup atau mati maupun jaringannya. “Saya berikan waktu untuk menyerah dan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan di luar kemanusian,” mintanya.

    Kapolda Yotje mengaku bahwa dirinya masih punya keinginan untuk berdamai dengan kelompok tersebut, dengan syarat mereka harus menyerahkan diri dan tidak melakukan perbuatan yang tidak manusiawi. “Saya masih memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyerahkan diri dan mengembalikan senjata itu. Namun apabila tidak, maka mereka tetap dikejar sampai tertangkap,” tandas dia.

    Untuk jumlah personil, Kapolda Yotje telah kekuatan personilnya sebanyak 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau sebanding dengan 100 personil Polri dilengkapi peralatan untuk mengejar para pelaku tersebut.

    “Kami sudah sepakat dengan TNI dan masyarakat. Kami akan tambah perkuatan rencananya 1 SSK dari Polisi. Jumlahnya kurang lebih 100 orang dengan peralatan lengkap. Kami akan cari mereka,” kata Kapolda Yotje.

    Disinggung pelaku kelompok dari mana? Kapolda Yotje enggan membeberkan kelompok dari mana para pelaku penembakan itu. “Kali saya tidak memberitahukan kelompok mereka. Yang jelas, saat menembakan anggota kami, mereka sebanyak 5 orang dan kami sudah ketahui mereka. Mereka masih ada di Kabupaten itu,” tandas dia.

    Sementara itu, Bupati Puncak Willem Wandik mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Puncak menyatakan sikap untuk mendukung langkah Kepolisian Papua yang akan melakukan pengejaran dan pencarian terhadap Kelompok Bersenjata yang menembak dua personil Brimob tersebut.

    Ia menyatakan, jika pengejaran tidak dilakukan maka masalah yang terjadi di daerahnya tidak akan selesai, dan masyarakat di sana akan ketakutan dalam melaksanakan aktivitas. “Masyarakat Puncak sangat rindu kelau ada kedamaian di daerahnya,” ucapnya.

    Bupati Willem menilai, pelaku penembakan tersebut tidak memiliki kasih dan mereka harus di denda sesuai dengan kesepakatan yang berlangsung pada bulan November lalu. “Ada enam kesepakatan yang dilakukan terhadap para pelaku penembakan di sana. Kami tuntut Rp2 miliar. Kalau tidak pelakunya maka, kepada keluarganya,” tegas dia.

    Disinggung motif pelaku penembakan itu, Bupati Willem mengungkapkan, motif penembakan itu hanya ingin merampas senjata. Tapi dampaknya ke masyarakat. “Ketika mereka melakukan pengacauan, lalu mereka hilang. Masyarakat jadi ketakutan hingga membuat situasi tidak aman,”katanya.

    Apakah perbuatan mereka untuk memperjuangkan merdeka? lagi,lagi Bupati Willem menandaskan, bahwa Perjuangan Papua merdeka tidak seperti ini. “Tidak bisa dan kami tidak setuju. Mereka ini tidak punya hati. Kami berupaya membangun daerah dan keluar dari ketertinggalan, keterisolasian tapi mereka mengacau sehingga perkembangan pembangunan semua macet,” ucapnya. (loy/don)

    Sabtu, 06 Desember 2014 12:46, BP

  • Ditembak dari Jarak 2 Meter

    Dua Anggota Brimob  Diantar  ke Parapat dan Soe
    Pagi Ini, Jenazah Dua Anggota Brimob Diantar ke Parapat dan Soe

    Jenazah dua anggota Brimob Detasemen A Polda Papua Iptu Tomon Siahaan dan Bripda Everson, ketika tiba di RS Bhayangkari, Kotaraja, Kamis (4/12). JAYAPURA — Dua anggota Brimob Detasemen A Polda Papua, masing-masing Iptu Tomon Siahaan dan Bripda Everson, tewas seketika lantaran diberondong tembakan dari jarak dekat, sekitar 2 meter ketika sedang menurunkan kursi untuk persiapan natal.

