Category: Gerilya

You can add some category description here.

  • Ada Pengakuan Negara Terhadap Politik Papua

    LIPI dan sejumlah LSM serta individu di Jakarta selama ini bersuara bahwa di Papua itu persoalan utama adalah politik maka pendekatan harus politik, dialog atau referendum.

    Tetapi, selama ini pemerintah klaim tak ada soal politik di Papua. Dan dianggap soal Papua adalah soal eknomi, pendidikan dan kesejahteraan. Juga pemerintah mengatakan di Papua itu tidak ada TPN-OPM, yang ada adalah kelompok kriminal bersenjata, kelompok pengacau keamanan dan lainnya. Intinya tak ada pengakuan bahwa ada TPN- OPM di Papua.

    Namun tak sadar, apa yang pemerintah klaim itu, bahwa kini, pengakuan itu datang tanpa disadari, secara logika pemerintah sudah mengakui ada tiga peristiwa pengakuan akan eksisnya TPN-OPM dan persoalan Papua adalah persoalan politik.

    Pertama, koran Rakyat Merdeka Edisi 22 Maret 2016, Halaman 2 memberitakan, pengakuan kepala BIN, Sutiyoso atas keberadaan TPN-OPM di teritory Papua dan Papua Barat.

    Kedua, waktu lalu, Menkopolhukam, Luhut B. Panjaitan datang ke Jayapura dan kunjungi makam Pemimpin Besar Bangsa Papua, Alm. Theys Hiyo Eluay. Saat ia datang, lukisan-lukisan bintang kejora (Gambar Bendera Papua) di makam tersebut ditutup dengan kain putih dan menabur bungga.

    Ketiga, Jokowi saat diwawancara wartawan Aljazera mengakui bahwa ia sadar ada gerakan politik yang kini mulai pengaruhi Pasific.

    Sekarang sudah ada pengakuan terbuka oleh Indonesia atas persoalan politik bangsa Papua (Melanesia). Tapi, Indonesia tetap malas tahu dan masih lihat dari kacamata kesejahteraan. Indonesia abaikan dialog dan referendum.

    Tidak mengapa, yang penting pengakuan itu secara tidak langsung sudah naikan status masalah Politik Papua di Pasific, Afrika, Rusia, dan China serta Eropa.

    Papua saat ini sudah terdaftar sebagai salah satu wilayah bersama 60 bangsa lain yang berjuang untuk kemerdekaan dan segera akan terdaftar di komisi dekolonisasi PBB. Setelah itu, masuk pada tahapan referendum.

    Proses ini berjalan karena rakyat yang terus melawan atas mediasi KNPB dan organisasi lainnya. Ini terjadi karena rakyat terus mendukung ULMWP dengan berbagai cara, aksi, dana dan doa.

    Jadi bangsa Melanesia dan lebih khususnya orang Papua sadar bahwa Indonesia atau siapapun tidak akan memberikan kemerdekaan West Papua, kalau orang Papua sendiri berdiam diri. Merdeka akan di raih hanya dengan berjuang, doa, memberi sumbangan dana pada organisasi payung ULMWP serta terlibat dalam demonstrasi-demontrasi yang dibuat oleh rakyat Papua yang dimediasi oleh gerakan-gerakan yang ada di tanah Papua, semacam KNPB, Garda, AMP, dan lainnya untuk mendapatkan simpati dunia menuju referendum Bangsa Papua yang merdeka. (*)

  • Kapolri: Penyerangan di Papua Akibat Kelalaian Polisi

    Prima Gumilang, CNN Indonesia Selasa, 29/12/2015 18:00 WIB

    Jakarta, CNN Indonesia — Kepala Kepolisian RI Badrodin Haiti menilai kasus penyerangan di Markas Polsek Sinak, Kabupaten Puncak, Papua, disebabkan karena kelalaian anggota kepolisian. Menurutnya, para gerilyawan selalu mencari kelengahan pihak lawan.

    “Namanya juga gerilya, cari kelengahan. Siapa yang lengah itu yang jadi sasaran mereka,” kata Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (29/12).

    Badrodin mengatakan, siapapun bisa menjadi sasaran penyerangan tersebut, baik TNI, Polri, maupun masyarakat. Semua itu tergantung kebutuhan para gerilyawan.

    “Kalau kepentingannya senjata kan dia menyerangnya polisi atau TNI, tapi kalau kepentingannya merampas motor bisa saja dari masyarakat sipil,” ujarnya.

