Tag: gempa bumi

  • Ribuan Jiwa Belum Diketahui Nasibnya

    Jalan Menuju Distrik Angkaisera yang terputus, akhirnya akses ke tiga Kampung Terputus totalSERUI—Hingga hari ke delapan, pasca gempa tektonik berkekuatan 7,1 SR, yang mengguncang Kabupaten Yapen, ribuan jiwa di tiga kampung yang terletak di dua distrik belum diketahui nasibnya. Pasalnya lokasi tersebut sampai saat ini masih terisolir sehingga belum terjangkau pelayanan. Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen, Yotam Ayomi di Distrik Ampimao, Kamis (24/6) kemarin menjelaskan, tiga kampung yang belum terjangkau pelayanan distribusi bantuan gempa adalah kampung- kampung Ambaidiru dan kampung Mambor di Distrik Yapen Selatan, sedangkan kampung Notabui di Distrik Yapen Barat.“Untuk kampung Notabui ini sudah bisa kami jangkau dengan jalan kaki, namun distribusi bantuan yang belum bisa dilakukan, karena medan yang sulit serta jarak tempuh yang cukup jauh,” sebut Ayomi. Oleh karena itu, kata Ayomi, pemerintah kabupaten Kepulauan Yapen membuka diri kepada Pemerintah Daerah di kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat maupun corporete (perusahaan) terkait dengan pendistribusian bantuan lewat udara. “Akses jalan ke tiga kampung itu terputus, dengan demikian kami sudah mencoba menghubungi pihak-pihak yang mempunyai helikopter namun belum bisa terjawab dan dari hasil koordinasi kami ke Biak serta PT Freeport, helikopter mereka rusak,” jelas Ayomi.

    “Kami membuka diri kepada saudara-saudara kami di Papua dan Papua Barat agar bisa membantu kami, karena jalan satu-satunya adalah lewat udara, tidak ada jalan lain lagi,” ungkapnya.

    Wagub Alex Hesegem yang dikonfirmasi terkait dengan nasib ribuan jiwa di tiga kampung yang belum mendapatkan bantuan hingga hari ke delapan pasca gempa Yapen, tidak dapat memberikan kepastian. Wagub hanya mengatakan bahwa sementara ini pemerintah Provinsi Papua sedang melakukan berbagai upaya untuk bisa menjangkau tiga kampung yang terisolir tersebut.”Kami sedang berusaha, dan mungkin satu atau dua hari ke depan sudah ada helikopter yang bisa dipakai untuk mendrop bantuan ke sana,” tandas Wagub. (hen)

  • Korban Gempa Yapen, Jadi 17 OrangTewas

    Satu Korban Ditemukan Tanpa Kepala

    Catatan WPMNews

    Sudah tiga tahun WPMNews memberitakan peristiwa-peristiwa alamiah, yang pada umumnya disebut Musibah alamiah, sebagai berita dalam Topik “Alam Bicara”, yang pada dasarnya hendak menunjukkan betapa Alam dan Adat Papua sudah sedang beroperasi mengobrak-abrik NKRI dan segala jaringannya dalam rangka penegakkan Hukum Alam dan Hukum Adat Papua sampai NKRI mengakui West Papua sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, tetangga NKRI sendiri.

    Setiap hari, sekali lagi, setiap hari kebakaran dan ‘musibah’ terus melanda NKRI. Itu bukan mimpi, atau dongeng. Waktu WPMNews menerbitkan peringatan tentang Penegakkan Hukum Alam dan Hukum Adat tiga tahun lalu, ada banyak orang tidak percaya. Tiga tahun berselang, peristiwa itu terus berlanjut, dan orang2 di negeri bernama Indonesia ini sudah merasa suatu hal biasa. Biarkan saja.

    Yang menarik, peristiwa itu sedang menginjakkan kakiknya ke wilayah West Papua.

    1. Apa artinya?
    2. Apa maksudnya?
    3. Kenapa begitu?
    4. Apakah itu hanya MUSIBAH ALAM?

    Silahkan tanyakan hati nurani dan jawab sendiri.

     

    Wassalam!

     

    CEB Diary of OPM

    ——————————————————-

    Gempa Tektonik Kab Yapen, selain menelan puluhan korban jiwa, juga menimbulkan korban materi, 3.264 rumah warga rusak berat, 55 unit sekolah rusak berat dan 106 tempat ibadah rusak berat. Salah satunnya tampak dalam gambar ini.SERUI—Jumlah korban Gempa Yapen terus bertambah. Jika sebelumnya Tim Penanggulangan Bencana Gempa Tektonik Kabupaten Yapen melaporkan bahwa jumlah korban mencapai 16 orang, maka Rabu (23/6) kemarin bertambah lagi satu korban, sehingga total korban gempa saat ini 17 orang tewas.  Sekda Kabupaten Kepulauan Yapen, Yan P. Ayobaba di Posko penanggulangan bencana gempa kantor Bupati Kepulauan Yapen, Rabu (23/6) kemarin, mengatakan pihaknya baru menerima laporan dari masyarakat bahwa satu korban di Distrik Ambai. “Kami baru saja terima laporan dari masyarakat Kampung bahwa ada satu korban meninggal di Ambai, karena terhimpit pintu rumah saat akan menyelematkan diri,” jelas Sekda.

