Tag: gerilya rimba

  • Lagi, Penembakan di Perbatasan Skow-Wutung

    Bintang Kejora, Bendera Negara Republik West Papua
    Bintang Kejora, Bendera Negara Republik West Papua

    Korban yang sedang dibawa ke ruang operasi untuk ditangani lebih lanjut. (Inzert) Irjen (Pol) Drs. M Tito Karnavian M.A., Ph.D.JAYAPURA – Kelompok Sipil Bersenjata kembali beraksi di wilayah Perbatasan Skow-Wutung antara Negara Republik Indonesia dan Negara Papua New Guinea (PNG).
    Kali ini, Warga sipil atas nama, Heri (20) yang berprofesi sebagai Sopir Toko Nayak pasar Batas jalan RI-PNG Skow Wutung ditembak Kelompok Bersenjata, tepatnya 1 Km dari jarak Pos Lintas Batas RI, pada Rabu (16/4) sore sekitar pukul 13.13 WIT.

    Penembakan terhadap warga sipil ini, bersamaan dengan pembukaan lintas batas oleh Pengelola Lintas Batas Papua dan Gubernur Sendaun, yang sempat ditutup pasca penembakan disertai penyerangan di Perbatasan RI-PNG, yang mengakibatkan dua aparat keamanan terluka.

    Ketika dikonfirmasi wartawan ke Kapolda Papua, Irjen (Pol). Drs. Tito Karnavian M.A., Ph.D., membenarkan telah terjadi penembakan itu, dan saat ini tim dari Polda Papua sudah turun ke lokasi penembakan untuk melakukan olah TKP, dan kasus ini masih melakukan pendalaman terhadap korban.
    Kapolda menduga pelaku penembakan terhadap korban itu merupakan kelompok yang diusir oleh Pemerintah PNG, pasca terjadi penembakan pada tanggal 5 April lalu.

    Ya, kita menduga, para pelaku ini merupakan kelompok yang sudah di usir dari PNG, yang kemudian kemudian mereka bingung mencari apa, ditambah lagi kemarin temannya tertembak sehingga melakukan gangguan penembakan,” kata Tito didamping Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono usai melakukan pertemuan dengan para pejabat di ruang cenderawasih Mapolda Papua kemarin.

    Kapolda menandaskan, pasca penembakan ini telah melakukan penguatan di Perbatasan bekerjasama dengan rekan-rekan TNI. “Kami akan berkoordinasi dengan Interpool untuk melakukan pengejaran terhadap para pelaku penembakan. Koordinasi dengan interpool ini karena melibatkan dua wilayah Negara,” katanya.

    Ditegaskannya, salah satu penegakan hukum diberbagai Negara, maka diyakini Indonesia sudah dianggap sebagai kejahatan. ‘Di Negara PNG juga melakukan hal yang sama seperti di Indonesia, kecuali kasus politik tanpa kekerasan, belum tentu dianggap kejahatan di Negara lain,” tegasnya.

    Kapolda juga tidak menampik apabila penembakan tersebut ada dugaan motif balas dendam, atas tewanya rekan mereka pada kontak senjata di Perbatasan. “Sangat memungkinkan, karena ada yang mati tertembak kemarin,” tukas Tito.

    Di tempat yang sama, Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Sulistyo Pudjo Hartono saat dikonfirmasi Bintang Papua, mengungkapkan, penembakan itu, terjadi saat dilangsungkan pembukaan lintas batas oleh Pengelola Lintas Batas Papua dan Gubernur Sendaun. “Tembakan terjadi berjarak sekitra 1 km sebelum pos lintas batas RI. Akibat gangguan itu, satu warga sipil atas nama Heri yang sedang melintas membawa dagangan menggunakan mobil carry luka parah tertembak di lengan kiri,” jelas Pudjo.

    Pudjo menegaskan, saat ini rombongan pembuka lintas batas masih tertahan menunggu netralisasi dari Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan. “Rombongan masih tertahan di sana, sedangkan korban sudah dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan,” kata Pudjo.

    Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letnan Kolonel, Rikas Hidayatulah saat dikonfirmasi Bintang Papua, membenarkan terjadi penembakan terhadap warga sipil tersebut.

    Dia mengatakan, mendengar penembakan itu, anggota Satgas yang bertugas di perbatasan langsung mendatangi lokasi tempat terjadinya tembakan. “Di lokasi kejadian telah mendapat korban Heri terluka dibagian lengan kanan,” ujarnya.