    Demikian diungkapkan Kabid Humas Polda Papua Kombespol Sulistyo Pudjo Hartono, S.IK, ketika dikonfirmasi di sela-sela persiapan otopsi jenazah di RS Bhayangkari, Kotaraja, Kamis (4/2), kemarin.

    Terkait dengan peristiwa penambakan ini, Kepolisian Daerah (Polda) Papua segera menuntut pertanggungjawaban hukum dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), pasca aksi penembakan yang menewaskan dua anggota Brimob Detasemen A Polda Papua, Iptu Tomon Siahaan dan Bripda Everson, ketika membantu dan mengantar kursi untuk perayaan Natal di Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Tanah Papua Klasis Ilaga atau di Depan Kantor Bupati Puncak di Ilaga, Papua, Rabu (3/12) sekitar pukul 09.00 WIT.

    Menurut Kabid Humas, tokoh adat dan tokoh agama di Ilaga sebelumnya telah mengimbau kepada masyarakat setempat, agar tak melakukan aksi penembakan menjelang perayaan Natal. Bahkan telah disepakati, bila ada aksi penembakan didenda Rp2 Miliar. Tapi tetap dilanggar.

    “Kami mengutuk keras aksi penyerangan terhadap kedua anggota Brimob yang di-BKO-kan di Polsek Ilaga tersebut. Pelaku tak memahami, bila kedua korban tengah membantu kegiatan perayaan Natal,” tukas Kabid Humas.

    Kabid Humas menuturkan, pihaknya segera mengantar jenazah kerumah keluarganya pada Jumat (5/12) sekitar pukul 06.00 WIT. Masing-masing Iptu Tomon Siahaan diantar ke Parapat (Sumut) dan Bripda Everson diantar ke Soe (NTT).

    Pantauan Bintang Papua, ketika iring-iringan mobil jenazah yang membawa kedua korban tiba di RS Bhayangkari, setelah menempuh penerbangan dari Ilaga ditunggui Wakapolda Papua Brigjen (Pol) Drs. Paulus Waterpauw didampingi Kabid Humas Polda Papua Kombespol Sulistyo Pudjo Hartono, S.IK, dan Kasat Brimob Polda Papua Kombespol Matius Fakhiri.

    Isak tangis pun tak terhindarkan dari keluarga dan kenalan kedua korban, terutama dari keluarga Batak dan Flobamora-NTT, sesaat sejumlah anggota Brimob Polda Papua mengusung peti jenazah para korban, yang dibalut bendera merah putih.

    Sontak seorang perempuan paruh baya menyeruak masuk ke ruang otopsi sembari membawa selembar tenun ikat Timor, untuk diletakkan di tubuh korban Bripda Everson.

    Dikatakan Kabid Humas, setelah diotopsi jenazah direncanakan disemayankan di Aula Mako Brimob Polda Papua, Kotaraja. “Kedua jenazah akan dilepas dengan upacara militer, sebelum diantar ke kampung halamannnya masing-masing,” terang Kabid Humas. (Mdc/don)

    Sumber: Sabtu, 06 Desember 2014 12:34, BP

  • Tiba di Jayapura, Dua Jenazah Anggota Brimob Diautopsi

    JAYAPURA [PAPOS] – Jenazah AiWakapolda Papua, Brigjen Pol. Paulus Waterpuw saat melihat langsung jenazah anggota Brimob yang menjadi korban penembakan KKB di Ilaga, Puncak setelah beradai RS Bhayangkara Jayapura.pda Thomson Siahaan dan Bripda Everson anggota Brimob Den A Polda Papua, korban penembakan Kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Ilaga, Puncak, Papua, Rabu (03/12/2014) sekitar pukul 12.00 Wit Kamis tiba di Jayapura.

    Tiba di Jayapura kedua Jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara Jayapura guna dilakukan autopsi,” kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Sulistiyo Pudjo, Kamis (04/12).

    Keduanya diterbangkan dengan pesawat Trigana Air dari Ilaga, Puncak ke Timika, kemudian dari Timika diterbangkan dengan Pesawat Garuda menuju Sentani, Jayapura.

