SINYALEMEN kepolisian bahwa selama ini TPN/OPM di kawasan pegunungan khususnya di Puncak Jaya dan sekitarnya mempersenjatai diri mereka selain dengan senjata hasil rampasan dari anggota TNI/Polri, juga di duga ada pasokan senjata ilegal yang di selundupkan dari Filipina melalui jalur laut kembali di sampaikan oleh Kodam XVII/Cenderawasih.
Kapendam XVII Cenderawasih, Letkol (Inf) Rikars Hidayatullah melalui press release yang di kirimkan kepada SULUH PAPUA mengatakan bahwa dari kontak senjata antara anggota TNI/AD dengan kelompok TPN/OPM pimpinan Goliath Tabuni di Tingginambut, selain berhasil menewaskan satu orang “tangan kanan” Goliath Tabuni, TNI/AD juga berhasil mengamankan 2 pucuk senjata api buatan China, dan bukan senjata organik TNI ataupun Polri.
“setelah kita lakukan pengecekan ternyata kedua pucuk laras pendek itu bukan senjata organik TNI maupun Polri, senjata yang dimiliki kelompok bersenjata itu diduga buatan Cina”, kata Kapendam.
Baku tembak antara aparat keamanan dengan anggota TPN/OPM kelompok Goliath Tabuni tersebut terjadi Sabtu (7/6) di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya kemarin juga berhasil menewaskan Timika Wonda, yang katanya selama ini dikenal sebagai tangan kanan Goliat Tabuni.
Insiden baku tembak itu berawal saat aparat keamanan melakukan patroli bersama disekitar kawasan Tingginambut yang terletak sekitar dua setengah jam dari Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya. (A/RUL/R1/LO1)
Anggota TNI yang bersiaga di pos TNI 01-Skouw (Jubi/Indrayadi TH)
Jayapura (03/06/14) – Kontak senjata antara Tentara Revolusi West Papua (TRWP) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali terjadi di gerbang perbatasan West Papua – PNG pada hari ini, pukul 13:15 WP.
Dari kronologis yang di kutip dari salah satu media lokal Papua (www.tabloidjubi.com),di jelaskan bahwa, pasukan TNI yang bertugas di perbatasan West Papua – Papua New Guenea (PNG), satu jam sebelum terjadinya kontak senjata, tepatnya pada pukul 12:15 WP, TNI membuka pintu perbatasan West Papua – PNG. Selang satu jam setelah pembukaan pintu batas, pasukan TNI yang saat itu sedang mendengarkan arahan dari Kasrem 172/PWY Letkol Rano Tilaar dikagetkan dengan tembakan yang dikeluarkan oleh TRWP dari arah Zona Netral, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari pos TNI di perbatasan. Mendengar tembakan dari jarak yang begitu dekat, TNI sontak berhamburan sambil mengeluarkan tembakan balasan ke arah yang tidak jelas.
Informasi yang diberitakan media-media lokal Papua menyebutkan bahwa Tentara Revolusi West Papua (TRWP) berhasil melumpuhkan satu orang anggota TNI yaitu Prajurit Dua (Prada) Maulana Malik, tembakan yang dikeluarkan oleh TRWP tepat mengenai pinggul kiri Prada Maulana Malik dan tembus ke kanan. Menurut pemberitaan yang beredar, anggota TNI yang tertembak ini sempat dilarikan ke Puskesmas Muara Tami untuk menghentikan pendaraan, lalu dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Marten Indey, Jayapura milik TNI AD.
Kepala kepolisian sektor Muara Tami dan anggota TNI yang bertugas dilokasi kejadian serta Kabid Humas Polda Papua ketika ditanyai wartawan membenarkan adanya kontak tembak antara TRWP dan TNI di perbatasan West Papua – PNG dan juga membenarkan adanya anggota TNI yang tertembak.
