Category: Featured Post

News, information and updates on the future of West Papua, after independcence

  • Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    Oleh: Constantinopel Ruhukail)* di Suara Papua
    Penulis adalah Produser Majalah Perjuangan Papua Merdeka “FAJAR MERDEKA dan PRO-PATRIA” dibawah Kementerian Penerangan Pemerintah Revolusi Sementara Republik Papua Barat (PRS-PB) – Markas Victoria – Nagasawa, Ormu Kecil, 1982.

    Kapten Rumkorem adalah anggota TNI Angkatan Darat. Rumkorem membelot – Bergabung dengan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Papua Barat di perbatasan RI – PNG.

    Proses itu terjadi pada tanggal 17 Juli 1970. Perjalanan pembelotannya untuk bergabung dengan tokoh-tokoh pejuang Papua Merdeka tidak diketahui banyak orang, terutama teman-teman sependidikan militer yang bertugas di Markas Besar Angkatan Darat Indonesia.

    Ketika Rumkorem dalam perjalanan ke Wamena untuk melaksanakan tugas penyelidikan dan pemeriksaan kas keuangan negara, dalam penerbangannya melintasi pegunungan Cartenz, Rumkorem tertegun melihat salju putih yang menyelimuti puncak pegunungan itu. Hatinya hancur teringat ayat-ayat lagu kebangsaan Papua Barat “Hai Tanahku Papua” yang berkisah tentang keindahan alam Papua di gunung, di sungai, di pantai, di pulau di seluruh tanah Papua yang bukan saja indah dan permai, tetapi juga kaya raya.

    Pikirannya melayang penuh penyesalan karena keputihan salju itu mungkin akan hilang dan tenggelam dalam kekuasaan kaum penjajah jika tidak diperjuangkan dan dipertahankan oleh orang Papua. Dalam suasana itulah Rumkorem mengambil keputusan untuk membelot meninggalkan Indonesia dan bergabung dengan tokoh-tokoh pejuang Papua Merdeka. (wawancara Wapupi0275 dengan Mr. Rudi Raka, Staff Intelijen Kepresidenan Pemerintahan Rumkorem-Prai 1973).

    Apa itu FKPPB-Angkatan 1969?

    Front Komando Pembebasan Papua Barat (FKPPB) ini dibentuk oleh pemuda-pemuda Papua yang mundur ke perbatasan sebelum Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969 dilaksanakan. Front dibentuk pada tahun 1969 oleh sebab itu dikenal juga sebagai Front Angkatan-1969.

    Disebutkan bahwa Front ini merupakan suatu Badan Sementara yang mempersiapkan segala kemungkinan untuk mengambil-alih kekuasaan dari pemerintah kolonial Indonesia, jika nantinya proses pemilihan yang berasaskan “Satu Orang Satu Suara/One Man One Vote” dimenangkan oleh bangsa Papua. Dengan demikian bisa diraba bahwa Front Komando Pembebasan Papua Barat ini merupakan Badan Peralihan Pemerintahan yang dipersiapkan menjelang pelaksanaan pemungutan suara (Referendum) sesuai Perjanjian New York (New York Agreement 1962). Bahkan, dalam persiapan pengambil-alihan kekuasaan itu, satuan Angkatan Darat Papua Barat pun didirikan dibawah pimpinan, Ben Joku. Tentara Nasional Papua Barat di masa itu belum lahir atau terbentuk.

    Satuan Komando yang hanya ada pada waktu itu adalah PENTANA. PENTANA adalah sebuah kelompok pemuda Papua yang didirikan atas dasar cinta tanah air yang bergerak sebagai pasukan gerilya di bawah pimpinan Luis Bonay.