    Direncanakan, kedua jenazah akan disemayamkan satu malam di Markas Brimob Polda Papua, kemudian besok pagi Aipda Thomson akan diterbangkan menuju Medan, untuk dimakamkan di kampung halaman di Parsoburan, kab Tobasa. Sementara jenazah Bripda Everson akan diterbangkan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur besok pagi.

    Wakapolda Papua Tinjau Lokasi Penembakan

    Wakapolda Papua Brigjen Pol. Paulus Waterpauw didampingi beberapa pejabat teras Polda Papua langsung meninjau langsung lokasi penembakan terhadap ke dua anggota Brimob Kompi A Polda Papua di Ilaga Puncak, Kamis (04/12) seklagus menjemput kedua jenazah korban yakni Aipda Thomson Siahaan dan Bripda Everson dibawa ke Jayapura untuk di otopsi dan visum setelah itu baru diserahkan ke pihak keluarga untuk dilakukan pemakaman.

    Setibanya di Jayapura kedua jenazah langsung dibawa ke Rumah sakit Bhayangkara untuk dilakukan otopsi dan visum.

    Wakapolda Papua secara langsung mengantarkan kedua jenazah di RS Bhayangkara, juga terlihat keluarga dari pada korban. Wakapolda Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan jenasah baru dapat dievakusi hari ini, lantaran cuaca buruk di Ilaga.

    “Kami telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi kejadian serta melakukan olah tempat kejadian perkara. Sebelumnya ada informasi bahwa keduanya dianiaya terlebih dahulu, lalu ditembak. Namun setelah ada 5 orang yang kami interogasi secara khusus, maka didapat kesimpulan bahwa kedua anggota ditembak terlebih dahulu, lalu dianiaya oleh lebih dari 10 orang,”

    ujarnya.

    Lanjut Waterpauw, informasi dua senjata jenis AK yang kabarnya dibawa kabur oleh pelaku, ternyata hanya satu senjata yang dibawa oleh kelompok itui. “Kami juga telah mengirimkan dua regu Brimob tambahan dari Timika ke Ilaga, Puncak untuk mengamankan situasi dan mencari pelaku,” ucapnya.

    Kedua anggota Brimob Papua, Aipda Thomson Siahaan dan Bripda Everson ditembak oleh kelompok bersenjata, saat sedang membantu panitia perayaan Natal bersama masyarakat dan Pemda Puncak. Aparat keamanan setempat terus melakukan pengejaran kepada kelompok ini, namun belum mebuahkan hasil . [tom/agi]

    Ditulis oleh Tom/Agi/Papos, Terakhir diperbarui pada Jum’at, 05 Desember 2014 00:30

  • Dua Anggota Brimob Tewas Ditembak di Ilaga

    Jayapura, Jubi – Dua orang anggota Brigadir Mobil (Brimob) Polda Papua tewas ditembak Kelompok Bersenjata di Ilaga, Ibukota Kabupaten Puncak, Papua, Rabu (3/12) sekitar pukul 10:00 WIT.

    Sumber Jubi mengatakan, kedua korban yakni Ajun Inspektur Dua (Pol) Thomson Siahaan dan Brigadir Dua (Pol) Everson. Kedua adalah anggota Brimob yang diperbantukan untuk Polsek Ilaga.

    “Keduanya ditembak ketika mengantar kursi untuk perayaan Natal Gereja Kristen Injili (GKI) Klasis Ilaga. Dua senpi juga dibawa kabur pelaku,” kata sumber Jubi yang tak ingin disebutkan identitasnya.

    Juru Bicara Polda Papua, Komisaris Besar (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono membenarkan adanya penembakan itu. Menurutnya, kedua anggota Brimob ditembak ketika sedang berada di atas kendaraan roda empat mengangkut kursi yang akan digunakan pada perayaan Natal GKI Klasis Ilaga.
    “Aipda Thomson Siahaan tertembak di kaki dan dada. Bripda Everson ditembak di pelipis. Keduanya meninggal di tempat. Kini jenazah berada di Puskesmas Ilaga. Rencana, Kamis (4/12), jenazah akan dibawa ke Jayapura,” kata Kombes (Pol) Pudjo.