Pasca kontak tembak antara TRWP dan TNI di perbatasan, pintu batas kembali ditutup oleh TNI hingga batas waktu yang belum ditentukan. [wp]
Anggota TNI yang bersiaga di pos TNI 01-Skouw (Jubi/Indrayadi TH)
Jayapura (03/06/14) – Kontak senjata antara Tentara Revolusi West Papua (TRWP) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali terjadi di gerbang perbatasan West Papua – PNG pada hari ini, pukul 13:15 WP.
Dari kronologis yang di kutip dari salah satu media lokal Papua (www.tabloidjubi.com),di jelaskan bahwa, pasukan TNI yang bertugas di perbatasan West Papua – Papua New Guenea (PNG), satu jam sebelum terjadinya kontak senjata, tepatnya pada pukul 12:15 WP, TNI membuka pintu perbatasan West Papua – PNG. Selang satu jam setelah pembukaan pintu batas, pasukan TNI yang saat itu sedang mendengarkan arahan dari Kasrem 172/PWY Letkol Rano Tilaar dikagetkan dengan tembakan yang dikeluarkan oleh TRWP dari arah Zona Netral, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari pos TNI di perbatasan. Mendengar tembakan dari jarak yang begitu dekat, TNI sontak berhamburan sambil mengeluarkan tembakan balasan ke arah yang tidak jelas.
Informasi yang diberitakan media-media lokal Papua menyebutkan bahwa Tentara Revolusi West Papua (TRWP) berhasil melumpuhkan satu orang anggota TNI yaitu Prajurit Dua (Prada) Maulana Malik, tembakan yang dikeluarkan oleh TRWP tepat mengenai pinggul kiri Prada Maulana Malik dan tembus ke kanan. Menurut pemberitaan yang beredar, anggota TNI yang tertembak ini sempat dilarikan ke Puskesmas Muara Tami untuk menghentikan pendaraan, lalu dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Marten Indey, Jayapura milik TNI AD.
Kepala kepolisian sektor Muara Tami dan anggota TNI yang bertugas dilokasi kejadian serta Kabid Humas Polda Papua ketika ditanyai wartawan membenarkan adanya kontak tembak antara TRWP dan TNI di perbatasan West Papua – PNG dan juga membenarkan adanya anggota TNI yang tertembak.
Pasca kontak tembak antara TRWP dan TNI di perbatasan, pintu batas kembali ditutup oleh TNI hingga batas waktu yang belum ditentukan. [wp]
Jayapura (16/05/2014) – Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) yang bermarkas di perbatasan West Papua – PNG beberapa hari lalu, tepatnya pada tanggal 16 Mei 2014, pukul 02 : 00 WP, telah berhasil menumbangkan tiga orang anggota militer Indonesia (TNI), dari kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopasus).
Dari informasi yang berhasil dihimpun PMNews menyebutkan bahwa pada hari Jum’at (16/05) tiga orang anggota TNI telah berhasil ditumbangkan dari jarak yang sangat dekat oleh Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP). Kejadian bermula ketika Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) yang sedang melintas, mendapati tiga orang anggota TNI ini sedang berkendara di jalan raya, tepatnya di daerah Jembatan Kali Tami, jalan raya menuju Wutung. Melihat tiga orang TNI yang sedang berkendara tesebut, Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) bergegas mendekati tiga orang TNI tersebut dan tanpa basa-basi Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) menumbangkan tiga anggota TNI yang melintas dari jarak dekat.
Mendengar informasi ini, PMNesw mencoba untuk mencari kepastian dan kebenaran informasi dengan menghubungi pihak yang dapat dipercaya, dan ketika ditanyakan terkait kebenaran informasi ditumbangkannya tiga orang anggota TNI tersebut, informen yang dihubungi via seluler secara tegas membenarkan informasi tersebut.