    Dia mengimbau kepada seluruh jajarannya yang bertugas di Papua agar taat pada standar operasional prosedur. Polisi yang bertugas di Papua, kata Badrodin, memiliki resiko yang cukup tinggi.

    “Itu harus disadari anggota Polri yang bertugas di sana,” ujarnya.

    Dia mengatakan, saat penyerangan tersebut, beberapa personel kepolisian sedang melaksanakan Hari Raya Natal. Kantor Polsek hanya diisi lima petugas. Kondisi itu mudah dibaca pihak lawan.

    “Papua seringkali yang keluar dari SOP, yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan, biasanya lengah,” katanya.

    Badrodin memastikan bahwa pelaku penyerangan adalah kelompok Organisasi Papua Merdeka.

    Dia menyatakan, konflik bersenjata yang terjadi di Papua adalah masalah politik. Karena itu aksi yang dilakukan OPM tidak bisa dikaitkan dengan undang-undang terorisme.

    “Kita kenakan kejahatan umum, seperti penembakan,” katanya.

    Penyerangan kelompok sipil bersenjata ke Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua, menewaskan tiga anggota Polri. Pesawat rombongan Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw juga ditembaki saat hendak mendarat di Sinak.

    “Saat Kapolda akan melakukan evakuasi terhadap korban yang meninggal, dilakukan penembakan. Itu masih dilakukan oleh kelompok yang sama, yakni kelompoknya Benny Wenda,” kata Badrodin. (obs)

  • Kapolri Sebut Benny Wenda Dalang Penyerbuan Polsek di Papua

    Abraham Utama, CNN Indonesia Selasa, 29/12/2015 11:25 WIB

    Jakarta, CNN Indonesia — Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan kelompok Benny Wenda berada di balik penyerangan Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua, yang menewaskan tiga polisi. Kelompok itu pula, kata Badrodin, yang menembak pesawat rombongan Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw saat hendak mendarat di Sinak kemarin.

    Lihat juga:Kronologi Suara Tembakan Saat Pesawat Kapolda Hendak Mendarat
    “Saat Kapolda akan melakukan evakuasi terhadap korban yang meninggal, dilakukan penembakan. Itu masih dilakukan oleh kelompok yang sama, yakni kelompoknya Benny Wenda,” kata Badrodin.

    Polri menuding Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka sebagai dalang di balik peristiwa tersebut. “Ada indikasi penyerangan itu dilakukan oleh kelompok TPN,” ujar Wakapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan.
    Lihat juga:Kronologi Kelompok Bersenjata Serbu Polsek Sinak Papua
    Benny Wenda, tokoh penggerak referendum kemerdekaan Papua sekaligus Kepala Perwakilan Organisasi Papua Merdeka pada kantor perwakilan OPM di London, Inggris, kini menjadi tertuduh.

    Penggerak referendum Papua

    Penyerangan sekelompok orang bersenjata terhadap Markas Polsek Sinak Papua hanya satu dari pelbagai kekerasan yang tak kunjung usai di provinsi paling timur Indonesia itu.

    Peristiwa itu bagian dari gejolak keamanan sejak pemerintah Republik Indonesia merangkul Papua Barat melalui Penentuan Pendapat Rakyat pada tahun 1969.

    Papua –dan Aceh– menghendaki referendum setelah pemerintah RI mengizinkan rakyat Timor Timur menghelat referendum pada 1999.

    Kala itu Benny merupakan pemimpin Dewan Musyarawah Masyarakat Koteka. Lembaga tersebut menunjang kinerja Dewan Presidium Papua (PDP) dalam bernegosiasi dengan pemerintah pusat tentang aspirasi rakyat Papua.

    Periode 1999 hingga 2001 merupakan bulan madu antara warga Papua dengan pemerintah RI yang dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Presiden keempat itu mengizinkan pengibaran Bendera Bintang Kejora, pelaksanaan Kongres Papua yang melahirkan PDP, serta penggunaan kembali istilah Papua untuk menghapus nama Irian Jaya.
    Lihat juga:Rentetan Aksi Penyerbuan Polsek Sinak Papua
    Selanjutnya pergantian rezim mengubah peta dialog antara pemerintah pusat dan Papua. Ketua PDP Theys Hiyo Eluay tewas pada November 2001. Penyidikan Kepolisian Daerah Papua serta keputusan pengadilan militer menunjuk anggota Komando Pasukan Khusus sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atas pembunuhan Theys.

    Juni 2002, Kepolisian akhirnya menangkap Benny. Ia dituduh menyerang kantor polisi dan membakar dua toko di Abepura, Papua, pada 7 Desember 2000. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat mencatat, seorang polisi tewas dan tiga orang lainnya mengalami luka akibat peristiwa yang kini disebut sebagai pemicu Peristiwa Abepura.