    Melihat kondisi korban kritis, anggota Satgas TNI-AD dari Yonif 623/BWU langsung melarikan korban ke rumah sakit Bhayangkara Polda Papua untuk mendapatkan perawatan medis, sementara anggota lainnya langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan.
    Saat ini masih melakukan pengejaran terhadap Geromboloan Kriminal bersenjata tersebut, yang diduga usai melakukan penembakan langsung melarikan diri. Kami berupaya untuk melakukan pencarian,” pungkasnya.

    Sementara itu pantauan di RS Bhayangkara, keluarga korban menunggu dengan harap-harap cemas di Intalasi Gawat Darurat (IDG). Dan sempat keluarga korban panik, karena petugas medis RS Bhayangkara meminta keluarga korban untuk mencari donor darah ‘O’ di PMI dan jika tidak harus mencari orang untuk mendonorkan darahnya, karena korban masih membutuhkan kurang lebih 10 kantong darah.

    Disisi lainnya, wartawan tidak diijinkan oleh petugas untuk pengambilan gambar disaat korban sedang berada di IGD RS Bhayangkara.

    Di tempat yang sama, salah satu Dokter yang turut melakukan pertolongan kepad korban, yakni, dr. Arif Tria, menandaskan, langkah pertama dilakukan adalah penyelamatan terhadap korban dengan cara menghentikan pendaharaannya di IGD.

    Selanjutnya, korban dibawa ke ruang operasi untuk penanganan operasinya, guna dilakukan eksplorasi untuk pengangkatan proyektil. “Ya kami lakukan penyelamatan dulu terhadap korban,” tandasnya kepada wartawan di RS Bhayangkara Kotaraja, Rabu, (16/4) kemarin. (loy/nls/don/l03)

    Kamis, 17 April 2014 14:10, BinPa

  • Bendera Merah-Putih di Perbatasan Diganti dengan Bintang Kejora

    Bintang Kejora West Papua
    endera BK dan PBB diturunkan aparat TNI Polri sore tadi – 05 Apr 2014 (Jubi/Indrayadi)

    Jayapura, 5/4 (Jubi) – Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di perbatasan RI-PNG di wilayah Skow, Kota Jayapura, dikabarkan menurunkan Bendera Merah Putih dan menggantikannya dengan bendera Bintang Kejora (BK), Sabtu (5/4). KSB yang diperkirakan berjumlah sekitar 40 orang itu juga menembaki tower perbatasan dan membakar papan reklame di sekitar pos TNI Skow.

    Juru Bicara Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Infantri Arh Riskan Hidayathulo membenarkan adanya aksi tersebut. Ia mengatakan, kelompok itu diperkirakan membawa sebanyak enam pucuk senjata api.

    “Ya kelompok separatis membakar Papan reklame dan menurunkan merah putih, lalu menaikkan bendera Bintang Kejora. Mereka kabur ke wilayah PNG,” kata Hidayathulo kepada wartawan via selulernya, Sabtu (5/4).

    Menurutnya, salah seorang anggota Unit Intel Kodim 1701 Jayapura, Serma Tugiono, terkenan serpihan kaca tower yang ditembak. Serma Tugiono sudah dibawa ke RS Marthen Indey, Jayapura, untuk diobati.

    Anggota TNI dan Polri masih melakukan pengejaran terhadap kelompok itu. Bendera Bintang Kejora yang dinaikan ke tower sudah diturunkan,” ujarnya.

    Dari pantaian Jubi, bendera Bintang Kejora diturunkan oleh aparat keamanan Indonesia sekitar pukul 15.00 WP.

    Juru Bicara Polda Papua Kombes Pujo Sulistyo mengatakan, kelompok sipil bersenjata itu berupaya menggangu perekonomian di sekitar perbatasan.

    Mereka merusak dan membakar tempat cucian mobil, lalu mengibarkan Bendera Bintang Kejora,” kata Pudjo.

    Menurutnya, setelah mengetahui adanya aksi tersebut Kapolres Kota Jayapura Alfred Papare beserta anggotanya mendatangi lokasi kejadian dan sempat mengamati aksi kelompok itu dari kejauhan.

    “Kelompok bersenjata menembaki tower perbatasan, hingga kacanya pecah. Serpihan kaca tower melukai tangan dan kaki Kapolres serta pelipis Serma Tugino. Setelah beraksi, para pelaku kabur menuju wilayah PNG. Tapi situasi sudah bisa dikendalikan,”

    ujarnya. (Jubi/Indrayadi)

    Penulis : Indrayadi TH on April 5, 2014 at 19:47:46 WP Editor : Oyos Saroso HN, JUBI

  • Agustina Gire, Korban Insiden Baku Tembak Di Mulia, Dirawat Intensif Di RSUD Mulia

    Aparat TNI AD saat membuka area untuk pembangunan POS TNI di Kampung Wineri, Jumat 28 Feb 2014 (Doc. Samianto Wonda)

    Jayapura 1/3 (Jubi) – Agustina Gire Telenggen, ibu rumah tangga korban dalam insiden baku tembak antara TNI AD dan kelompok sipil bersenjata (KSB) di Kampung Wineri, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya hingga saat ini (Sabtu, 1/3) masih dirawat secara intensif di RSUD Mulia.