“Sangat benar bahwa pada hari Jum’at, sekitar jam 02:00 siang, pasukan kami telah berhasil melumpuhkan tiga orang anggota TNI di sekitar Jembatan Tami, Jalan menuju Wutung, tiga orang anggota TNI berhasil kami lumpuhkan dari jarak yang sangat dekat, tetapi kami tidak tahu kenapa kejadian yang sudah terjadi beberapa hari lalu ini,m tidak juga dipubikasikan oleh media, tapi kami mau tegaskan bahwa informasi terkait tiga anggota TNI yang tumbang pada tanggal 16 mei di daerah Kali Tami, itu adalah benar”.
tegas informen yang juga terlibat dalam melumpuhkan tiga anggota TNI ini. [WP]
Jayapura, 25/4 (Jubi) – Kontak tembak kembali terjadi di Kabupaten Puncak Jaya, tepatnya di Gurage, Distrik Mulia, mengakibatkan dua orang anggota Yonif Batalyon 751 Raider terkena tembakan.
Dari data yang dihimpun media ini, Jumat (25/4) siang tadi, kontak tembak terjadi sekitar pukul 13.40 WIT antara TNI dan kelompok bersenjata. Dua anggota TNI terluka dalam insiden itu, masing-masing Polang Harahap terluka pada bagian pelipis dan Rahman Hakim luka tembak di bahu.
Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Letnat Kolonel Rikas Hidayatullah menjelaskan kejadian tersebut bermula saat petugas pos pengamanan Gurage dari Batalyon Yonif 751 Raider sedang berpatroli di sekitar tempat kejadian.
“Tiba-tiba saja mereka diserang kelompok bersenjata tersebut. Akibatnya, Rahman dan Polang terkena tembakan. Setelah itu, para pelaku langsung melarikan diri,” kata Rikas, Jumat (25/4).
Dikatakan Rikas, anggota atas nama Rahman meninggal dunia karena menderita luka parah di bahunya, karena proses evakuasi cukup menyulitkan melihat kondisi geografis yang tidak memungkinkan dari Gurage menuju ke Rumah Sakit Umum (RSUD) Mulia, Puncak Jaya.
“Jarak wilayah itu menuju ke Mulia bisa memakan waktu hingga berjam-jam. Hingga saat ini, jenazah almarhum masih dalam evakuasi menuju ke Kota Mulia dan kami pun masih mencari pesawat untuk mengantarkan jenazah ke Jayapura, Sabtu (26/4) besok,”
ujar Rikas.
Komandan Batalyon 751 Raider, Sentani Kabupaten Jayapura, Letnan Kolonel Infanteri Luqman Arief kepada tabloidjubi.com menyesalkan adanya kontak tembak tersebut yang mengakibatkan salah satu prajurit terbaiknya gugur dalam tugas.
“Sersan Rahman adalah putra terbaik kami, almarhum juga ada darah Papua, dia orang Genyem dan sudah berkeluarga, meninggalkan istri dan seorang anak,” kata Luqman via seluler.
Menurut Luqman, istri almarhum seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Sentani, dari jejak istrinya itulah dia juga menularkan bakatnya mengajar anak-anak pada tempat tugasnya di kampung tersebut.
“Almarhum baru saja dikirimi buku-buku oleh istrinya untuk menambah bahan mengajar di kampung tersebut, rencana almarhum besok diterbangkan dari Mulia ke Sentani, tapi belum ada informasi yang pasti,”
Bintang Kejora, Bendera Negara Republik West Papua
Korban yang sedang dibawa ke ruang operasi untuk ditangani lebih lanjut. (Inzert) Irjen (Pol) Drs. M Tito Karnavian M.A., Ph.D.JAYAPURA – Kelompok Sipil Bersenjata kembali beraksi di wilayah Perbatasan Skow-Wutung antara Negara Republik Indonesia dan Negara Papua New Guinea (PNG). Kali ini, Warga sipil atas nama, Heri (20) yang berprofesi sebagai Sopir Toko Nayak pasar Batas jalan RI-PNG Skow Wutung ditembak Kelompok Bersenjata, tepatnya 1 Km dari jarak Pos Lintas Batas RI, pada Rabu (16/4) sore sekitar pukul 13.13 WIT.