    Lambatnya laporan korban jiwa akibat gempa Yapen ke Tim dari distrik Ambaidiru ini, sebut Sekda, karena tujuh hari pasca gempa, beberapa ruas jalan menuju ke sejumlah distrik di Kabupaten Kepulauan Yapen terputus total, selain itu juga longsoran yang terjadi di beberapa ruas jalan. “Kami sudah kirim Tim untuk berjalan kaki ke sana, memang kondisi disana kami belum tahu pasti tapi dari laporan masyarakat, kerusakan di sana tidak separah distrik Ampimoi,” terang Sekda.  Menyinggung distribus bantuan ke distrik Ambaidiru, Sekda mengatakan, pendistribusian bantuan memang belum bisa dilakukan dalam waktu dekat, namun saat ini pihaknya sedang berusaha untuk melakukan pendistribusian lewat udara.”Kami sudah minta helicopter di Biak namun kondisinya kini sedang rusak, kami sedang berupaya melobi beberapa maskapai untuk memberikan keringanan pada kami dalam pendistribusian bantuan,” ungkap Sekda.

    Untuk diketahui data terakhir yang berhasil dihimpun Tim Penanggulangan Bencana Gempa Tektonik Kabupaten Kepulauan Yapen per-22 Juni 2010 di 12 Distrik sebagai berikut 3.264 Rumah warga rusak berat, 55 unit sekolah rusak berat dan 106 tempat ibadah rusak berat. Kerusakan paling parah terjadi di distrik Angkaisera dengan total kerusakan 1.195 rumah rusak berat, menyusul dstrik Yapen Selatan dan distrik Ampimoi masing-masing 920 rusak berat dan 685 rusak berat.

    Pencarian Korban Longsor Resmi Dihentikan

    Sementara itu, pencarian 12 korban angkutan umum yang tertimbun longsor di kilometer 28, perbatasan Serui-distrik Saubeba, Rabu(23/6) kemarin, resmi dihentikan. Sesuai kesepakatan bersama, keluarga korban dan warga yang hadir menggelar doa bersama dan tabur bunga di lokasi tersebut.    Upaya evakuasi belasan korban yang tertimbun, oleh tim SAR gabungan, dihentikan karena medan yang berat. Selain itu, getaran gempa yang masih mengguncang daerah Serui dan sekitarnya, ikut membuat pencarian tersebut terhenti. Beberapa keluarga korban sempat menangis histeris saat melakukan penaburan bunga. Sesuai pantauan, sejumlah keluarga korban nampak tidak menerima musibah yang menimpa saudaranya.

    Selasa (22/6) kemarin, warga berhasil menemukan kembali satu warga, di lokasi yang sama. Namun, korban yang belum diketahui identitasnya ini, ditemukan tanpa kepala, dekat tempat penemuan dua korban sebelumnya. Oleh warga, korban lalu diambil dan disemayamkan di kampungya.  Ketua tim SAR gabungan, Kapten Widagdo mengatakan, kondisi medan yang sulit membuat pihaknya kesulitan mencari korban. Akibatnya, pencarian resmi dihentikan, sesuai permintaan keluarga korban. “pencarian juga dihentikan karena batas waktu yang ditentukan, medan yang dilalui juga menyulitkan kami untuk mencari para korban,” jelasnya. Sejauh ini, sudah tiga korban penumpang angkot yang ditemukan. Mereka adalah, Rumboirosi (5), Agus Karubaba (37) dan Selviana Ambokari (3). Sedangkan, dua korban lainnya yang juga tertimbun di KM 30, akan dilanjutkan pencariannya oleh tim SAR. Keduanya adalah pekerjabronjong jalan, PT Nidi Karya, Yowel Ranggamusi (30) dan Kirimus Ayomi (26).(hen)

    Nama-Nama Korban Dalam Angkot

    Sopir Silas Airei (45)
    Bernad Abon (44)
    Amelia Abon (54)
    Edison Ambokari (26)
    Toroce Karubaba (22)
    Selviana Ambokari (3)
    Yosua Umai (16)
    Rubeka Rumboirosi
    Karel Tironi
    Yeta Tironi
    Aslindhi Rumboirosi
    Yanzen Tironi
    Agustinus Karubaba

  • Dari Penuturan Warga Pasca Guncangan Empat Kali Gempa di Biak dan Serui

    Karena Panik, Enam orang Berboncangan Satu Sepeda Motor

    Goncangan gempa selama empat kali berturut-turut yang dirasakan warga Biak dan Yapen, Kamis (16/6) masih menyisahkan sejumlah kisah. Khususnya lagi warga Serui yang mengalami dua korban jiwa, keduanya adalah Rian (5) dan Damaria (45). Bagaimana suasana sehari pasca gempa, dan bagaimana kisah warga yang merasakan langsung kejadian itu? FIKTOR PALEMBANGAN, Biak

    PANIK. Begitulah suasana yang terjadi saat warga Serui, ibu kota Kabupaten Yapen saat diguncang gempa empat kali berturut-turut. Akibatnya, wargapun berhamburan keluar rumah dan menggunakan kendaraan bermotor mencari tempat yang dianggap lebih aman, khususnya lagi warga yang di Serui.

    Belum lagi, isu akan terjadinya gelombang tsunami membuat warga kota Serui hampir semuanya lari kearah perkampungan yang lebih tinggi, yakni di lereng gunung untuk mencari posisi yang dianggap lebih aman. Masyarakat yang sudah panik berusaha mencari tempat lebih aman dengan membawa barang-barangnya, khususnya yang masih bisa di bawa.

    Bahkan, ada yang sampai kendaraan roda dua sudah ditumpangi 4 – 6 orang. Bagaimana tidak, warga isu terjadinya tsunami dan air laut di pantai Serui mulai naik membuat warga tambah panik. Demikian halnya kebakaran dan bangunan yang runtuh di beberapa tempat membuat warga tidak menghiraukan lagi keadaan, dan berupaya mencari jalan masing-masing untuk menyelamatkan diri.