    Rumkorem di Perbatasan (PNG)

    Kapten Rumkorem tiba di perbatasan tanpa seragam militer, walaupun ia adalah seorang Calon Perwira Tinggi di Markas Besar Angkatan Darat Indonesia. Ia diantar oleh seorang kurir laut, lelaki Papua asal Teluk Saireri yang tidak pernah menuntut perjuangan Papua Merdeka atas segala upaya yang dilakukannya untuk menyelamatkan para pejuang Papua Merdeka dari tangan Indonesia.

    Di perbatasan, tepatnya di sebuah pantai berbatu yang kemudian pada tahun 1978 akan disebut pantai Bonay, Rumkorem bertemu dengan dua tokoh pejuang Papua Merdeka, Richard Uri Joweni (Wondama Katui) dan Luis Nussy. Pertemuan mereka terjadi secara singkat dan berkeputusan untuk segera melanjutkan perjalanan ke Scothtiau (Skotiau) untuk bergabung dengan sejumlah pemuda Papua yang sudah berada di Markas Victoria. Perlu dicatat di sini, bahwa Skotiau merupakan basis perjuangan Papua Merdeka yang diakui dan sering mendapat kunjungan dari petugas-petugas pemerintah Administrasi Australia yang berkedudukan di Vanimo.

    Rumkorem Tiba di Markas Victoria, Scothtiau:

    Di Markas Victoria, Rumkorem disambut oleh Jacob H. Prai, Sekretaris Jenderal Front Komando Pembebasan Papua Barat (FKPPB-Angkatan 1969). Dari sekian Anggota Front Komando, hanya Prai yang bertahan di daerah perbatasan setelah Pepera-1969 dilaksanakan. Sedangkan Pimpinan FKPPB, Menase Suwae, Kepala Staff Atanasius Bob Kubia, ditambah anggota pejuang Papua Merdeka lainnya seperti, Carlos Joku, Ben Joku, William Brabar, Marthinus Elky Kambu, Leo Yambi, meninggalkan perbatasan masuk ke wilayah administrative Australia untuk meminta perlindungan politik.

    Antara 17 Juli 1970 hingga 28 Juni 1971, Rumkorem dan Prai berhasil membangun Markas Victoria menjadi suatu pusat perencanaan dan pengaturan strategi perjuangan Papua Merdeka, baik di bidang politik maupun militer untuk membebaskan Papua Barat dari penjajahan. Dengan bekal pengetahuan dan keahlian militer yang diperolehnya, Kapten Rumkorem memulai tugasnya dengan mendidik/melatih para pemuda Papua untuk menjadi Opsir-opsir Tentara Papua. Diantaranya Simon Imbiri, Habel Atanay, Jereth Wayoi, John Upuya, Aquila Major, Sepi Wayoi, Philemon Yarisetouw, Yosephat Wayoi, Marthen Tabu, Jance Demetouw, dll.

    Philemon Yarisetouw, atas pertimbangan dan pandangan Rumkorem, ia diangkat menjadi Kepala Staf.

    Sementara itu, Nicolaas Jouwe, Ketua National Liberation Council (NLC) tiba kembali di Belanda setelah beberapa bulan lamanya berada di New York, Amerika Serikat, untuk menggugat hasil Pepera yang dilaksanakan secara curang dan tidak memenuhi hukum Internasional tentang hak-hak politik bangsa Papua.

    NLC diketuai oleh Nicolaas Jouwe, Sekretaris Jenderal: Z. Sawor, Anggota: Hein Inggamer, Saul Hindom.

    Nicolaas Jouwe menemukan dua surat dari Markas Victoria yang dikirim oleh Rumkorem dan Prai. Satu surat berisi laporan tentang program-program revolusi yang sedang dirancang.  Sementara surat yang lainnya berisi dua hal: (1) menanyakan kepada Jouwe sebagai Ketua NLC apakah ada kemungkinan penggugatan terhadap Hasil Pepera di PBB; (2). Menawarkan Nicolaas Jouwe untuk menjadi Kepala Negara Papua Barat.