Penembakan terhadap warga sipil ini, bersamaan dengan pembukaan lintas batas oleh Pengelola Lintas Batas Papua dan Gubernur Sendaun, yang sempat ditutup pasca penembakan disertai penyerangan di Perbatasan RI-PNG, yang mengakibatkan dua aparat keamanan terluka.
Ketika dikonfirmasi wartawan ke Kapolda Papua, Irjen (Pol). Drs. Tito Karnavian M.A., Ph.D., membenarkan telah terjadi penembakan itu, dan saat ini tim dari Polda Papua sudah turun ke lokasi penembakan untuk melakukan olah TKP, dan kasus ini masih melakukan pendalaman terhadap korban. Kapolda menduga pelaku penembakan terhadap korban itu merupakan kelompok yang diusir oleh Pemerintah PNG, pasca terjadi penembakan pada tanggal 5 April lalu.
“Ya, kita menduga, para pelaku ini merupakan kelompok yang sudah di usir dari PNG, yang kemudian kemudian mereka bingung mencari apa, ditambah lagi kemarin temannya tertembak sehingga melakukan gangguan penembakan,” kata Tito didamping Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono usai melakukan pertemuan dengan para pejabat di ruang cenderawasih Mapolda Papua kemarin.
Kapolda menandaskan, pasca penembakan ini telah melakukan penguatan di Perbatasan bekerjasama dengan rekan-rekan TNI. “Kami akan berkoordinasi dengan Interpool untuk melakukan pengejaran terhadap para pelaku penembakan. Koordinasi dengan interpool ini karena melibatkan dua wilayah Negara,” katanya.
Ditegaskannya, salah satu penegakan hukum diberbagai Negara, maka diyakini Indonesia sudah dianggap sebagai kejahatan. ‘Di Negara PNG juga melakukan hal yang sama seperti di Indonesia, kecuali kasus politik tanpa kekerasan, belum tentu dianggap kejahatan di Negara lain,” tegasnya.
Kapolda juga tidak menampik apabila penembakan tersebut ada dugaan motif balas dendam, atas tewanya rekan mereka pada kontak senjata di Perbatasan. “Sangat memungkinkan, karena ada yang mati tertembak kemarin,” tukas Tito.
Di tempat yang sama, Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Sulistyo Pudjo Hartono saat dikonfirmasi Bintang Papua, mengungkapkan, penembakan itu, terjadi saat dilangsungkan pembukaan lintas batas oleh Pengelola Lintas Batas Papua dan Gubernur Sendaun. “Tembakan terjadi berjarak sekitra 1 km sebelum pos lintas batas RI. Akibat gangguan itu, satu warga sipil atas nama Heri yang sedang melintas membawa dagangan menggunakan mobil carry luka parah tertembak di lengan kiri,” jelas Pudjo.
Pudjo menegaskan, saat ini rombongan pembuka lintas batas masih tertahan menunggu netralisasi dari Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan. “Rombongan masih tertahan di sana, sedangkan korban sudah dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan,” kata Pudjo.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letnan Kolonel, Rikas Hidayatulah saat dikonfirmasi Bintang Papua, membenarkan terjadi penembakan terhadap warga sipil tersebut.
Dia mengatakan, mendengar penembakan itu, anggota Satgas yang bertugas di perbatasan langsung mendatangi lokasi tempat terjadinya tembakan. “Di lokasi kejadian telah mendapat korban Heri terluka dibagian lengan kanan,” ujarnya.
Melihat kondisi korban kritis, anggota Satgas TNI-AD dari Yonif 623/BWU langsung melarikan korban ke rumah sakit Bhayangkara Polda Papua untuk mendapatkan perawatan medis, sementara anggota lainnya langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan. “Saat ini masih melakukan pengejaran terhadap Geromboloan Kriminal bersenjata tersebut, yang diduga usai melakukan penembakan langsung melarikan diri. Kami berupaya untuk melakukan pencarian,” pungkasnya.