    “Perempuan itu pagi-pagi berada di kebun. Saat terjadi kontak senjata, ada peluru mengenai bagian betisnya. Entah peluru dari mana,”

    kata Kepala Distrik Muara Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Samianto Wonda, saat di hubungi Jubi via telepon seluler, Sabtu (1/3).

    Korban, Agustina Gire Telenggen, lanjut Samianto, kemudian dievakuasi ke rumah sakit menggunakan mobil miliknya.

    “Saya tidak sempat lihat ibu itu, umurnya kira-kira diatas 35 tahun,”

    tambah Samianto.

    Menurut Samianto, aksi kontak senjata terjadi sekitar jam 10.00 atau 11.00 waktu Papua, Jumat (28/2) kemarin pagi, disekitar pos TNI Kampung Wineri, Distrik Mulia.  Saat itu TNI sedang fokus ke pembongkaran lokasi dengan menggunakan alat berat satu unit.

    “Itu anggota (TNI-Red) banyak sekali. ada Zipur punya, Yonif 751, semuanya sekitar seratus orang. Anggota yang kerja di sana tiba-tiba diserang dari arah gunung Wineri ke Pos TNI yang lagi kerja,”

    katanya.

    Kabag Humas Pemerintah Daerah Kabupaten Puncak Jaya, Akbar membenarkan adanya korban dalam baku tembak di Kampung Wineri, Distrik Mulia ini.

    “Ibu atas nama Agustina Telenggen. Tertembak kemarin, karena peluru nyasar. Entah peluru itu dari mana. Itu warga yang berdomisili di daerah Wineri,”

    kata Akbar dari kepada tabloidjubi.com melalui telepon selulernya, Sabtu (1/3).

    Akbar melanjutkan, Pemerintah Daerah Kabupaten Puncak Jaya akan menanggung seluruh biaya rumah sakit Agustina Telenggen tersebut. Jika tidak bisa ditangani dokter setempat pun Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya siap menanggung biaya pengobatan jika harus dibawa ke luar Puncak Jaya.

    Sementara itu, Panglima Kodam XVII Cenderawasih, Mayjend TNI Christian Zebua saat dikonfirmasi mengenai korban insiden baku tembak ini mengaku belum menerima laporan adanya korban.

    “Saya sampai sekarang belum dapat laporan. Oke, makasih ya,”

    kata Zebua melalui sambungan telepon selular, Sabtu (1/3).

    Sedangkan Dandim 1714 Puncak Jaya, Letkol INF A. Arisman, secara tegas mengatakan tidak ada korban dalam insiden baku tembak tersebut.

    “Informasi (korban-red) tidak ada. Dia (Kepala Distrik-Red) lagi di Medan kok,”

    kata Arisman, Sabtu (1/3). (Jubi/Indrayadi TH)

    Author :  on March 1, 2014 at 17:46:41 WP,TJ

  • Pelakunya Kelompok Yambi Pimpinan Goliath

    Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI, Christian Zebua
    Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI, Christian Zebua

    Suasana Telekomfrence antara Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua didampingi Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Hinsa Siburian bersama Sejumlah Pejabat teras, Senin (20/1) kemarin siang.Pangdam Soal Pelaku Penyerangan Pos TNI di Mulia

    JAYAPURA– Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI, Christian Zebua memastikan, penyerangan Pos Komas Kodim unit intel Kodim 1714/PJ Kota Lama Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Sabtu (18/1) malam murni dari Kelompok Tentara Pembebasan Nasional-Orang Papua Merdeka (TPN/OPM).

    “Mereka itu siapa lagi kalau bukan TPN/OPM. Mereka itu kan berurut mulai dari Goliath Tabuni, Militer Tabuni dan Yambi serta dibawah-bawahnya, saya tidak hafal karena saya tidak mau hafal itu,” kata Pangdam kepada sejumlah wartawan usai telkomfrence dengan KASAD Jenderal TNI Budiman di Makodam XVII/Cenderawasih, Senin (20/1) kemarin.

    Disinggung mereka kelompok dari mana, tegas Jenderal Bintang Dua ini, bahwa kelompok penyerangan Pos TNI Kabupaten Puncak Jaya itu merupakan kelompok dari Yambi di bawah pimpinan Goliath Tabuni.