    Ini adalah jawaban Nicolaas Jouwe (mengulangi kata-katanya sendiri 21 tahun kemudian, yaitu pada perayaan 30 tahun Hari Bendera Bintang Kejora, 1 Desember 1991 di Belanda): “Kedua Adik Rumkorem dan Prai. Tidak ada kemungkinan untuk kita menggugat; satu-satunyanya jalan adalah Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat secara sepihak. Adik berdua masih muda. Pimpin perjuangan ini. Adik Rumkorem, kau kaka usulkan sebagai Presiden dan adik Prai kau sebagai Ketua Senat”, begitu jawaban Nicolaas Jouwe atas dua surat yang diterimanya dari Markas Victoria.

    Dari Scothiau ke Holomba – Rencana Pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Papua.

    Tidak diberitahukan sejak kapan Rumkorem dan Prai serta rombongan meninggalkan Markas Victoria di Scothiau menuju Holomba, Waris. Tapi dari hasil wawancara dengan Rudy Raka, disebutkan bahwa Rapat terakhir terjadi pada tanggal 25 Juni 1970 untuk menetapkan siapa yang harus mengumumkan Proklamasi itu. Apakah Bonay, Jouwe ataukah Rumkorem Prai. Proposal yang diajukan oleh Joweni dan Nussy diterima oleh Sidang Rapat. Rumkorem dan Prai ditetapkan sebagai pelaksana dan tanggal 1 Juli ditetapkan sebagai tanggal Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Papua Barat.

    Dengan demikian sudah ditargetkan bahwa pada tanggal 1 Juli 1971 pagi, daerah kecamatan Waris sudah harus dikuasai/diduduki oleh pasukan Papua Merdeka yang dipimpin oleh Opsir Simon Imbiri.

    Perhitungan meleset dan terjadilah kontak senjata antara Pasukan Papua Merdeka yang dipimpin oleh Opsir Simon Imbiri dengan satuan Tentara Indonesia di Pos Waris, dimana pasukan Papua Merdeka terpaksa mengundurkan diri karena kekuatan personil dan peralatan perang yang tidak berimbang. Tercatat dua pemuda Papua Merdeka yang celaka dalam kontak senjata itu masing-masing: John Upuya dan Josephat Wayoi.

    Keduanya berhasil dievakuasi ke Imonda di Wilayah Papua New Guinea, kemudian dijemput oleh seorang Patrol Officer (Bestuur) dari Pemerintahan Administrative Australia, Mr. Bob Lock.

    Rencana Pengumuman Proklamasi ditunda, dan pasukan Papua Merdeka kembali ke pangkalan, yaitu Markas Victoria, Scothiau.

    Proklamasi 1 Juli 1971 di Tahun 1973

    Dua tahun kemudian setelah peristiwa Holamba, Waris, yaitu pada tanggal 3 Februari 1973, Proklamasi 1 Juli 1971 diumumkan secara resmi di Markas Victoria, Scothiau.

    Bersamaan dengan itu, Dewan National Papua Barat juga diumumkan ditandai dengan Pengambilan Sumpah Presiden dan Kabinet serta Ketua Senat, dan Peresmian Pendidikan militer dan pembentukan Satuan Tentara Papua Barat yang disebut: Tentara Pembebasan Nasional – TPN/OPM.

    Pada tanggal 26 Maret 1973, Opsir-opsir dan Anggota Satuan Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Angkatan pertama dilantik.

    Seth J. Rumkorem, adalah seorang proklamator, seorang pejuang dan tokoh OPM, tetapi bukan pendiri OPPM.

    OPPM (Organisasi Perjuangan Papua Merdeka) didirikan di Manokwari diawal tahun 1965 oleh Terianus Aronggear dan Aser Demotekay (OPM Files1965).

    Mansar Rumkorem membentuk Free Papua Movement (FPM/OPM) sebagai organisasi perjuangan Nasional pada tanggal 1 Juli 1971, dan diumumkan pada tanggal 15 Juli 1977 di Markas Victoria, Hollandia.