    Samen Palembangan, salah satu warga Serui menuturkan keadaan beberapa saat setelah terjadi gempa, bahwa awalnya pada saat terjadinya gempa petama keadaan warga di Serui masih tenang-tenang saja. Namun setelah gempa kedua terjadi, masyarakat sudah mulai panik ketika beberapa menit kemudian beberapa rumah milik warga kebakaran dan runtuh.

    "Pada saat gempa pertama warga masih tenang-tenag saja, namun setelah gempa kedua itu yang membuat warga kota Serui panik. Warga sudah berhamburan ke jalan, ada yang berjalan kaki dan ada menggunakan kendaraan. Apalagi pada saat itu ada orang mengatakan air laut mulai naik, semua orang sudah berlarian mencari tempat lebih tinggi tampa peduli dengan harta bendanya lagi," ujarnya via hand phone, kemarin.

    Karena kepanikan itu, maka ada warga yang menggunakan kendaraan bermotor berboncangan enam orang. Samen juga menyatakan, akibat kepanikannya itu bersama dengan dua anaknya dan istrinya terpaksa untuk satu motor bebek merek Honda itu harus satu kali jalan.

    "Saya tidak pernah boncengan dengan keluarga sampai 4 orang, karena anak-anak sudah besar tapi pada saat kejadian gempa kemarin kami 4 orang sekaligus satu motor, pada hal anak-anak saya sudah besar. Ya, ini karena memang sudah panic untuk menyelamatkan diri dari isu tsunami," tandasnya. "Saya juga melihat ada satu motor sampai 5 – 6 orang, dua orang dewasa dan anak-anaknya yang kecil-kecil," sambungnya lagi.

    Samen juga menuturkan, setelah memboyong keluarganya ke ke lereng gunung, dia teringat atas ijasahnya yang masih tertinggal di rumahnya. Mengingat ijasah bersama istrinya itu masih tertinggal di rumah, dia buru-buru kembali kerumahnya. Namun karena dijalan cukup padat kendaraan dan dia sudah panik, diapun sempat terpental karena terjatuh.

    Meski mengalami luka dibagian tangan kanan, namun dia berusaha bangkit kembali karena menginat ijasahnya itu, sementara isu akan terjadinya gelombang tsunami masih terus membuat warga panik. "Ketika saya jatuh dari motor saat mau pulang mengambil ijasah ke rumah, saya tidak merasa sakit padahal bagian tangan kiri saya luka. Ya, mungkin karena panik," tandasnya lagi.

    Hal yang sama dikatakan oleh Yan Pieter, di Serui saat dihibungi Cenderawasih Pos. Dia yang mengaku saat kejadian berada di rumahnya, mengaku masih aman-aman saja pada saat gempa pertama terjadi. Namun setelah gempa kedua yang berkuatan 7,1 SR itu, beberapa saat kemudian dia melihat orang di luar rumah telah berhamburan, termasuk di jalan-jalan.

    "Saat keluar dari rumah warga semuanya pada berteriak dan meminta supaya semuanya lari ke bagian gunung, katanya saat ini air laut mulai naik. Ya, saat itu kami juga ikut lari ke bagian arah gunung," tandasnya.
    Sehari pasca gempa itu, di Kabupaten Biak Numfor pada dasarnya aktivitas masyarakat tetap berjalan normal seperti biasanya. Perkantoran, pertokoan, dan bank-bank tetap menjalankan aktivitas serti biasanya. Warga tidak terpengaruh dengan gempa yang terjadi sehari sebelumnya, itu disebabkan karena di Biak tidak ada korban materi dan jiwa.

    "Mungkin karena di Biak tidak ada bangunan yang rusak dan syukur tidak ada Korban jiwa, makanya semua aktivitas berjalan seperti biasanya," tandas Yulianus Rumsowek, pegawai di Pemda Biak Numfor.

    Sementara di Serui sendiri aktivitas belum bisa berjalan normal. Hal itu disebabkan karena sejumlah perkantoran, tempat pelayanan publik dan rumah warga mengalami kerusakan. Meskipun sebagian pegawai Pemda Yapen ngantor, namun mereka lebih banyak hanya cerita-cerita soal kejadian gempa tersebut.

    "Memang kami sudah masuk kantor sebagiannya, namun sebagiannya pula tidak. Selain karena ada korban materi, juga karena kantornya juga mengalami kerusakan. Ya, pegawai lebih banyak hanya cerita-cerita soal gempa itu saja," tandas Samen, pegawai di Dinas Infokom Pemkab Yapen. *** (scorpions)

  • Kebutuhan Bama Mendesak – Hari Kedua Pasca Gempa, Warga Masih Trauma

    JAYAPURA – Hari kedua pasca gempa bumi berkekuatan 7,1 skala richter yang terjadi di Serui dan Biak, korban gempa mulai membutuhkan bantuan, terutama di warga Kabupaten Kepulauan Yepen yang mengalami kondisi cukup parah. Bantuan yang segera dibutuhkan warga korban gempa adalah bahan makanan (Bama) dan obat-obatan.

    Kapolres Kepulauan Yapen AKBP Deni Siregar, SIK saat dihubungi via telepon selulernya terkait perkembangan penanganan korban Gempa di Serui mengatakan, saat ini posko bantuan dipusatkan di Polres Kabupaten Kepulauan Yapen.