Sementara itu pantauan di RS Bhayangkara, keluarga korban menunggu dengan harap-harap cemas di Intalasi Gawat Darurat (IDG). Dan sempat keluarga korban panik, karena petugas medis RS Bhayangkara meminta keluarga korban untuk mencari donor darah ‘O’ di PMI dan jika tidak harus mencari orang untuk mendonorkan darahnya, karena korban masih membutuhkan kurang lebih 10 kantong darah.
Disisi lainnya, wartawan tidak diijinkan oleh petugas untuk pengambilan gambar disaat korban sedang berada di IGD RS Bhayangkara.
Di tempat yang sama, salah satu Dokter yang turut melakukan pertolongan kepad korban, yakni, dr. Arif Tria, menandaskan, langkah pertama dilakukan adalah penyelamatan terhadap korban dengan cara menghentikan pendaharaannya di IGD.
Selanjutnya, korban dibawa ke ruang operasi untuk penanganan operasinya, guna dilakukan eksplorasi untuk pengangkatan proyektil. “Ya kami lakukan penyelamatan dulu terhadap korban,” tandasnya kepada wartawan di RS Bhayangkara Kotaraja, Rabu, (16/4) kemarin. (loy/nls/don/l03)
JAYAPURA[PAPOS]-Aksi Aksi penyerangan yang dilakukan KSB aparat TNI di perbatasan terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Tampak anggota TNI sedang melakukan pemeriksaan terhadap warga yang melintas di perbatasan Wutung-PNG. yang dilakukan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di Wilayah Perbatasan Wutung-PNG, tampaknya semakin menjadi. Sebelumnya dua kali terjadi penyerangan terhadap Pos Perbatasan yakni pada Rabu (9/4/2014) dan Sabtu (5/4/2014).
Kali ini kelompok sipil bersenjata (KSB) nekad menaikkan bendera bintang kejora (BK) di atas tebing yang berhadapan dengan Pos Satgas TNI di perbatasan Wutung-PNG, Kamis (10/4/2014) sekitar pukul 06.00 WIT.
Informasi yang diperoleh dilapangan menyebutkan, selain KSB tersebut menaikkan bendera Bintang Kejora diatas tebing, mereka juga membakar bendera merah putih yang dipasang atau dikibarkan di tebing tersebut.
Tidak hanya membakar bendera merah putih, KSB yang berjumlah sekitar 12 orang itu, juga sempat mengeluarkan tembakan sebanyak 3 kali ke arah Pos Satgas TNI. Tembakan KSB tersebut, juga sempat dibalas dengan tembakan yang dikeluarkan anggota TNI.
“ Memang betul pada Kamis pagi sekitar pukul 05.30 WIT, Pos Satgas di perbatasan sempat diserang oleh KSB yang diduga merupakan kelompok yang sama yang melakukana penyerangan di perbatasan beberapa hari lalu,”
Dalam aksi penyerangan itu, anggota TNI yang bertugas di perbatasan, sempat melakukan balasan tembakan ke arah KSB tersebut, termasuk melakukan pengejaran ke hutan, namun KSB berhasil melarikan diri.
Dari penyerangan ini, aparat TNI yang bertugas di perbatasan berhasil mengamankan situasi di wilayah tersebut, sehingga kondisinya kembali kondusif. Terkait dengan aksi KSB ini, aparat TNI di perbatasan terus meningkatkan kesiapsiagaan dari upaya-upaya yang dilakukan KSB yang ingin menganggu keamanan di wilayah perbatasan. [nur]
Aparat keamanan RI saat berkordinasi dengan aparat keamanan PNG (Jubi/Indrayadi TH)
Jayapura, 6/4 (Jubi) – Pasca insiden di perbatasan wilayah RI dan PNG, Sabtu (5/4) kemarin. Panglima Kodam (Pangdam) XVII Cenderawasih, Mayor Jendral (TNI) Christian Zebua berharap ada komunikasi antara Menteri Luar Negeri Indonesia dan Negara PNG.