    Katanya, pasca penembakan itu, Wakil Kepala Kepolisian Papua, Brigadir Jenderal (Pol) Paulus Waterpauw bersama beberapa pejabat kepolisian setempat, langsung berangkat ke Kabupaten Puncak.

    “Para pelaku masih dalam penyelidikan dan pengejaran anggota Brimob dan TNI yang ada di sana. Dua pucuk senjata api jenis AK milik anggota juga dibawa kabur para pelaku,” ucapnya. (Arjuna Pademme)

    Sumber: TabloidJubi.com

  • Pasca Dua Brimob Tewas, Situasi Ilaga Mencekam

    Jayapura, Jubi – Pasca tewasnya dua anggota Brimob Polda Papua, Aipda Thomson dan Bripda Forsen, situasi di Ilaga dikabarkan mencekam.

    Anggota DPRD Kabupaten Puncak, Penilus Balinal, mengatakankan insiden penembakan ini tidak bisa dikaitkan dengan perdamaian abadi, lantaran perdamaian tersebut soal konflik Pemilukada.
    “Sekarang ini masalah baru. Ini bukan karena senjata api dan panah tapi senjata api lawan senjata api,” tegas Balinal, Rabu (3/12).

    Menurut Balinal, saat perdamaian kemarin situasi sangat aman. Dirinya tidak tahu dalam rangka apa insiden penembakan ini. Saat ini masyarakat sangat khawatir dan merasa takut.
    “Informasi yang saya terima, pihak keamanan membakar honai-honai di sekitar lokasi kejadian. Jumlahnya belum tahu. Tapi setelah kejadian ini masyarakat kumpul satu tempat di kantor terdekat,” ujarnya.

    Sementara itu, Waka Polda Papua, Brigadir Jenderal (Pol) Paulus Waterpauw, menyesalkan adanya insiden tersebut karena sebelumnya sudah disepakati perdamaian abadi.
    “Saya pikir ini salah. Ini harus dibahas lagi, jangan aparat ditekan kemudian tidak mampu berbuat lebih karena khawatir dengan lingkaran HAM. Itu yang nanti kami akan coba untuk bagaimana lakukan langkah-langkah lanjut dengan semua pihak untuk membicarakan upaya-upaya seperti ini,” kata Waterpauw.

    Dari data yang dihimpun Jubi, pasca tewasnya dua anggota Brimob Polda Papua di Ilaga Kabupaten Puncak, pelaku diduga melarikan diri ke arah gunung melewati depan Kantor Bupati Puncak menuju kampung Pancuran.

    Aparat keamanan mengejar pelaku hingga ke kampung tersebut dan membakar sekitar 15 honai di kampung tersebut, yang sudah dalam keadaan kosong. (Indrayadi TH)

    Sumber: Penulis : Indrayadi TH on December 4, 2014 at 15:17:44 WP, Jubi

  • Wakapolda Papua: Kami akan Kejar Mereka, Hidup atau Mati

    Jayapura, Jubi – Wakapolda Papua, Brigadir Jenderal (Pol) Paulus Waterpau, berjanji akan menangkap pelaku, hidup atau mati.

    Pernyataan tegas itu disampaikan Paulus Waterpauw pasca tewasnya dua anggota Brigade Mobile (Brimob) Detasemen A Kotaraja, Aipda Thomson Siahaan dan Bripda Forsen, di Ilaga Kabupaten Puncak, Rabu (3/12).

    Wakapolda Papua mengecam tindakan kelompok warga sipil tersebut dan prihatin atas insiden yang menewaskan dua anggotanya.
    “Tadi pagi kami dikagetkan berita dua anggota kami diserang saat membantu bersama pemuda gereja untuk melaksanakan Natal bersama,” katanya.