    Kemarin pagi sejumlah bantuan berupa Makanan, obat-obatan dan tenda, khususnya yang datang dari Pemda Kepulauan Yapen telah disalurkan ke sejumlah kecamatan-kecamatan serta kampung-kampung. "Kami telah menurunkan 250 personil anggota Polres Kepulauan Yapen untuk menyalurkan sejumlah bantuan, terutama ke daerah yang sulit dijangkau," ungkapnya saat dihubungi via telepon dari Jayapura, kemarin.

    Bantuan berupa tenda, obat-obatan dan makanan tersebut disalurkan dengan mengerahkan seluruh alat transportasi yang ada. " Untuk daerah yang dapat dijangkau dengan jalan darat kita gunakan mobil sedang sejumlah kecamatan dan kampung di daerah pantai kita menggunakan speed boat" tukasnya.

    Diinformasikan, siang kemarin, setelah dilakukan penyisiran terhadap korban yang mungkin tidak ditemui pada hari pertama saat gempa terjadi, ternyata memang tidak ditemukan tambahan korban jiwa, akan tetapi korban luka-luka bertambah 50 orang dari sejumlah korban luka yang telah dirawat sebelumnya.

    Dikatakan, saat ini belum dapat dihitung soal jumlah keseluruhan kerugian yang diakibatkan gempa tersebut, sebab fokus utama kepolisian serta pemerintah daerah saat ini adalah bagaimana menyalurkan bantuan ke sejumlah daerah yang kini telah kesulitan bahan makanan dan obat-obatan serta tempat tinggal "Kita belum dapat menghitung nilai keseluruhan kerugian, " ujarnya.

    Saat ini menurut Kapolres yang paling dibutuhkan di sana adalah bantuan bahan makanan ( Bama), obat-oatan serta tenda. "Kami juga meminta dukungan semua pihak untuk turut, membantu saudara-saudara kita di sini" tambahnya lagi.

    Sebab saat ini menurut Kapolres Bantuan dari Pemda dan dari berbagai pihak yang telah sampai ditangannya itu belum mencakup seluruh korban bencana yang ada, jadi masyarakat disana masih sanga membutuhkan bantuan.

    Seorang warga korban gempa bumi di Serui, Samen Palembangan kepada Cenderawasih menuturkan secara keseluruhan, kerusakan bangunan di kota Serui cukup banyak, jumlahnya mencapai 100 lebih bangunan rusak. Beberapa diantaranya seperti pusat informasi radio pantai, Kantor DPRD Yapen, Pengadilan Negeri Yapen, Kantor Bupati Yapen, Rumah Sakit Yapen yang mengalami kerusakan di bagian pelayanan administrasi, rumah Kepala Dinas Infokom Kab. Yapen Drs Bennidiktus Yahruu yang megalami kerugian dan sejumlah lainnya.

    Di RS Yapen, pada saat gempa sebagian besar pasien memilih memilih lari dari dalam ruangan pada saat gempa terjadi. Bahkan dengan kondisi yang masih dalam keadaan lemah, mereka (pasien) juga berupaya lari menyelamatkan diri ke bagian arah gunung dan ada yang dibantu keluarganya. "Informasinya sebagian besar pasien di rumah sakit juga ikut keluar menyelamatkan diri," tandas Samen.
    Warga lainnya, Lora yang dikontak Cenderawasih Pos menyampaikan, diperkirakan ratusan rumah warga di Kampung Randawaya terendam, begitu juga di Distrik Yapen Timur dan serta beberapa rumah Distrik Ambai.
    Sementara itu, di pusat Kota Serui ada beberapa unit rumah terbakar sat terjadi gempa, puluhan hingga seratusan lebih rumah rusak berat.. Sementara itu, di Kampung Menawi ada sejumlah warga yang sedang mengerjakan proyek gorong-gorong terluka parah akibat tertindis gorong-gorong dan kini sedang di rawat di RSUD Serui.

    “Ya gempa kembali terjadi di Serui, dan ada rumah tenggelam akibat air pasang, karena rumah mereka berada di pinggiran pantai,” ungkap Lora kepada Cenderawasih Pos, via ponselnya, Kamis, (17/6).

    Menurutnya, beruntung pada saat gempa yang pertama, warga telah mengantisipasinya dengan mengungsi ke tempat yang lebih aman, sehingga saat datang gempa berikutnya yang lebih besar, warga dapat menyelamatkan diri dengan aman di luar bangunan rumah-rumah mereka.

    Sampai saat ini, warga masih trauma. Mereka memilih tinggal di luar rumah sampai situasi benar-benar aman. “Ada warga yang saat ini buat tenda di gunung, ada yang memasang tenda untuk tidur dan memasak di halaman rumahnya, ada yang ada ditempat pengungsian,” katanya.

    Untuk data-data korban dan kerugian materiil yang disampaikan dua warga ini masih simpang siur dan perlu di kros cek lagi, karena dari Pemkab setempat atau aparat yangberwenang belum mengeluarkan data resmi berapa korban jiwa, korban luka dan kerugian materiil yang diderita warga baik di Serui maupun di Biak akibat gempa bumi tersebut.
    Sementara itu 45 warga binaan Lapas Serui yang diberitakan kabur pasca gempa yang mengguncang Kabupaten Biak dan Serui Rabu (16/6) akhirnya kembali ke Lapas. Ke 45 warga binaan ini kembali dengan sukarela tanpa harus dilakukan pencarian.

    Sebagaimana penyampaian Kakanwil Hukum dan HAM Papua Nazarudin Bunas, SH.MH saat dihubungi Cenderawasih Pos Kamis kemarin. "Pagi tadi ( kemarin, red) saya peroleh informasi bahwa dari 57 warga binaan, telah kembali 46 orang dan sisanya 11 orang memang masih diluar," ungkap Kakanwil sore kemarin.