    Kejadian yang kemudian disidangkan di pengadilan hak asasi manusia berat itu membebaskan dua perwira tinggi Polri dari seluruh dakwaan. Di sisi lain, Benny menghadapi ancaman pidana penjara selama 25 tahun.

    Jadi eksil di Inggris

    Satu bulan setelah persidangan pertamanya, Oktober 2002, Benny melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Abepura. Ia menyelundupkan diri ke perbatasan Papua dan Papua Nugini sebelum akhirnya terbang ke Inggris dan mendapatkan suaka dari pemerintah setempat.

    “Saya sebenarnya tidak ingin melarikan diri ketika itu, tapi saya tidak bersalah. Saya membela masyarakat saya. Pemerintah Indonesia tiga kali melakukan percobaan pembunuhan terhadap saya di penjara,” ujar Benny pada forum TEDx di Sydney, Australia, Mei 2003.

    Saat menjadi pembicara pada forum yang digagas lembaga nirlaba internasional itu, Benny menuturkan keputusan melarikan diri dia ambil di menit-menit terakhir.

    “Saya berpikir, jika saya tetap di tempat itu, saya akan terbunuh. Salah satu pemimpin pergerakan, Theys Elluay, dibunuh Kopassus tahun 2001. Setahun kemudian, saya menjadi target mereka karena saya adalah salah satu penggagas gerakan,” ucapnya.

    Kini Benny hidup di Inggris bersama istri dan anak-anaknya. Ia berkeliling dunia mengampanyekan referendum bagi masyarakat Papua.

    Dalam usahanya, Benny didampingi Jennifer Robinson, seorang advokat yang bergiat pada isu hak asasi manusia. Jennifer dikenal atas advokasinya terhadap Julian Assange pada kasus WikiLeaks.
    Lihat juga:Lambert: RI Duduk untuk Aceh, Kenapa dengan Papua Tak Berani?
    Di Indonesia, Polri memasukkan nama Benny pada Daftar Pencarian Orang. Ia menjadi buron. Benny, menurut Badan Intelijen Negara, sesungguhnya tidak memiliki dukungan kuat di dunia internasional.

    “Mereka (kelompok yang dipimpin Benny) bersinergi dengan LSM-LSM yang memang mendukung kelompok-kelompok separatis di manapun juga,” kata Marciano Norman saat masih menjabat sebagai Kepala BIN.

    Apapun, di tengah sorotan Kepolisian dan badan telik sandi terhadapnya, Benny belum berhenti menuntut kemerdekaan Papua.

    September 2014, Benny berada di Glasgow,  menyaksikan warga Skotlandia menjalankan pemungutan suara untuk menentukan masa depan negara mereka, tetap bergabung dengan Kerajaan Inggris atau memerdekakan diri.

    Sebagaimana terekam pada video berjudul Benny Wenda from West Papua on Scottish Independence yang diunggah akun IndependenceLive ke situs Youtube, Benny sempat berpidato dan menyanyikan sebuah lagu di Glasgow kala itu.

    “Hari ini saya menyaksikan penentuan nasib sendiri oleh masyarakat Skotlandia. Suatu saat, Anda juga akan menyaksikan referendum bagi masyarakat Papua Barat,” kata Benny, yakin. (agk)

  • Lekhaka Telenggen Klaim Bertanggungjawab Atas Penyerangan Polsek Sinak

    Admin Jubi Dec 29, 2015

    Sinak, JUBI — Lekhaka Telenggen (Leka Telenggen) yang mengaku sebagai pimpinan Kelompok bersenjata di kabupaten Puncak membenarkan peristiwa penembakan yang terjadi di Polsek Sinak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Papua dilakukan oleh anggotanya.

    “Saya siap bertanggung jawab dalam peristiwa ini. Saya dan anggota sedang was-was di markas kami untuk mengatispasi serangan balik,” kata Lekhaka, saat dihubungi Jubi, Senin (28/12/2015).

    Menurutnya, anggotanya melakukan penyerangan Polsek Sinak Minggu (27/12/2015) sekitar pukul 23.00 malam. Penyerangan ini menewaskan 3 anggota polisi yakni Bripda Rasyid (32), Bribda Armansyah (37), dan Bripda Ilham (37) dan dua lainnya mengalami luka.

    “Kami juga mengambil tujuh pucuk senjata api, dua AK 47, dua SS1, tiga Mouser dan satu peti amunisi,” ujar Lekakha.