“Saya sarankan kepada menteri pertahanan agar kementerian luar negeri mengadakan pembicaraan dengan pihak PNG. Seperti apa penyelesaian masalah-masalah warga Negara Indonesia termasuk mereka yang berbeda paham yang ada di PNG, agar hubungan baik antara PNG dan Indonesia tidak terganggu,”
kata Pangdam dalam laporannya kepada Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman melalui teleconference yang digelar, Minggu (6/4) siang tadi di Makodam XVII Cenderawasih.
Soal gangguan yang terjadi kemarin sekitar pukul 15.00 waktu Papua, lapornya, bendera Bintang Kejora yang berada di lokasi wilayah RI sudah diturunkan.
“Butuh waktu atau proses, karena pihak yang bersenjata ada juga pihak yang tidak bersenjata. Sehingga kami coba sedikit lebih sabar dengan memisahkan mereka dari rakyat tidak bersenjata,” ujar Pangdam
Sebelumnya, saat bendera Bintang Kejora diturunkan, pasukan yang dipimpin langsung Kepala Staf Kodam (Kasdam) XVII Cenderawasih, berusaha menekan kelompok bersenjata dan melakukan pengejaran. Namun kelompok tersebut berhasil melarikan diri ke arah Negara PNG.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) TNI, Jenderal TNI Budiman melalui teleconference itu, tidak menyinggung persoalan kelompok-kelompok pengacau keamanan kepada Kodam XVII Cenderawasih.
Dalam peristiwa Sabtu (5/4) kemarin seperti diberitakan media ini, Kasdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Hinsa Siburian mengatakan kelompok bersenjata itu seolah memancing aparat untuk melakukan tindakan tegas, dengan menaikkan bendera di batas RI.
“Namun, pasukan kami ini disiplin, terkendali, jadi personil tidak melakukan tindakan membabi buta,” kata Siburian, Sabtu (5/4).
Pernyataan ini cukup menjelaskan mengapa Kapolresta Jayapura, Ajun Komisaris Besar (Pol) Alfred Papare bersama beberapa aparat polisi dan TNI, hanya memantau kejadian dari sekitar Tower saja. Kelompok ini kemudian melepaskan tembakan ke arah Tower hingga melukai Kapolresta dan seorang anggota TNI.
“Tembakan itu mengenai kaca dan Kapolresta terkena serpihan kaca. Ada anggota Kodim di situ juga ikut terkena serpihan,” ujar Siburian.
Siburian juga mengaku aparat keamanan telah mencoba untuk bernegosiasi agar kelompok itu membubarkan diri.
“Mereka sengaja lakukan ini di perbatasan, jadi kalau mereka sudah lewati perbatasan, maka kami tidak bisa kejar,” kata Siburian.
Dalam Situs kodam17cenderawasih.mil.id, disebutkan aparat keamanan gabungan TNI/Polri yang bertugas mengamankan lokasi kontak tembak tersebut merupakan aparat teritorial dan pasukan pengamanan perbatasan, yang terdiri dari personel Polsek Muara Tami, Yonif (Bataliyon Infanteri) 751/Raider, dan Satgas (Satuan Tugas) Pamtas (Pengamanan Perbatasan) RI-PNG Yonif 642/Kapuas. (Jubi/Indrayadi TH)
Detik-detik aparat gabungan TNI Polri berhasil menguasai lokasi pengibaran bendera BK (Bintang Kejora) di batas Negara RI – PNG (Jubi/Indrayadi TH)
Jayapura, 5/4 (Jubi) – Berkibar sejak pagi, baru sekitar pukul 15.00 BK (Bintang Kejora) yang berkibar di teras Negara RI dapat diturunkan. Dalam waktu yang terbilang cukup lama ini terjadi baku tembak.