    Namun kata Bunas, dari 11 warga binaan yang masih diluar ini telah dilakukan pemantauan oleh petugas dimana ada yang terpaksa harus membantu membereskan rumah mereka yang rusak akibat gempa. "Selebihnya mereka kembali dengan kesadaran sendiri tapi 11 orang ini harus memperbaiki rumahnya yang rusak," jelasnya.

    Kalapas juga telah mengeluarkan himbauan untuk segera kembali untuk menyelesaikan masa pidananya.

    Bunas mengakui saat kejadian gempa, pihak petugas tak bisa menahan para warga binaan ini untuk terus berada di dalam Lapas karena ada informasi bahwa dari gempa tersebut ada potensi menjadi tsunami. "Jadi jika tetap didalam dan ternyata jadi tsunami lalu memakan korban jelas ada kelalaian yang dilakukan petugas," bilang Bunas memberi alasan.

    Dari perkembangan kabar terakhir ini menurutnya Bunas telah ia laporkan ke Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar dan Dirjend Pemasyarakatan. Kondisi bangunan Lapas pasca gempa mengalami kerusakan dimana sejumlah kaca pecah dan ada bangunan blok yang retak. Untuk mengetahui persis kondisinya, tambah Bunas paling tidak, dua hari mendatang ada pejabat yang meninjau langsung ke sana. "Mungkin besok atau luas entah saya atau kepala divisi pemasyarakatan yang berkunjung ke sana," tandasnya.

    Sementara itu, dari Biak dilaporkan, satu hari pasca terjadinya gempa bumi, para nelayan di Biak lebih banyak masih memilih tidak melaut. Demikian halnya, dengan masyarakat dari Yapen yang biasa menggunakan perahu kayu dari Biak dan sebaliknya di Pantai Tiptop Biak, juga lebih banyak menunda keberangkatannya. Meski begitu, ada satu dua nelayan yang juga tetap memilih untuk melaut.

    Di Biak, hampir sebagian besar masyarakat yang sehari-harinya beraktivitas dan mengunakan jalur laut dengan perahu masih trauma akibat kejadian gempa bumi tersebut. Di Pantai Tiptop Biak yang dijadikan tempat keberangkatan, Kamis (17/6) kemarin, masih terlihat sepih. Memang ada orang yang akan berangkat menggunakan perahu, namun jumlahnya tidak seberapa tidak seperti pada hari-hari biasanya yang telihat cukup ramai.

    Pada dasarnya sebagian besar masyarakat masih takut akan terjadinya gempa susulan dan bisa saja menimbulkan gelombang tsunami itu. Namun secara keseluruhan aktivitas di Kabupaten Biak secara keseluruhan pada dasarnya telah berjalan normal. Masyarakat di sejumlah perkantoran tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya.

    “Masih ada satu dua teman kami yang memang milih untuk ke laut mencari ikan, tapi lebih banyak yang untuk hari ini tidak berangkat. Sebagian besarnya masih takut terhadap kemungkinan masih adanya gempa susulan dan gelombang tsunami,” ujar Ahmad La Ode kepada Cenderawasih Pos di Pantai Yenures, kemarin.

    Hal yang hampir sama dikatakan oleh Frans Rumbewas, warga yang akan menggunakan perahu ke Yapen bagian Selatan ini menyatakan pada dasarnya masih takut menggunakan perahu, hanya saja karena ada keperluan makanya dia nekat bersama dengan sejumlah warga lainnya.

    “Kalau soal takut tetap kami takut, namun karena kami juga ada keperluan sehingga harus berangkat dari Biak hari ini juga. Soal ketakutan aka nada gempa susulan dan gelombang tsunami tetap ada,” tandasnya.

    Sementara itu Kapolres Biak Numfor AKBP Ricko Taruna Mauruh mengatakan, bahwa hingga kemarin pada dasarnya kondisi di Biak secara keseluruhan aman. Tidak ada korban jiwa dan kerugian materi yang pailing terasa akibat goncangan gempa sehari sebelumnya itu. “Laporan yang kami terima secara keseluruhan di Biak aman-aman saja,” tandasnya. (rik/ade/ito/wen)

  • DAK Daerah Perbatasan 2011 di Papua Bisa Naik

    KEEROM-Daerah perbatasan di Indonesia termasuk di Papua dalam tahun anggaran 2011 mendatang dijanjikan akan mendapat gelontoran perimbangan pusat ke daerah berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) daerah perbatasan yang lebih besar dari tahun sebelumnya.

    Demikian diungkapkan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Ir. H.A Helmy Faisal Zaini, disela-sela pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Pembangunan Wilayah Tertinggal (P2WT) yang berlangsung di Aula DPRD Kabupaten Keerom, Kamis (17/6) siang.

    Menurutnya, hal itu dimungkinkan setelah pihaknya sebelumnya sudah dirumuskan serta dipresentasikan pada pemerintah dan mendapat lampu hijau dari kementrian keuangan seputar pengusulan pembagian dana dari pusat tersebut.

    Rumusan yang disampaikan tersebut disebutkanya sebagai salah satu upaya besar di kementrian yang dipimpinnya untuk bisa meningkatkan laju pembangunan di wilayah dimaksud. Kendati tidak menyebutkan secara rinci persentasi perhitungannya, menteri Helmy Faizal Zaini menyatakan hal tersebut tentu sangat berguna bagi pembangunan yang dilakukan.