    Lekhaka Telenggen kerap dituding sebagai pelaku kekerasan bersenjata di Kabupaten Puncak maupun Kabupaten Puncak Jaya. Padat Januari 2014, ia dituding sebagai pelaku penembakan iring-iringan mobil aparat keamanan dari Kompi E Yonif 751 Rider yang di pimpin Letnan Satu Infanteri Alafa di Pintu Angin, Mulia, Puncak Jaya. Ia juga dituding sebagai pelaku penyerangan yang menewaskan dua anggota Brimob di Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak pada awal Desember 2014.

    Baca Setelah Ayub waker Dituding Polisi, Kini Giliran Lekhaka Telenggen

  • Kronologi Kelompok Bersenjata Serbu Polsek Sinak Papua

    Joko Panji Sasongko, CNN Indonesia Senin, 28/12/2015 12:16 WIB

    Jakarta, CNN Indonesia — Markas Besar Kepolisian RI menyatakan penyerangan terhadap Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua, dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari belasan orang bersenjata. (Simak Fokus: SIAPA TEMBAK POLISI PAPUA?)

    Berikut kronologi penyerbuan yang terjadi sekitar pukul 20.45 WIT seperti dijelaskan oleh Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Harsono dan Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Patridge Renwarin:

    –     Anggota Polsek Sinak sedang menonton televisi di ruang jaga sembari bercengkerama.
    –     Kelompok penyerang yang diduga berjumlah 15 orang berjalan kaki dari arah hutan.
    –     Terdengar suara tembakan dari honai di belakang Mapolsek Sinak.
    –     Kelompok penyerang masuk dari bagian belakang Markas Polsek Sinak.
    –     Seorang warga yang sudah empat tahun membantu di Polsek Sinak, DK, membuka pintu belakang Mapolsek Sinak.
    –     Kelompok penyerang menyelinap lewat pintu belakang dan langsung menyerang polisi.
    –     Tiga polisi tewas, yakni Briptu Ridho, Bripda Arman, dan Bripda Ilham. Sementara dua rekan mereka, Briptu Suma dan Bripda Rian, mengalami luka tembak. Kelima polisi yang menjadi korban ini ada di ruang jaga saat penyerbu masuk.
    –     Kelompok penyerang merampas dua puncuk senapan AK-47, dua senapan SS1, tiga mouser, dan satu peti amunisi dari Polsek Sinak.
    –     Kelompok penyerang kabur.
    –     Para anggota Polsek Sinak dievakuasi ke Komando Rayon Militer (Koramil) yang berjarak sekitar 100-150 meter dari Polsek Sinak, termasuk tiga jenazah polisi yang tewas.
    –     Anggota Koramil dan Batalyon Infanteri 751/Raider menuju Polsek Sinak dan berjaga di sana.

    Suara tembakan dari honai di belakang Polsek Sinak, menurut Kombes Patridge, diduga menjadi semacam kode bagi DK untuk membuka pintu belakang Polsek.

    “Dari analisis kami, DK sudah bekerja sama dengan kelompok bersenjata itu,” kata Patridge.

    Hal tersebut diamini oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mulyono. Di Markas Besar TNI AD di Jakarta, Mulyono meminta semua prajurit di Papua untuk berhati-hati.

    DK yang berkhianat disebut Mulyono merupakan tenaga bantuan operasi di Polsek Sinak. “Dia dipelihara Kepolisian untuk membantu. Tapi mungkin ingkar, kami lengah, dan dia memberitahukan kondisi kami kepada orang (kelompok bersenjata),” kata dia.

    Saat ini Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw telah berada di Sinak untuk mengecek langsung kondisi di sana.

  • OPM Klaim Bertanggung Jawab Penembakan di Mulia

    Jayapura – Kelompok Bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) mengklaim bertanggung jawab, atas peristiwa penembakan di Kampung Usir Distrik Mulia Puncak Jaya, Selasa 25/5 lalu. Bahkan, OPM menegaskan, penembakan itu bagian dari perang terbuka dengan Indonesia.

    Pengakuan itu diungkapkan Pimpinan OPM Lany Jaya Puron Wenda. Ia mengatakan, kelompoknyalah yang menyerang warga sipil di Mulia. “Itu kelompok saya, mereka masuk Mulia serang warga sipil,”ujar Puron melalui telepon selulernya, Senin (1/6).

    Menurut Puron, aksi itu sebagai bukti nyata perang terbuka dengan Indonesia. “Ya, itu bagian dari perang terbuka yang sudah kami nyatakan,”ujarnya.