    Pangdam mengungkapkan, penembakan di Kabupaten Puncak sebenarnya hanya gangguan saja, karena mereka mau balas dendam atas meninggalnya dua orang dari kelompok mereka.

    “Kalau kasarnya itu, dia menembak yang penting kena dan sebenarnya mereka tidak berpengaruh terhadap kita walaupun demikian, dua prajurit kita kesenggol peluru dan sekarang mereka sudah keluar dari rumah sakit,”katanya.

    Langkah yang dilakukan sekarang, Pangdam mengemukakan bahwa prajurit tetap melindungi rakyat di daerah Puncak maupun di daerah lainnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengamanan sesuai prosedur bersama-sama dengan polisi.

    Disinggung apakah ada penambahan pasukan, jawab Pangdam, penambahan pasukan tidak dilakukan, namun yang dilakukan adalah pergantian atau rotasi. Di mana, personil lama diganti dengan personil yang baru. “Tidak ada penambahan pasukan, biasa kita hanya lakukan pergantian rotasi yang berjumlah 12 SSK,” pungkasnya.

    KASAD Pertanyakan Situasi Papua ke Pangdam

    Sementara itu Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Budiman mempertanyakan situasi keamanan dan bencana kepada Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI, Christian Zebua melalui Telkomfrence di Makodam XVII/Cenderawasih didampingi Kasdam, Brigjen TNI. Hinsa Siburian bersama sejumlah pejabat teras Kodam XVII/Cenderawasih, Senin (20/1) kemarin siang.

    Selain KASAD menanyakan kepada Pangdam XVII/Cenderawasih situasi Papua, juga menanyakan kepada seluruh Panglima Kodam di seluruh Indonesia guna memantau dan mengantisipasi setiap bencana yang saat ini tengah melanda sejumlah daerah di Indonesia.

    Namun sebelumnya, Budiman menekankan kepada Pangdam XVII/Cenderawasih untuk terus meningkatkan dan memastikan gangguan keamanan di Papua serta harus menanganinya secara serius dengan menyediakan anggota dengan baik.

    Untuk mereka-mereka yang lainnya, Budiman memberikan arahan kepada Pangdam bahwa masyarakat tersebut merupakan saudara-saudara kita sehingga TNI tetap melakukan tugas untuk membantu pembangunan, agar pemerintah daerah memberikan prioritas pembangunan kesejahteraan dan pendidikan kepada masyarakat Papua.

    “Jadi kita harus mengajak saudara-saudara kita lebih maju, lebih sejahtera, perlakukan secara adil dan baik. Akan tetapi jika mereka melakukan secara bersenjata itu merupakan tugasmu, dan harus bisa di atasi sesuai dengan perundang-undangan,” tegas Kasad kepada Pangdam.

    Tidak hanya itu, Budiman meminta kepada Pangdam agar intelejen di wilayah Papua untuk tetap mendeteksi sebelum munculnya kejadian dan jangan sampai itu terjadi. “Itu tugasmu saya harap bisa diatasi dengan baik,” tekanya.

    Sementara itu, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Chritian Zebua menjelaskan, bahwa peristiwa yang terjadi di Papua dimulai dari Longsor di daerah Jayapura yang menewaskan dua orang ibu-ibu saat malam tahun baru, kemudian longsor di daerah Sentani yang menewaskan 3 orang pekerja.

    Meski demikian, Pangdam menyampaikan bahwa ancaman banjir diperkirakan hanya di daerah Kota/kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Merauke dan Kabupaten Sorong-Provinsi Papua Barat, sedangkan untuk mengantisipasi longsor di daerah Kabupaten Jayapura dan di daerah Tembaga Pura dan banjir bandang di Kabupaten Wasior.

    Untuk mengantisipasi semua perkiraan, Jenderal bintang dua ini, pihaknya sudah mengkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana daerah dan Kodam, Korem, Kodim sudah mengorganisasikan tugas penanggulangan bencana dengan perlengkapan-perlengakapan yang sudah disiapkan. Seperti, Truk, Ambulans, tenda kesehatan, dapur lapangan, dan alat berat dalam hal Denzipur 10.

    Hal menonjol lain, lanjut Pangdam adalah tentang gangguan kelompok kriminal bersenjata dua hari lalu, namun telah diatasi dengan serius. “Peristiwa penembakan sudah kami antisipasi karena kita baru saja melumpuhkan dua tewas di daerah Timika dan kita rebut satu senjata, sehingga mereka mau membalas dan balasan mereka menginginkan prajurit kita serta merebut senjata,” katanya dihadapan Kasad.