Ratusan aparat keamanan TNI dan Polri yang telah bersiaga di batas RI dan PNG, sejak satu jam setelah didapatkan informasi berkibarnya bendera BK sekitar pukul 05.30 WP, harus melalui kontak tembak dengan Kelompok Bersenjata sebelum berhasil menurunkan Bintang Kejora. Sekitar pukul 15.00 WP barulah bendera tersebut berhasil diturunkan dengan mengerahkan Tim Khusus Polda Papua di backup TNI.
Dari pantauan Jubi, KSB (Kelompok Sipil Bersenjata) diperkirakan berjumlah 20-40 orang. Mereka diduga menggunakan enam pucuk senjata api. Di lokasi bendera dikibarkan, kelompok ini melakukan Waita (tarian perang) sambil membawa senjata. Kelompok bersenjata itu memancing aparat untuk masuk dalam lokasi kibarnya bendera BK. Namun, aparat gabungan yang notabene persenjataannya tujuh kali lipat dari KSB harus sabar menunggu waktu yang tepat untuk mempersempit ruang gerak KSB.
Kasdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Hinsa Siburian kepada sejumlah jurnalis menuturkan kelompok bersenjata itu seperti memancing aparat untuk melakukan tindakan tegas karena mereka naikkan bendera di batas RI. “Namun, pasukan kami ini disiplin, terkendali, jadi personil tidak melakukan tindakan membabi buta,” kata Siburian, Sabtu (5/4).
Pernyataan ini cukup menjelaskan mengapa Kapolresta Jayapura, AKBP Alfred Papare bersama beberapa aparat polisi dan TNI hanya memantau kejadian dari sekitar Tower saja, meskipun dipancing oleh kelompok pengibar BK. Kelompok ini kemudian melepaskan tembakan ke arah Tower hingga melukai Kapolresta dan seorang anggota TNI.
“Tembakan itu mengenai kaca dan Kapolresta terkena serpihan kaca. Ada anggota Kodim disitu juga yang bersama bapak Kapolresta terkena serpihan,” ujar Siburian.
Siburian juga mengaku aparat keamanan telah mencoba untuk bernegosiasi agar kelompok itu membubarkan diri.
“Mereka sengaja lakukan ini di perbatasan, jadi kalau mereka sudah lewati perbatasan, maka kami tidak bisa kejar,” kata Siburian.
Situs kodam17cenderawasih.mil.id menyebutkan aparat keamanan gabungan TNI/Polri yang bertugas mengamankan lokasi kontak tembak tersebut merupakan aparat teritorial dan pasukan pengamanan perbatasan, yang terdiri dari personel Polsek Muara Tami, Yonif (Bataliyon Infanteri) 751/Raider, dan Satgas (Satuan Tugas) Pamtas (Pengamanan Perbatasan) RI-PNG Yonif 642/Kapuas.
Sedangkan Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Sulistyo Pudjo Hartono mengklaim kelompok bersenjata tersebut berupaya mengganggu perekonomian antar Negara RI dan PNG. “Ini upaya yang sangat luar biasa untuk melakukan delegetiminasi program-program pemerintah,” kata Pudjo, Sabtu (5/4) petang tadi.
Informasi terakhir yang didapat tabloidjubi.com dari pihak aparat keamanan, tiga orang dari kelompok bersenjata ini berhasil dirobohkan sniper dari Tim Khusus Polda Papua. Namun, ketiga korban tersebut berhasil dibawa masuk ke arah hutan PNG oleh rekan-rekannya.
Saat terjadi kontak tembak ini, sekitar pukul 06.30 WP, seorang yang mengaku bernama Danny Wenda menghubungi Jubi melalui nomor telepon PNG.