    Bahkan, lanjut Puron Wenda kelompoknya juga sudah melayangkan tantangan perang ke Dandim Wamena. “Saya sudah janji dengan Dandim Wamena akan baku tembak,”singkanya.

    Yang jelas, tambah Puron, perang terbuka ini dilancarkan, karena Presiden Jokowi mengklaim Ppaua sudah aman. “Presiden turun ke Papua, dia bilang aman tapi buktinya ada pertumpahan darah,”tukasnya.

    Puron Wenda juga mengklaim sudah mempersatukan semua kelompok OPM. “Saya sudah persatukan OPM, baik itu pimpinan Leka Telenggen di Yambi, Militer Murib di Ilaga dan Goliat Tabuni di Tingginambut, untuk bersama-sama lawan Indonesia,”paparnya.

    Puron mengungkapkan, mereka bertemu dan bersatu beberapa waktu lalu di Ilaga. “Kami adakan pertemuan beberapa waktu lalu di Ilaga Puncak,”kata Puron tanpa menyebut dengan jelas hari dan tanggalnya.

    Mengenai kelompok Yambi, ujar Puron, dipimpin Mati Telenggen 22 tahun dan Leka Telenggen 30 tahun. “Yambi itu kampung saya, Mati Telenggen dan Leka Telenggen adalah komandan Pos TPN OPM di sana,’’jelasnya.

    Adapun jumlah senjata yang dimilik mereka, sebanyak 16 pucuk laras panjang dan 2 pucuk laras pendek FN. “Mereka punya anggota banyak ada sekitar 50 an orang, senjata api sekitar 16 pucuk jenis SSI, AK Moting, Moser, AK 47 M16 dan FN,”terang Puron.

    Sebagian besar senjata itu adalah hasil rampasan dari TNI/Polri. “Kami rampas itu dari TNI/Polri, senjata yang baru dari Pos Polisi Kulirik beberapa waktu lalu,”paparnya.

    Ditanya kenepa menyerang warga sipil, Puron menegaskan, karena itulah bagian dari perang terbuka yang dilancarkan. “Warga sipil jadi target, karena Presiden klaim Papua aman, jadi kita hajar sipil, pengusaha kios kah, tukang ojek kah, buruh bangunan kah, PNS kah yang penting pendatang,”tandasnya. (jir/don/l03)

    Source: BintanPapua.com, Rabu, 03 Jun 2015 03:31

  • Kapolda: Tangkap Pelakunya, Hidup Atau Mati

    JAYAPURA – Kepolisian Daerah Papua menyiapkan sebanyak 70 personil Brimob untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok sipil bersenjata (KSB), Yambi pimpinan Tengahmati Telenggen yang diduga keras sebagai pelaku penembakan terhadap 6 warga sipil di kampung Usir, Distrik Mulia, Puncak Jaya, Selasa (26/5/2015) malam.

    Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi mengatakan, penembakan terhadap enam warga sipil di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya itu diperkirakan sebanyak 18 orang. Namun, usai melakukan penembakan langsung melarikan diri ke hutan sekitar distrik Mulia, namun karena medan yang begitu sulit membuat aparat kepolisian dan TNI sulit melakukan pengejaran.

    “Kami perbantukan sebanyak 70 Anggota Brimob untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok KSB tersebut dibantu TNI,” kata Kapolda Papua kepada wartawan usai melakukan rapat internal dengan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen G Siahaa, pada Rabu (27/5/2015) di Mapolda Papua.

    Menurutnya, penembakan terhadap warga sipil oleh kelompok sipil bersenjata pimpinan Tengahmati Telenggen merupakan pelanggaran hukum, sehingga mereka harus bertanggungjawab atas perbuatannya.

    “Kejadian ini pelanggaran hukum dan kelompok Tengahmati harus bertanggung jawab. Kita akan kejar dan anggota brimob yang ada diatas sudah diperintahkan Kapolres menangkap hidup atau mati,” tegasnya.

    Kata dia, kelompok KSB pimpinan Tengahmati dengan jumlah 18 orang tersebut merupakan kelompok kecil dengan menggunakan senjata sekitar 10 pucuk.

    “Kita kejar terus, namun tetap waspada sebab mereka pegang senjata. Bagi saya permasalahan ini terakhir dan kita tidak akan menyerah, mereka harus cari dan ditindak tegas,”

    tegas Kapolda .