    Untuk itu, jajaran Kodam XVII/Cenderawasih telah meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan patroli di daerah-daerah yang dianggap rawan. Sementara kegiatan yang sedang berjalan sekarang ini adalah rotasi pengamanan daerah rawan 12 SSK ke daerah pegunungan Tengah, karena diakuinya daerah tersebut merupakan daerah yang cukup rawan.

    “Walaupun daerah tersebut merupakan daerah rawan tapi kami tetap berpedoman untuk dilakukan pengamanan dijalur-jalur yang dilalui selalu dilakukan secara optimal, namun sampai hari ini situasi di Papua aman dan kondusif,”

    katanya.

    Selain itu, lanjut dia, di Manokwari beberapa waktu lalu terjadi perang suku antara suku Makassar dan Suku Biak. Di mana, saat kejadian itu dirinya bersama Kapolda Papua dan Gubernur Provinsi setempat membuat suatu deklarasi kepada 52 suku untuk dilakukan kesepakatan perdamaian.

    Dalam pertemuan itu juga, pihaknya telah melihat secara langsung daerah Mansinam yang rencana pak Gubernur tanggal 5 Februari akan diresmikan oleh Presiden SBY. “Kondisi di daerah Mansinam sudah mulai dipersiapkan, baik itu fisik maupun pengamanan dan sudah terkomunikasikan,” ungkapnya. (loy/don/l03)

    Selasa, 21 Januari 2014 02:46, BinPa

  • 17 Pengikut Rudy Orarei Menyerahkan Diri

    SERUI [PAPOS]- Sebanyak 17 pengikut, Rudy Orarei,Panglima TPN/OPM Wilayah Timur akhirnya menyerahkan diri pekan lalu. Mereka secara resmi diterima Bupati, TonnyTesar,S.Sos dan Wabup Frans Sanady.

    Dalam kesempataan itu, mereka menyatakan sikap ingin kembali sebagai masyarakat biasa. Dan menyerahkan 3 pucuk senjata api rakitan dan 4 buah amunisi.

    Pada saat itu, hadir pula Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP Azis Ardiansyah, SH, S.Ik, MHum, Dandim 1709/Yawa, Letkol Inf Dedi Iswanto, dan Wakapolres Kompol I Made Suartika.

    Bupati TonnyTesar ,S.Sos dalam arahannya mengatakan, atas nama Pemerintah Daerah mengucapkan terima kasih pula kepada17 anak buah Rudy Orarei yang selama ini bebeda pandangan ,tetapi dapat bertemu pemerintah beserta pihak keamanan untuk menyatakan sikap ingin kembali ketengah-tengah masyarakat untuk bersama-sama membangun daerah.

    “Tidak ada orang yang dapat merubah diri kita, selain diri kita sendiri yang bisa merubah hidup kita , menyatakan sikap dan menyerahkan senjata merupakan suatu perbuatan yang kami anggap positif, “ ujarnya.

    Mewakili pemerintah daerah, Bupati sangat mengharapkan pernyataan sikap sungguh-sungguh dilakukan atas kesadaran diri sendiri, sebab nega

  • Di Puncak Jaya, OTK Bakar Tiga Mobil

    JAYAPURA – Kelompok orang tak dikenal (OTK) kembali berulah di Puncak Jaya, Papua. Rabu (21/7) sekitar pukul 17.00 WIT lalu, tepatnya di wilayah Kampung Kalome, Distrik Tingginambut, Puncak Jaya mereka membakar tiga unit mobil jenis Strada yang datang dari arah Wamena menuju Mulia, Puncak Jaya.

    Akibat peristiwa ini, tiga mobil itu hangus terbakar. Tidak hanya itu, dari kejadian tersebut juga diperoleh informasi bahwa seorang supir yang diketahui bernama Timotius Enumbi dan dua warga lainnya yaitu Nemince Wonda dan Lanko Nafi terkena serpihan peluru.

    Bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe,SIP saat ditemui wartawan di Jayapura, Kamis (22/7) membenarkan kejadian itu.

    ”Rabu (21/7) sekitar pukul 17.00 WIT terjadi penghadangan oleh sekelompok warga sipil bersenjata diduga pimpinan Goliat Tabuni terhadap 4 mobil dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya menuju Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Tepat di perjalanan daerah Kampung Kalome, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya sekitar 2 km dari Pos TNI Kalome dihadang kemudian membakar 3 mobil yang sedang membawa bahan makanan (Bama), namun 1 mobil dilaporkan berhasil melarikan diri ke arah Wamena,” ungkapnya.