    "Perhitungan DAK tersebut akan lebih afirmatif dan berpihak pada daerah tertinggal maupun perbatasan," ujarnya.

    Disadari wilayah perbatasan sebagai wilayah yang merupakan pintu gerbang dengan negara tetangga, memiliki kesulitas dalam pengendiaan berbagai sarana dan prasarana layanan publik kawasan dimaksud, tentu harus mendapat perhatian lebih.

    Semangat yang ditujukan selain ingin lebih memberikan rasa keadilan dimana selama ini banyak suara yang menyatakan adanya kue pembagian dana pembangunan di daerah maju mengapa terus disupport lebih banyak dari segi pembanguann infrasturktur sedangkan dua daerah tertinggal termasuk yang juga memiliki perbatasan dirasakan minim. “ Kami ingin memberikan lebih banyak kesempatan bagi saudara-saudara di daerah pelosok untuk bisa lebih mandiri dan sejahtera. Dan itu semua tentu memerlukan bantuan biaya operasional yang tidak sedikit,”jelasnya.

    Pola pembangunan kawasan perbatasan tentunya bukan hanya dilakukan dari segi pengamanan dan keamanan negara saja, namuhn lebih dari itu faktor kesejahteraan menjadi perhatian yang dipikirkan oleh pemerintah pusat saat ini. Antara lain selain mendorong kebijakan afirmatif untuk daerah tertinggal yang lebih baik, mendorong tata kelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang lebih profesional, mendorong kebijakan strategis untuk segera bisa ditindak lanjuti oleh instansi terkait, hingga upaya mensinergiskan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya perceptan pembangunan yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.

    Menteri menyatakan upaya percepatan pembangunan dikawasan tertinggal termasuk daerah yang memiliki kawasan perbatasan sejalan dengan tiga strategi unggulan yang kini tengah menjadi rujukan dari pencapaian kebijakan pemerintah.

    Mulai dari peningkatan kesejahteraan masyarkaat melalui pertumbuhan ekonomi secara nasional yang diharapkan bisa naik hingga 27 persen pada akhir 2014 pendatang, kendati tahun 2009 ini pertumbuhannya hanya berkisar 4,3 persen.

    Kemudian menekan angka kemiskinan yang dikhawatirkan jika tidak dilakukan dengan baik akan berpotensi terus meningkat. Saat ini angka kemiskinan secara nasional mencapai 32,5 juta penduduk atau setara dengan 14 persen dari total penduduk, diharapkan pada tahun 2014 bisa turun hingga menjadi 8-9 persen saja. Dan yang tidak kalah pentingnya yakni menekan angka pengangguran terbuka melalui upaya peningkatan sektor UKMK yang bisa dikelola masyarakat secara mandiri, selain peningkatan industri yang bisa membuka lapangan pekerjaan.

    Pengangguran terbuka di Indonesia tahun 2009 lalu tercatat sebanyak 8,9 juta penduduk. " Tentunya ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk mencapai keberhasilannya," kata Helmy lagi.

    Sementara itu Asisten I Bidang Pemerintahan Setda Provinsi Papua, Drs. Elieser Renmaur, mewakili Gubernur dalam sambutannya menyatakan apa yang disampaikan oleh pihak pusat dalam komitmennya dalam dukungan terhadap wilayah kawasan tertinggal maupun perbatasan termasuk sebagian kawasan di Papua menyampaikan terimakasihnya. Dimana dari 28 kabupaten dan satu Kota di Papua, 8 kabupaten/kota termasuk wilayah yang memiliki kawasan perbatasan. Dimana kabupaten yang memiliki kawasan perbatasan terkecuali Kota Jayapura termasuk dalam kategori masih relatif tertinggal dengan daerah lain di Indonesia.

    Sementara itu Rakor P2WT yang dilaksanakan oleh Kementrian PDT di Keerom sesuai rencana mengagendakan dua hari kegiatan dari 17-18 Juni. Pada pelaksanaan (17/6) kemarin yang merupakan pambahasan kebijakan pemerintah yang melibatkan puluhan kementrian dan departemen yang ada dari Jakarta, juga menghadirkan peserta dari Kabupaten Keerom sebagai tuan rumah, Provinsi Papua, maupun utusan dari kabupaten/kota yang memiliki wilayah perbatasan di Papua.

    Kedangan Menteri PDT selain didampingi sejumlah perwakilan kementrian dari eselonI dan II yang ada, juga dari perwakilan Komisi V DPRRI.

    Kunjungan menteri bersama rombongan usai pembukaan Rakor dilanjutkan dengan kunjungan ke titik perbatasan di Wutung.

    Untuk pelaksanaan lanjutan Rakor hari ini, Jumat (18/6) akan dilakukan orientasi lapangan peserta Rakor minus Menteri pada tiga lokasi distrik di Keerom, antara lain di Arso, Arso Timur dan Skamto.(eno)
    (scorpions)

  • Gempa Biak, Dua Warga Tewas

    Penulis : Folmer
    JAYAPURA–MI: Gempa Biak yang berkekuatan hingga 7,1 Skala Richter (SR) menelan dua korban jiwa.

    Kapolres Yapen AKBP Denny Siregar yang dihubungi Media Indonesia menyatakan, dua warga setempat dilaporkan tewas akibat tertimpa reruntuhan bangunan yang roboh diguncang gempa.

    “Laporan sementara yang diperoleh Polres Yapen, dua warga tewas. Sedikitnya 10 rumah warga di Kota Serui roboh akibat goncangan gempa. Bahkan, Mapolres dan sejumlah fasilitas pemda rusak,” jelasnya.