    Dalam pengejaran anggota KSB tersebut, anggota TNI siap membantuk kepolisian dan diminta kepada masyarakat Puncak Jaya untuk tetap membantu pihak kepolisian. Namun tetap waspada karena kelompok ini sudah tidak melihat dari aspek masyarakat atau TNI/Polri “Jika kelompok ini berada di tengah masyarakat segera laporkan kepada aparat keamanan karena aksinya selalu sama ratakan,” mintanya.

    Jenderal Bintang dua ini, mengkhwatirkan, jika kelompok ini berkeliaran di Puncak Jaya tidak memandang buluh masyarakat dari mana, Apakah TNI, Polri maupun warga sipil biasa atau orang asli di Puncak Jaya. “Kami minta segera memberikan informasi jika berbaur di tengah-tengah masyarakat,” harapnya.

    Dia juga memerintahkan kepada anggotanya untuk dilakukan penangkapan dan diproses hukum sesuai aturan yang berlaku. “

    Mereka merupakan DPO kita, dan kita akan cari. Kemudian kami mengimbau kepada mereka agar menyerahkan diri. Percuma mereka melawan dan melawan karena kita dengan TNI selalu berkomitmen bahwa NKRI adalah harga mati,”

    katanya.

    Ditandaskannya, jika mereka ingin memisahkan diri maka kita akan tetap melawan mereka, sehingga diminta untuk menyerahkan diri. Namun apabila tidak, maka akan dilakukan operasi penegakan hukum. “Kami juga lebih mengedepankan operasi intelejen setiap hari,” pungkasnya. (loy/don/l03)

    Source: BinPaa, Kamis, 28 Mei 2015 08:02

  • Penembakan di Puncak Jaya 1 Tewas, 5 Luka

    JAYAPURA – Kota Mulia, Ibu Kota Kabupaten Puncak Jaya memanas. Enam warga sipil dilaporkan ditembaki oleh Kelompok Sipil Bersenjata (KSB). Satu orang warga sipil tewas dan lima orang lainnya luka akibat penembakan di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya-Papua, pada Selasa (26/5/2015) malam sekitar pukul 23.00 WIT

    Keenam korban penembakan tersebut, diantaranya Pengga Enumbi (31 thn) mengalami luka tembak pada bagian kepala mengakibatkan korban meninggal, Suryanto Tandi Payung (26 thn) mengalami luka tembak bagian pantat sebelah kiri, Alfret Tandi Payung (28 thn) mengalami luka tembak pada bagian lengan kanan, Yulianus Tandidatu ( 32 thn) mengalami luka tembak bagian tangan kiri, Yogi Rerang (21 thn) mengalami luka tembak pada bagian lengan kiri atas, Marten Tandi Payung (39 thn) mengalami luka tembak bagian lengan kanan atas.

    Juru bicara Polda Papua, Kombes Pol. Rudolf Patrige mengatakan, peristiwa penembakan yang diduga dilakukan KSB tersebut, terjadi ketika korban sedang duduk di ruang tamu sambil main kartu, lalu tiba-tiba terjadi rentetan tembakan ke dalam rumah dari luar melalui jendela, mengakibatkan 5 orang luka dan 1 orang meninggal dunia.

    “Mendapat informasi itu, anggota Polres Puncak Jaya dan TNI langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku, namun para pelaku berhasil melarikan diri. Kelima korban langsung divekuasi ke RSUD Mulia, sementara korban meninggal dunia diserahkan ke pihak keluarga,”

    katanya.

    Usai mendapat perawatan di RS Mulia, 4 dari 5 korban penembakan KSB itu langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura untuk mendapat perawatan intensif.

    “Ke empat orang korban penembakan itu dievakuasi dari RS Mulai, Puncak Jaya menuju RS Jayapura menggunkan pesawat Trigana dengan No Penerbangan PK-YPX, tiba di Bandara Sentani satu unit Ambulans milik Perhubungan Udara Bandara Sentani siapkan untuk membawa korban ke RSUD Dok II Jayapura,”

    jelasnya.

    Ia menjelaskan, korban yang dievakuasi ke Jayapura yakni, Suryono Tandipayung (26 thn), Alfret Tandipayung (28 thn), Yulius Tandidatu (32 thn), dan Marthen Tandipayung (39 thn ). “Keempat orang itu mengalami luka tembak di bagian tangan dan paha, setelah diberondong peluru yang diduga kelompok Yambi mantan anak buah Goliat Tabuni saat duduk-duduk bermain kartu dirumah salah satu korban,” katanya.