    Pihaknya mengutuk keras dan akan mengejar para pelaku pembunuhan dua anggota nya.
    “Kami akan mencari siapa mereka dan kejar. Kami akan tangkap mereka, hidup atau mati. Saya pikir ini perilaku dan perbuatan yang tidak manusiawi,” ujarnya.

    Waterpauw juga pertanyaan HAM atas insiden berdarah tersebut. Menurutnya selama ini TNI dan Polri ditekan terus soal HAM. “Tapi kenyataannya selama ini justru kami jadi korban kekerasan oleh masyarakat sipil bersenjata,” katanya.

    Sebelumnya, Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono, membenarkan penembakan terhadap dua anggota Brimob yang terjadi disaat anggota polisi sedang membantu kegiatan di GKI Ilaga.
    “Bripda Everson ditembak pada bagian pelipis dan Aipda Thomson Siahaan ditembak di kaki dan dada. Keduanya tewas di tempat. Saat ini jenazah masih berada di Puskesmas Ilaga. Jenasah baru akan dievakuasi ke Jayapura besok pagi,” kata Pudjo.

    Data yang dihimpun Jubi, Aipda Thomson Siahaan mengalami luka tembak di rahang kiri tembus kepala dan tulang kering kaki kiri. Sedangkan Bripda Forsen mengalami luka hantaman benda tumpul pada bagian kepala dan lengan kanan hingga patah tulang. (Indrayadi TH)

    Sumber: Penulis : Indrayadi TH on December 4, 2014 at 15:15:54 WP, Jubi

  • Di Ilaga, Dua Brimob Tewas Ditembak KKB

    Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol, Sulistyo Pudjo HartonoJAYAPURA – Dua Anggota Brigadir Mobil (Brimob) Detesemen A Polda Papua, masing-masing bernama Iptu Thomon Siahaan dan Bripda Everson tewas tertembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di depan Kantor Bupati Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, Rabu (3/12) pagi sekitar pukul 09.00 WIT.

    Korban Aipda Thomson Siahaan tewas akibat terkena tembak di bagian kaki dan dada, sedangkan korban Bripda Everson terkena dibagian pelipis.
    Kedua anggota Brimob yang di-BKO-kan ke Polsek Ilaga itu, ditembak saat membantu mengantar dan mengangkat kursi untuk perayaan natal ke Gereja GKI Klasis Ibu Kota Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya, tepat di depan Kantor Bupati Puncak.

    Selain menembaki kedua korban, pelaku yang diduga lebih dari 5 orang itu merampas dua pucuk senjata api (Senpi) jenis AK milik kedua korban, yang selanjutnya lari menuju hutan.

    Kepala Bidang Hubungan Masya rakat (Humas) Polda Papua, Komisari Besar Polisi, Sulistyo Pudjo Hartono saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan penembakan terhadap dua anggota Brimob tersebut.

    Kronologis kejadian itu, Pujdo menjelaskan, awalnya kedua korban sedang membantu kegiatan gereja dengan mengangkat kursi-kursi dan tenda di gereja GKII.

    “Saat menurunkan tenda di depan pintu gereja GKII, Ilaga Kabupaten Puncak, tiba-tiba datang sekelompok KKB dengang menggunakan senjata api langsung menembaki kedua korban hingga meninggal di tempat. Senjata yang mereka gunakan ikut dirampas,” katanya.

    Menurutnya, sejak kejadian anggota Polsek di bantu TNI berusaha mengejar para pelaku, namun tidak berhasil ditangkap lantaran melarikan diri ke hutan.
    Sementara kedua jenazah korban direncanakan besok, Kamis (4/11) diterbangkan ke Jayapura. “Pelakunya tidak dari kelompok mana, yang jelas mereka merupakan kelompok KKB yang sengaja mengganggu rakyat dan aparat. Kami berusaha merebut kembali senjata tersebut,” katanya.