    Ia menambahkan, gempa juga mengakibatkan sejumlah tiang listrik ambruk sehingga terjadinya kebakaran di rumah warga dan pertokoan. Sebagian besar warga masih bertahan di luar rumah mengingat masih dirasakan gempa susulan.

    Secara terpisah Victor Palembangan, wartawan harian lokal yang bertugas di Kabupaten Biak saat dihubungi Media Indonesia, mengatakan pascaterjadinya gempa berpotensi tsunami, masyarakat dan pegawai berhamburan keluar.

    “Gempa yang pertama terjadi sangat terasa. Warga langsung berhamburan keluar rumah dan berusaha berlindung ke daerah yang lebih tinggi,” ujarnya.

    Ia mengaku, gempa susulan masih dirasakan sehingga sebagian besar warga terpaksa masih bertahan di luar karena khawatir bangunan rumahnya roboh. “Pengamatan sementara banyak rumah warga dan perkantoran retak akibat terjadinya gempa,” jelasnya. (FO/OL-9)

  • Gempa 4,4 SR Getarkan Kota Bengkulu

    BENGKULU–MI: Provinsi Bengkulu, Minggu (21/3) pukul 16.56 WIB, diguncang gempa berkekuatan 4,4 pada Skala Richter (SR) dengan getaran yang relatif cukup kuat dirasakan di Kota Bengkulu.

    Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kepahiang Dayat, Minggu, menjelaskan gempa kecil itu berada pada episentrum 4,8 Lintang Selatan (LS) dan 101,86 Bujur Timur (BT).

    Lokasinya sekitar 116 kilometer barat daya Lais, Bengkulu Utara, dengan kedalaman 20 km.

    Beberapa hari lalu daerah ini juga diguncang gempa 5,5 SR berlokasi pada episentrum 4.57 Lintang Selatan (LS) dan 102.84 Bujur Timur (BT).

    Gempa besar itu pusatnya berada sekitar 64 km barat laut Bintuhan, Bengkulu, dengan kedalaman 26 km.

    Provinsi Bengkulu pernah dua kali diguncang gempa besar, yakni pada Juni 2000 dengan kekuatan 7,3 SR dan September 2007 berkekuatan 7,9 SR. Bencana alam ini menelan korban jiwa dan ribuan rumah hancur serta kerugian mencapai ratusan miliar rupiah. (Ant/OL-02)

  • SBY Minta Jajaran Terkait Siaga

    Tampak dalam gambar kerusakan akibat Gempa yang berpusat di Tasikmalaya Jawa Barat.
    Tampak dalam gambar kerusakan akibat Gempa yang berpusat di Tasikmalaya Jawa Barat.
    JAKARTA (PAPOS) – Getaran gempa berpotensi tsunami yang berpusat di Tasikmalaya, juga terasa di Kantor Presiden, Jakarta. Presiden SBY langsung memerintahkan kepada jajaran pemda dan pihak-pihak terkait untuk mengamankan warga sekitar.
    “Karena gempa ini berpotensi tsunami, Presiden minta semua betul-betul disiagakan,” ujar Mensesneg Hatta Rajasa, Rabu (2/9), di Kantor Presiden, Jakarta.

    Presiden SBY, menurutnya sudah mendapatkan laporan dari Ketua BMKG mengenai gempa berkekuatan 7,3 SR. Laporan lebih detail termasuk kerusakan yang terjadi akibat gempa dari lapangan akan disampaikan ke Presiden SBY oleh pihak-pihak terkait.

    “Beliau memerintahkan saya menghubungi Gubernur Jabar dan Bupati Tasikmalaya untuk mengamankan masyarakat di sana,” sambung Hatta.

    11 Orang Meninggal
    Sebanyak 11 orang dilaporkan meninggal akibat gempa yang berkeukatan 7,3 SR yang berpusat 142 km di barat daya Kota Tasikmalaya, Rabu (2/9). Petugas piket posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana Satrio yang dihubungi Kompas.com, Rabu sore menyebutkan, 10 korban tewas tercatat di Cianjur dan satu orang di Kabupaten Sukabumi.

    Berdasarkan laporan yang masuk, tecatat pula 11 rumah rusak berat dan satu menara masjid rusak.
    Menurut Satrio, dari Garut juga dilaporkan empat rumah roboh, sementara 10 gedung perkantoran di Bandung juga roboh.

    Ratusan rumah rusak, puluhan di antaranya roboh. Belum ada laporan korban jiwa, tetapi sejumlah warga mengalami luka-luka.

    Kerusakan rumah terjadi di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Kecamatan Cisaat, Kecamatan Nagrak, Kecamatan Purabaya, dan Kecamatan Sagaranten, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
    Atang (65) warga Sindangkerta, Cisaat mengatakan harus mengungsi karena tembok dan atapnya ambruk. Sebagian warga masih memilih tinggal di luar rumah karena takut terjadi gempa susulan.

    Dikabarkan juga sedikitnya enam orang warga Cianjur berhasil ditemukan dalam timbunan rumah akibat gempa, Rabu, dan lainnya dilaporkan masih dinyatakan hilang.

    Keenam warga itu, ditemukan tertimbun bersama rumah mereka, di Kampung Rawa Hideung, Desa Pamoyanan, Kecamatan Cibinong Cianjur Selatan.

    Korban yang terdiri dari 12 keluarga yang tinggal tepat di bawah Gunung Tujuh, diduga tidak dapat keluar dari rumah ketika gempa berskala 7,3 richter menguncang kawasan itu.