    Di tempat terpisah, Panglima Kodam XVII/Cendrawasih, Mayjen TNI Fransen G. Siahaan menyesalkan terjadinya penembakan yang mengorbankan masyarakat sipil. “Ini merupakan tindakan kejam,” ujar Pangdam saat dikonfirmasi, Rabu pagi.

    Ia mengemukakan, bahwa penembakan yang dilakukan terhadap enam orang warga sipil tersebut, merupakan kelompok Yambi. “Dari kejadian ini 1 orang meninggal dunia dan 5 orang lainnya terluka dan untuk saat ini dirawat di RSUD Mulia. Kemungkinan besar akan dievakuasi ke Jayapura hari ini,” ujar Pangdam.

    Pangdam menegaskan, kejadian itu merupakan kriminal dan menjadi tanggung jawab pihak kepolisian. “Bila polisi meminta kami (TNI) turut serta dalam pengejaran, maka kami (TNI) siap membantu,” ujar Pangdam. (loy/don/l03)

    Source: Penembakan di Puncak Jaya 1 Tewas, 5 Luka, Kamis, 28 Mei 2015 08:04

  • OPM Tebar Teror, Polri Siaga

    Puron Wenda, Enden Wanimbo dan Pasukan Mereka
    Puron Wenda, Enden Wanimbo dan Pasukan Mereka (bintangpapua.com)

    JAYAPURA – Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo, yang bermarkas di Lanny Jaya Papua, menebar teror. Teror itu dalam bentuk ancaman akan melancarkan perang terbuka terhadap TNI-Polri dan masyarakat non Papua.

    “Mulai sekarang kami nyatakan perang revolusi total dari Sorong hingga Merauke yakni perang secara terbuka terhadap semua orang Indonesia yang ada di Tanah Papua,”ujar Enden Wanimbo melalui telepon selulernya, Jumat 22 Mei.

    Perang terbuka ini, kata Enden, untuk menyatakan ketegasan bahwa perjuangan Papua Merdeka tetap menjadi harga mati, dan menolak segala bentuk dialog. “Sekaligus juga menyikapi pernyataan Presiden Jokowi, bahwa Papua sudah aman, itu tidak benar,”tegasnya.

    Menurut Enden, guna mendukung aksi perang terbuka, kelompoknya saat ini sudah mengumpulkan berbagai senjata dan amunisi. “Persenjataan sudah kami persiapkan untuk melancarkan perang terbuka,”tandasnya.

    Sementara hal senada juga dikatakan Puron Wenda, bahwa pernyataan Presiden RI Jokowi, yang mengatakan Papua sudah aman tidak benar. “Presiden katakan Papua aman itu tidak benar, Komando OPM siap perang, kami tak mau dialog yang diatur-atur Indonesia. yang suka tipu-tipu,”ujarnya.

    Ia juga mengungkapkan, kelompoknya sedang menyiapkan persenjataan. “Persenjataan sedang dikumpulkan untuk dimulainya perang terbuka, sekarang tinggal tunggu komando maka perang dimulai,”tegasnya.

    Dalam perang terbuka atau yang dinamai revolusi total dari Sabang sampai Merauke, kelompok OPM Puron Wenda dan Enden Wanimbo akan berupaya mengusir Indonesia dari Papua.

    Ia juga mengatakan, bahwa semua gerakan mereka adalah gerakan Politik untuk kemerdekaan Papua. “Kami bukan kelompok kriminal, kelompok pengacau, kelompok kecil, tapi kami pejuang kemerdekaan Papua,”jelasnya.

    Enden Wanimbo juga mengajak wartawan asing untuk masuk ke Papua, guna menyaksikan secara langsung aksi yang akan mereka lancarkan. Wartawan Internasional, nasional harus ada kebebasan untuk ambil berita di Papua,”pungkasnya.

    OPM Sebar Teror, Polisi Siaga

    Sementara itu, menyikapi ancaman OPM tersebut, Polda Papua meminta seluruh jajarannya untuk siaga dan waspada. “Kami minta Polres khususnya yang selama ini dianggap rawan untuk siaga dan waspada, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, terutama dari ancaman kelompok-kelompok yang selama ini kerap mengacau,”ujar Juru Bicara Polda Papua Kombes Patrige Renwarin, Jumat 22 Mei di ruang kerjanya.

    Memang, lanjut dia, ancaman serang dari kelompok bersenjata sudah kerap dilontarkan, namun untuk kali ini diminta keseluruh jajaran untuk meningkatkan kewaspadaan. “Sudah sering mereka ancam, tapi kami tidak meresponnya dengan langkah represif, hanya antisipatif dan preventif,”terangnya.