    Dikatakan, dari informasi awal dilaporkan ada 2 warga masyarakat asli Puncak Jaya yang diketahui bernama Timotius Enumbi dan Nemince Wonda dinyatakan hilang atau tidak ditemukan saat kejadian penghadangan dan pembakaran itu, namun setelah dikonfirmasi Kamis (22/7) kemarin, kedua warga tersebut akhirnya diketahui telah menyelamatkan diri ke Pos Polisi Tingginambut.

    Bupati Lukas Enembe mengatakan, pihaknya pernah memberikan deadline kepada kelompok sipil bersenjata itu dan deadline itu sudah berakhir pada 28 Juni 2010 lalu, dengan demikian pihaknya kembali memberikan deadline berikutnya untuk turun dan bergabung dengan warga lainnya, kemudian sama-sama membangun Puncak Jaya. ”Kita sebenarnya tidak bisa memberikan deadline hanya satu kali sehingga semua ini harus dipersiapkan dan kita juga harus mengatur teknis, mekanisme dan biaya,” tukasnya.

    Diakuinya, sampai hari ini setelah pertemuan dengan gubernur tentang koordinasi soal gangguan keamanan di Puncak Jaya, belum ada informasi soal bantuan dari provinsi sehingga dengan kondisi APBD Puncak Jaya saat ini belum bisa berbicara tahap selanjutnya, karena APBD terbatas.

    Oleh karena itu, justru deadline yang diberikan sampai 28 Juni 2010 ini, pihaknya mendapatkan surat dari Goliat Tabuni yang meminta bahwa merdeka adalah harga mati kemudian meminta persenjataan kepada Bupati untuk menantang.

    ”Ini adalah ideology yang berseberangan dengan kita, oleh karena itu harus dibuatkan perhitungan yang baik dan tidak gegabah melakukan suatu hal seperti penyisiran dan tidak segampang itu,” ujarnya lagi.

    Disinggung soal keberadaan 1 SSK anggota Brimob di Puncak Jaya, Lukas Enembe yang juga Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah menambahkan, medan di Puncak jaya sangat sulit sehingga siapapun bertugas di sana pasti mengatakan medan sangat sulit, bahkan telah menelan 1 korban tewas anggota Brimob yang baru ditugaskan. “Sehingga terlatih bagaimanapun anggota itu pasti akan sulit dengan medan sebab gerombolan itu lebih menguasi medan dan tidak cukup hanya 1 SSK saja untuk mereka mengejar,” ujarnya.

    Di tempat terpisah, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua, Komisaris Besar Polisi, Wachyono ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos membenarkan peristiwa tersebut. ”Kelompok sipil bersenjata itu menghadang kemudian membakar 3 unit mobil yang datang dari arah Wamena menuju Mulia. 1 unit mobil berhasil melarikan diri ke arah Wamena sementara 3 diketahui terbakar. Kemudian 2 orang korban yang terkena serpihan peluru dan sebelumnya memang diinformasikan belum ditemukan keberadaannya maka setelah dikroscek ternyata selamat dan sedang berada di Pos Polisi Tingginambut,” tukasnya.

    Secara terpisah, kakak kandung Timotius Enumbi, Piton Enumbi ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Kamis (22/7) kemarin mengakui telah mendapatkan informasi dari Mulia, Puncak Jaya tentang keberadaan adiknya selamat. ”Informasi dari keluarga di Mulia, Puncak Jaya bahwa adik saya selamat dan saat ini sedang berlindung di Pos Polisi Tingginambut dan rencananya akan bertolak menuju Mulia,” tandasnya. (nal/fud)
     

  • Dua Truk Dibakar, Dua Warga Hilang

    Laporan wartawan KOMPAS Ichwan Susanto
    Rabu, 21 Juli 2010 | 20:17 WIB

    JAYAPURA, KOMPAS.com — Aksi kriminalitas yang meresahkan kembali terjadi di Puncak Jaya, Papua. Dua truk dibakar dan dua warga sipil hilang di ruas jalan Kalome Tingginambut, Rabu (21/7/2010) sekitar pukul 16.00 WIT.

    “Benar (ada kejadian itu), tapi saya belum dapat datanya. Hubungi Kapolres-nya masih belum tersambung,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Wachyono ketika dihubungi, Rabu malam.

    Aksi kriminalitas bersenjata kerap kali terjadi di Puncak Jaya yang didalangi kelompok sipil bersenjata pimpinan Goliath Tabuni. Kelompok ini menyebut kelompoknya sebagai Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM).