“Hari ini Sabtu, 5 April 2014 Pukul 05:00 dini hari tadi, telah dikibarkan Bendera Bintang Kejora dan Bendera UN di Wutung, Perbatasan Indonesia – Papua New Guinea oleh TRWP [Tentara Revolusi West Papua], dibawah pimpinan Gen. Mathias Wenda [Panglima Tertinggi Komando Tentara Revolusi West Papua]. Kontak senjata antara TNI dan TWPB sedang berlangsung.”
kata pria yang mengaku asal pegunungan tengah Papua dan bermukim di Vanimo ini.
Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, juga menduga kelompok Matias Wenda adalah pihak yang melakukan kontak tembak dengan aparat keamanan Indonesia ini. Melaluai situs kodam17cenderawasih.mil.id disebutkan tim gabungan TNI/Polri melakukan pengejaran terhadap kelompok yang diduga merupakan pimpinan Mathias Wenda Kelompok Matias Wenda ini diduga berupaya menciptakan situasi yang tidak kondusif menjelang Pemilu Legislatif 2014 di wilayah Jayapura.
Matias Wenda sendiri sudah tidak pernah terdengar aktivitas bersenjatanya dalam 2-3 tahun belakangan ini. (Jubi/Indrayadi)
endera BK dan PBB diturunkan aparat TNI Polri sore tadi – 05 Apr 2014 (Jubi/Indrayadi)
Jayapura, 5/4 (Jubi) – Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di perbatasan RI-PNG di wilayah Skow, Kota Jayapura, dikabarkan menurunkan Bendera Merah Putih dan menggantikannya dengan bendera Bintang Kejora (BK), Sabtu (5/4). KSB yang diperkirakan berjumlah sekitar 40 orang itu juga menembaki tower perbatasan dan membakar papan reklame di sekitar pos TNI Skow.
Juru Bicara Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Infantri Arh Riskan Hidayathulo membenarkan adanya aksi tersebut. Ia mengatakan, kelompok itu diperkirakan membawa sebanyak enam pucuk senjata api.
“Ya kelompok separatis membakar Papan reklame dan menurunkan merah putih, lalu menaikkan bendera Bintang Kejora. Mereka kabur ke wilayah PNG,” kata Hidayathulo kepada wartawan via selulernya, Sabtu (5/4).
Menurutnya, salah seorang anggota Unit Intel Kodim 1701 Jayapura, Serma Tugiono, terkenan serpihan kaca tower yang ditembak. Serma Tugiono sudah dibawa ke RS Marthen Indey, Jayapura, untuk diobati.
“Anggota TNI dan Polri masih melakukan pengejaran terhadap kelompok itu. Bendera Bintang Kejora yang dinaikan ke tower sudah diturunkan,” ujarnya.
Dari pantaian Jubi, bendera Bintang Kejora diturunkan oleh aparat keamanan Indonesia sekitar pukul 15.00 WP.
Juru Bicara Polda Papua Kombes Pujo Sulistyo mengatakan, kelompok sipil bersenjata itu berupaya menggangu perekonomian di sekitar perbatasan.
“Mereka merusak dan membakar tempat cucian mobil, lalu mengibarkan Bendera Bintang Kejora,” kata Pudjo.
Menurutnya, setelah mengetahui adanya aksi tersebut Kapolres Kota Jayapura Alfred Papare beserta anggotanya mendatangi lokasi kejadian dan sempat mengamati aksi kelompok itu dari kejauhan.
“Kelompok bersenjata menembaki tower perbatasan, hingga kacanya pecah. Serpihan kaca tower melukai tangan dan kaki Kapolres serta pelipis Serma Tugino. Setelah beraksi, para pelaku kabur menuju wilayah PNG. Tapi situasi sudah bisa dikendalikan,”
ujarnya. (Jubi/Indrayadi)
Penulis : Indrayadi TH on April 5, 2014 at 19:47:46 WP Editor : Oyos Saroso HN, JUBI