    Ancaman yang dilontarkan kelompok bersenjata itu, jelas ingin menciptakan keresahaan di tengah-tengah masyarakat, sehingga perlu waspadai sedini mungkin. “Kami menganalisis sejauh mana ancaman yang dilancarkan, yang jelas tujuannya membuat masyarakat resah,”ucapnya.

    Selain meningkatkan kewaspadaan, sambungnya, Polisi juga akan menggalang kelompok masyarakat baik itu masyarakat, adat dan agama untuk bersama-sama mencipatakan rasa aman dengan memberikan pemahaman kepada kelompok bersenjata itu, bahwa ancaman yang dilontarkan hanya akan meresahkan dan merugikan masyarakat Papua. “Kami akan coba berkoordinasi dengan tokoh adat, masyarakat dan agama, agar menjadi garda terdepan memberikan pemahaman kepada kelompok bersenjata itu, bahwa kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan lagi,”pungkasnya.

    Mengenai akan ada penambahan pasukan di daerah yang dianggap rawan terutama lokasi markas kelompok OPM pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo, Patrige menyatakan, hingga kini belum perlu dilakukan. “Yang penting antisipasi, waspada tapi kalau memang ada Polres atau Polsek yang perlu penambahan personil tentu akan kami kirim,”tandasnya.
    Kelompok OPM Puron Wenda dan Enden Wanimbo yang bermarkas di Lany Jaya menebar teror akan melancarkan perang terbuka terhadap TNI-Polri dan masyarakat non Papua. Perang terbuka sebagai komitmen perjuangan mereka untuk kemerdekaan Papua tidak bisa ditawar-tawar lagi.

    Kelompok Puron Wenda ini pernah menyerang Polsek Pirime tahun 2012. Tiga anggota Polisi tewas dan sejumlah senjata api berhasil dirampas. Sejumlah aksi penembakan juga kerap dilancarkan kelompok ini. Polda Papua bahkan sudah menetapkan anggota kelompok Puron Wenda cs sebagai Daftar Pencarian Orang. (jir/don/l03)

    Source: Sabtu, 23 Mei 2015 02:12, OPM Tebar Teror, Polri Siaga

  • Penyelundupan Senpi ke Wamena Digagalkan

    Jayapura – Kepolisian Sektor Kawasan Bandara Sentani Jayapura berhasil menggagalkan upaya penyeludupan senjata api dan amunisi, yang akan dibawa ke Wamena, Rabu (1/4) sekitar pukul 09.20 WIT. Pemilik senjata api berhasil kabur dan masih dalam pengejaran.

    Kapolsek Kawasan Bandara Sentani, AKP Jubelina Wally, S.H., M.H., mengatakan, upaya penyeludupan senjata api senjata rakitan dengan amunisi 6 butir kaliber 46 mm, berhasil digagalkan, setelah X-Ray utama memasuki ruang cek in mendeteksi adanya tas ransel yang mencurigakan. “Ada tas yang isinya mencurigakan saat dideteksi X-ray, setelah diperiksa ternyata berisi senpi dan amunisi,”paparnya.

    Sedangkan pemilik senjata dan amunisi berinisial HT, berhasil melarikan diri. “Pelaku masih kami kejar,”jelasnya.

    Adapun kronologis penggagalan penyuludupan senjata api ilegal tersebut, bermula ketika pukul 09.10 WIT pelaku datang ke bandara dengan menggunakan mobil Carry warna biru. Saat turun hendak cek-in, pelaku bertemu dengan dua orang saksi KK dan Lu.

    ”KK ini porter bandara, ia kemudian masuk ruang chek in membawa tas pelaku. Tapi saat pemeriksaan X-ray dideteksi ada benda mencurigakan, sehingga petugas mengamankan tas tersebut,”

    jelasnya.

    Saat dibuka, ternyata tas ransel berisi sepucuk senjata api Revolver rakitan dan 6 butir amunisi. “Petugas bandara lantas melaporkan kepada Polisi,”ucapnya.

    Selanjutna KK porter bandara yang membawa tas itu diamankan untuk dimintai keterangan. “KK kami Amankan untuk dimintai keterangan,”ujarnya.
    Saat KK diamankan, Polisi berupaya menangkap HT yang diduga pemilik senpi dan rekannya Lu, tapi keduanya berhasil melarikan diri dengan jasa ojek bandara. “Pemilik senpi berhasil kabur dari lingkungan bandara,”ungkapanya. (jir/don/l03)

    Source: Kamis, 02 April 2015 18:05, BinPa

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?