    Kelompok ini telah berhasil merampas senjata api milik aparat saat menyergap di pos-pos keamanan. Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe memberikan batas waktu pada 28 Juni 2010 lalu agar kelompok itu menyerahkan senjatanya. Namun, seruan ini diacuhkan kelompok itu dengan tetap membuat keonaran.

  • Puncak Jaya Bukan Operasi Militer

    Mayor Jenderal TNI, Hotma Marbun JAYAPURA [PAPOS] – Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI, Hotma Marbun membantah bahwa, kunjungannya di Kabupaten Puncak Jaya bersama Kapolda Papua beberapa hari yang lalu terkait deadline Bupati, Lukas Enembe terhadap kelompok bersenjata yang tak sepaham dengan NKRI diwilayah tersebut.

    “Kunjungan di Puncak Jaya bersama Kapolda waktu itu hanya mengecek anggota kita saja disana, tidak ada kaitannya dengan deadline bupati,” tegas Pangdam Hotma Marbun didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih, Lektol Inf, Susilo usai memimpin upacara serah terima jabatan Danpomdam XVII/Cenderawasih, Rabu (21/7) kemarin dilapangan Makodam.

    Pangdam menjelaskan bahwa wilayah teritorial Kodam XVII/Cenderawasih mulai dari provinsi Papua hingga Papua Barat, maka sebagai Pangdam harus mengetahui wilayah dan kondisi anak buah.

    Tidak ada pembicaraan mengarah kesitu, nggak ada,” ujarnya.

    Pangdam lebih jauh mengungkapkan, terkait deadline 28 Juni bagi kelompok-kelompok sipil bersenjata yang ada diwilayah Puncak Jaya itu menjadi urusannya bupati Puncak Jaya, bukan TNI. ” Kalau mau minta bantuan bukan begitu caranya, Kalau mau operasi militer negara yang menentukan, kalau DPR setuju operasi militer dilakukan di daerah Puncak Jaya, maka operasi itu akan kita laksanakan, tapi kita melakukan tugas tentara di Papua,” jelasnya

    Pangdam secara tegas mengatakan, operasi militer adalah suatu operasi tertentu yang dibiayai oleh negara untuk menumpas kelompok separatis.

    “Tapi yang saya lakukan sekarrang tidak, TNI hanya diminta membantu polisi untuk mengamankan wilayah Puncak Jaya, maka saya kasih, jadi kalau ada orang ngomong tentara harus keluar dari Papua, berarti itu bukan warga negara Indonesia,” jelasnya.

    Bahkan Pangdam menilai, hal itu dilakukan oleh orang luar yang tak senang negara ini.

    “Tentara tidak bisa dikeluarkan dari Papua, karena gelar tentara sampai Papua, jadi kalau ada yang tidak senang dengan tentara, berarti bukan orang Indonesia,” tegasnya

    Pangdam menegaskan kembali bahwa selama TNI dan polisi masih berada di tanah ini, Papua tidak akan merdeka. Sementara disinggung demo referendum akhir-akhir ini, Pangdam menilai dilakukan oleh orang-orang tertentu. “Bilang Otsus gagal, siapa yang suruh, karena bila Otsus dikembalikan dan dinyatakan gagal, berarti MRP juga gagal dan harus ditiadakan, karena MRP ada karena Otsus,”jelas Pangdam Hotma Marbun.

    Pangdam juga menilai pernyataan pihak-pihak yang mengatakan kalau Otsus di Papua gagal adalah datang dari oknum tertentu saja, karena setelah ditanyakan kepada yang lain Otsus dinyatakan tidak gagal, bahkan saat ini masyarakat dikamoung-kampung sudah merasakan Otsus melalui pemberian dana Respek. [loy]

    Ditulis oleh Loy/Papos
    Kamis, 22 Juli 2010 00:00

  • 3 Mobil Dibakar Dekat Pos TNI di Papua

    Aparat Polresta Jayapura dan Polsek Abepura, Jumat (21/8), mengamankan tujuh orang yang diduga mengetahui aktivitas markas TPN OPM di Abe Gunung Jayapura Papua. Ini dilakukan saat siang harinya aparat kepolisian menggerebek markas itu. Ditemukan tiga bendera Bintang Kejora, puluhan peluru senapan M-16, senjata tajam, dokumen beserta stempel, kliping media, dan kamera. Penggerebekan ini tak berhasil meringkus Demus Wenda, Sekertaris Jenderal Komite Nasional Papua Barat yang mengaku bertanggung jawab atas pengibaran bendera Bintang Kejora pada 17 Agustus 2009.

    JAYAPURA, KOMPAS.com – Kelompok kriminal bersenjata di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, tidak takut lagi kepada aparat. Mereka nekat menyergap mobil sipil yang terletak di 2 kilometer dari pos TNI, Rabu (21/7/2010) sore.

    Bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe, Rabu malam, menginformasikan, tiga mobil dibakar dan dua orang dinyatakan hilang akibat perbuatan tidak bertanggung-jawab itu.

    Lukas mengatakan, kasus ini bermula ketika iring-iringan empat mobil dari Wamena (ibukota Kabupaten Jayawijaya) menuju Mulia (ibukota Puncak Jaya). Iring-iringan itu mengangkut bahan makanan.

    Setiba di Distrik Tingginambut, sekitar pukul 17.00, mereka dihadang sekelompok orang tak dikenal. Seketika itu langsung tiga mobil dibakar, sementara satu mobil berhasil melarikan diri kembali ke Distrik Illu.

    Menurut Lukas, aksi kriminal di Tingginambut ini jaraknya sekitar 2 Km dari pos TNI. “Saya juga baru mendapat informasi dari Puncak Jaya, yang lebih jelas akan kami kontak Kapolres, untuk mematikan apakah tiga orang sopir itu melarikan diri atau sudah meninggal,” ujar Lukas Enembe kepada pers di sela-sela pembukaan Musda KNPI Papua, semalam.

    Ia menambahkan, kekuatan aparat keamanan di Puncak Jaya saat ini kurang lebih 1 Satuan Setingkat Kompo (SSK). Namum, dengan kondisi geografis yang berat, aparat belum memungkinkan turun ke lokasi.

    Dikatakan, persoalan di Puncak Jaya tidak akan kunjung selesai karena Pemerintah Provinsi Papua tidak ada perhatian.

    “Hasil pertemuan dengan gubernur, kapolda dan pangdam (sekira 3 bulan lalu) sampai saat ini juga tidak jelas. Padahal, kondisi masyarakat di Puncak Jaya sangat merindukan kedamaian,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Papua itu mengatakan, beberapa surat yang menamakan dirinya TPN/OPM kepada Pemkab Puncak Jaya, menyatakan, kemerdekaan Papua adalah harga mati.

    “Bahkan, mereka minta Pemkab Puncak Jaya membeli senjata. Maka dari itu, diharapkan, Gubernur segera mengambil keputusan apa yang harus kami lakukan untuk menghentikan penembahkan dan aksi kriminal yang terus terjadi di Puncak Jaya sepanjang tahun ini,” katanya.

    Laporan wartawan KOMPAS Ichwan Susanto
    Kamis, 22 Juli 2010 | 05:12 WIB
    KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

  • Kronologi Penembakan di Puncak Jaya

    JAYAPURA, KOMPAS.com – – Kelompok kriminal bersenjata di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, menyergap mobil sipil yang terletak di 2 kilometer dari pos TNI, Rabu (21/7/2010) sore.

    Berikut kronologi kasus penembakan dan pembakaran mobil oleh kelompok kriminal bersenjata di Puncak Jaya yang diterima Kompas, Kamis (22/7/2010) pagi.

    Pada hari Rabu, terjadi penghadangan, penembakan, dan pembakaran konvoi empat mobil Mitsubishi Strada dari Wamena ke Mulia yang menyebabkan dua orang luka parah akibat tertembus proyektil peluru.

    Pada pukul 13.00, keempat mobil yang membawa solar dan bahan makanan dari Distrik Illu. Namun setelah sampai Kampung Pagargom, tepatnya dekat SD Pagargom, kurang lebih 2 kilometer dari Pos TNI Kalome (45 km dari Mulia) tiba-tiba ditembaki dari arah atas gunung.

    Para penembak melakukan dawi-dawi atau tarian lokal yang diduga kelompok pimpinan Goliath Tabuni. Aksi ini menyebabkan sopir Lanko Nafi terkena serpihan proyektil di lengan kiri.

    Pukul 13.45, Letda (Inf) Deddi dari Pos TNI Illu dan delapan anggota menuju lokasi kejadian. Mereka tiba pukul 15.30 dan mendapati 3 mobil sudah terbakar dan barang muatan kosong yang kemungkinan telah dijarah.

    Tujuh orang (sopir dan kernet mobil) yang belum diketahui identitasnya dengan membawa satu mobil berhasil lolos dan kembali ke Illu. Sedangkan sopir, Timotius Enumbi dan penumpang Neminces Wonda lari mengamankan diri dan tiba di Pos Polisi Tingginambut pukul 18.30. Keduanya luka parah karena terkena serpihan proyektil pada kaki kanan dan kiri.

    Laporan wartawan KOMPAS Ichwan Susanto
    Kamis, 22 Juli 2010 | 08:51 WIB

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?