    Pasalnya ungkap beberapa orang saksi mata, bersamaan datangnya gempa bagian kaki Gunung Tujuh yang mengelilingi kampung itu, ikut longsor dan menimbun rumah warga yang ada dibawahnya.

    “Kampung ini memang dikelilingi tebing . Ketika gempa datang disertai longsoran tanah,” kata Agus Sobandi (32) tokoh masyarakat, ketika dihubungi melalui telepon.

    Ia menambahkan, di kampung tersebut tercatat sedikitnya 12 orang kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 30 orang dan bangunan permanen sebanyak 15 buah.

    Saat ini kampung tersebut sebagian besar tertimbun tanah gunung. Sebagian besaar tanah menutupi rumah hingga 2 meter diatasnya.

    Sebagian besar penghuni rumah saat gempa terjadi tengah berada di dalam rumah dan diduga sebagian besar tertimbun bersama rumah mereka.

    Hingga kini informasi dihimpun , warga dan aparat setempat baru berhasil menemukan enam orang warga dalam keadaan sudah tidak bernyawa dan sulit dikenali.
    “Perkiraan kami masih banyak warga yang tertimbun. Upaya pencarian dilakukan secara manual bersama warga dari desa tetanga,” terang Agus.

    Sedangkan jenazah ke enam korban yang berhasil ditemukan saat ini disimpan di balai Desa Cikangkareng.
    Informasi dihimpun dari Pihak Satgana PMI Cianjur, menyebutkan pihaknya, saat ini tengah meluncur ke lokasi kejadian.

    “Kami belum tahu secara pasti berapa korban jiwa seluruhnya. Informasi terkahir menyebutkan baru enam orang ditemukan dan puluhan dikabarkan hilang,” kata Heri tim Satgana PMI.

    Kekuatan Makin Kecil
    Gempa yang menggoncang hampir seluruh Pulau Jawa ternyata terjadi tiga kali. Namun kekuatan gempa semakin menurun.

    “Gempa pertama itu 7,3 SR, kedua 6,0 SR dan terakhir 5,1 SR,” kata Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan Rustam Pakaya saat dihubungi detikcom, Rabu (2/9).

    Rustam mengatakan, meski berpotensi, hingga pukul 15.50 WIB, tsunami tidak terjadi. “Sampai sekarang sih nggak ada. Sudah lewat 30 menit,” kata Rustam.

    Gempa yang menggoncang hampir seluruh Jawa itu dirasakan pukul 14.55 WIB. Sejumlah rumah dan bangunan rusak akibat peristiwa ini. Namun hingga kini belum dilaporkan adanya korban jiwa.(ant/dtk)

  • Gempa 4,5 SR Guncang Aceh Selatan

    Tapaktuan, NAD (ANTARA news) – Gempa tektonik berkekuatan 4,5 pada skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Aceh Selatan, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), pada Kamis pukul 20.33 WIB, sejauh ini belum diperoleh laporan tentang adanya kerusakan fisik akibat gempa itu.

    Petugas Analis Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta, Hardiyatno yang dihubungi dari Tapaktuan mengatakan pusat gempa terjadi di tujuh kilometer timur laut kota Tapaktuan.

    “Pusat gempa itu berada di darat, sehingga banyak warga yang merasakan guncangan gempa tersebut,” kata

  • Gempa 5,4 SR, Warga Berhamburan

    MANOKWARI-Warga Kota Manokwari yang berada di dalam bangunan, kantor, hotel-hotel dan pusat perbelanjaan, berhamburan keluar, kemarin. Kepanikan luar biasa terjadi di gedung bertingkat seperti di Swiss-belhotel,Hotel Billy, Kantor Gubernur Papua Barat, Hadi Supermarket, Orhid Supermarket dan lainnya.

    Gempa tektonik dengan skala 5,4 SR yang terjadi pukul 11.17 WIT menjadi penyebab kepanikan. Meski guncangannya tak begitu kuat, tapi sudah cukup membuat takut warga. Beberapa kali gempa, terakhir 4 Januari lalu dengan skala 7,9 SR dan 7,6 ST tampaknya membuat warga Manokwari sangat sensitif.

    “Saya tidak pikir panjang lagi,merasa ada goyangan, saya langsung lari turun ke lantai dasar (Swiss-belhotel),” ujar peserta pelatihan BPS (Badan Pusat Statistik) kepada Manokwari Pos (grup Cenderawasih Pos).

    Kepala BMG (Badan Meteorologi Geofisika) Manokwari, George Leskona mengatakan, gempa yang terjadi, kemarin siang dengan kekuatan 5,4 SR, berpusat di 0,81 Lintang Selatan dan 133,22 Bujur Timur atau berjarak sekitar 94 km Barat Laut Kota Manokwari, kedalaman 14 Km. Sebagai akibat pergeseran lempengan aktif.

    Sementara itu, Kasubid Pelayanan Balai Balai Besar BMG Wilayah V Jayapura, Zem Irianto Padama, S.Sos SSI yang dikonfirmasi, menyatakan, getaran gempa tersebut dapat dirasakan di sebagian wilayah Manokwari dan sekitarnya.

    Gempa dengan kekuatan tersebut sebenarnya sudah bisa menyebabkan kerusakan di sekitar titik lokasi gempa, namun kerusakan yang mungkin terjadi tergantung dari sejumlah faktor diantaranya kedekatan lokasi kejadian gempa dengan pemukiman dan kualitas struktur bangunan yang ada disekitarnya. Jika berada di luar kota efeknya tidak terlalu mengkhawatirkan.(im/eno)

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?