    Pudjo mengatakan, peristiwa penembakan tersebut, Wakapolda Papua sejumlah pejabat utama Polda Papua langsung berangkat ke Illaga masing-masing Kabid Humas, Kasat Brimob dan Wadir Intel Polda Papua turun untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan serta melakukan olah TKP.

    SITUASI IBUKOTA KABUPATEN PUNCAK MENCEKAM

    Pasca tewasnya dua anggota Polisi setelah ditembak KKB, di Ilaga Kabupaten Puncak Papua, situasi mencekam, masyarakat resah dan ketakutan. Apalagi sejumlah Honai (rumah adat tempat tinggal warga Pegunungan Papua) dibakar aparat keamanan yang melakukan penyisiran guna mencari para pelaku.

    Anggota DPRD Kabupaten Puncak Pelinus Balinal mengatakan, warga Puncak khususnya yang ada di Ilaga saat ini merasa ketakutan, dan memilih mengungsi kesejumlah tempat yang aman, setelah aksi penembakan terhadap dua anggota Polisi terjadi.

    “Sejumlah rumah Honai milik warga dibakar pasca penembakan terhadap 2 anggota Polisi, ini membuat situasi mencekam dan warga memilih mengungsi ke tempat yang dianggap aman,”ujar Pelinus, Rabu 3 Desember.

    Lanjutnya, sesuai keterangan warga, alasan aparat keamanan membakar sejumlah Honai, guna mencegah dijadikan tempat persembunyian oleh para pelaku. “Alasan aparat, jangan sampai Honai dijadikan lokasi persembunyian, dimana, para pelaku kembali membaur dengan warga,” ujarnya. Karena situasi sangat mencekam, sambungnya, DPRD Puncak meminta Polda Papua dan TNI turun tangan langsung ke lokasi guna mengendalikan keadaan.

    “Saya atas nama DPRD Puncak minta Polisi dan tentara segera mengatasi keadaan disana, karena warga sudah sangat ketakutan dan juga untuk mencegah jangan sampai meluas,”

    ucapnya.

    DPRD Puncak juga mengimbau, sebaiknya seluruh warga Puncak menjaga situasi tetap kondusif, dengan tidak melakukan aksi-aksi kekerasan. “Kami hanya bisa himbau sebaiknya semua pihak mengedepankan langkah persuasif agar tercipta suasana damai,” pungkasnya.

    Mengenai kelompok pelaku, Pelinus Balinal mengatakan, tidak mengetahui secara persis. “Siapa pelaku penembakan dan perampasan senjata anggota Polisi, kami sama sekali belum mengetahuinya,”singkat dia.

    Sementara itu, dari informasi yang berhasil diperoleh, kelompok pelaku diduga adalah kelompok bersenjata pimpinan Tenggatmati yang selama ini bermarkas di Kulirik Mulia Puncak Jaya. Kelompok ini ditengarai sedang berupaya menggagalkan proses perdamaian yang kini sedang berjalan di Puncak.
    Juru Bicara Polda Ppaua Kombes Pudjo Sulistyo saat dikonfirmasi terkait adanya pembakaran sejumlah Honai, enggan memberikan komentar.

    PELAKU PENEMBAKAN DIDUGA KELOMPOK BERSENJATA YAMBI

    Pelaku penembakan terhadap kedua anggota Brimob di Ilaga, diduga berasal dari kelompok Yambi yang dipimpin Lekhakha Telenggen dan Tengahmati Telenggen. Kabid Humas Polda Papua mengaku belum dapat laporan tentang kelompok yang menembak mati dua anggota Brimob yakni Ipda Thomson Siahaan dan Bripda Eferson.

    Ditambahkan, Rabu (3/12) kemarin ia mendampingi Waka Polda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw dan pejabat polda lainnya bersiap menuju Ilaga melalui Timika. Bila cuaca memungkinkan Kamis (4/12) kami menuju Ilaga untuk melihat dari dekat situasi daerah itu sekaligus mengevakuasi kedua korban.(loy/jir/ant/aj)

    Sumber: Kamis, 04 Desember 2014 00:45, BP

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?