    Kutipan Mukadimah Anggaran Dasar dan Program Umum Revolusi Rakyat Papua Barat:

    “Organisasi Papua Merdeka (OPM) jang setjara resminja tidak pernah dibentuk, akan tetapi adalah nama jang umum digunakan bagi semua organisasi perdjoangan diseluruh tanah air, maka berdasarkan perkembangan-perkembangan sekitar perdjoangan kemerdekaan dan hasil-hasil yang ditjapai, sudalah waktunja organisasi ini dibentuk secara resmi dan disempurnakan sebagai organisasi perdjoangan Nasional dengan nama resmi FREE PAPUA MOVEMENT”. (*)

  • TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    Manokwari, Jubi-Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB Kodap Sorong mengaku bertanggung jawab atas penembakan terhadap Kopda Hendrianto dan Pratu Frengky Gulo dari Pos Satgas 133/YS Pos Bousha di Jalan Kampung Bousha Distrik Aifat Selatan, Senin (25/12/2023).

    Kopda Hendrianto tewas dalam insiden tersebut setelah tertembak di  bagian kepala sebelah kanan, sedangkan Pratu Frengky mengalami luka tembak di bagian perut dan kini menjalani perawatan di rumah sakit.

    Jenazah Kopda Hendrianto dikabarkan akan dikirim kembali ke kampung halamannya di Jambi.

    Melalui rilis pers yang diterima Jubi, Selasa (26/12/2023) Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan, TPNPB Wilayah Sorong  batalkan perayaan Natal kemudian serang pos militer dan  tembak mati 1 anggota TNI dan yang satunya kritis akibat kena luka tembak.

    Sebby mengatakan, manajemen Markas Pusat Komando Nasional, TPNPB-OPM telah terima laporan resmi dari pasukan TPNPB Wilayah IV Sorong Raya Maybrat-Papua. Dalam laporannya,  mereka mengatakan pasukan TPNPB di bawah Pimpinan Wakil Komandan Operasi Mamfred Fatem telah serang Pos TNI dan berhasil tembak 2 anggota TNI  di Kampung Bousha, Distrik Aifat Selatan.

    “Penembakan ini telah dilakukan pada  Senin,  25 Desember 2023, dan lokasi penembakan Kampung Bousha, Distrik Aifat Selatan  Kabupaten Maybrat-Papua,” kata Sebi Sambom.

    Dalam laporan TPNPB Wilayah IV Sorong Raya di bawah Pimpinan Panglima Deny Moos dan Komandan Operasi Mayor Arnoldus Yansen Kocu menyebut bahwa mereka bertanggungjawab atas serangan ini, dan ini merupakan kelanjutan Perang Pembebasan Nasional Papua Barat demi merebut kembali hak kemerdekaan yang telah dirampas oleh Indonesia pada 1 Mei 1963.

    “Perang tidak akan berhenti, jika Papua sedang diduduki Secara illegal oleh Pemerintah Kolonial Republik Indonesia,” tegas Sambom.

    Sebelumnya Kepala Penerangan Kodam XVIII Kasuari Kolonel Inf Syawaluddin Abuhasan membenarkan insiden penembakan di Kampung Bousha Distrik Aifat Selatan Kabupaten Maybrat Papua Barat. “ia benar terjadi penembakan di Maybrat pada Senin (25/12),” ucap Kapendam saat dikonfirmasi. (*)

  • United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Masa Depannya

    United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Masa Depannya

    ULMWP

    Di tengah lautan luas di Selat Malaka ada sebuah pulau yang terpencil dan terlupakan. Pulau itu selalu terlihat tenang dan damai, namun di balik kedamaian yang terlihat, di sebalik gunung-gunung yang indah, ada sebuah gerakan yang luar biasa yang sedang berlangsung. Gerakan yang disebut United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) sedang berjuang untuk mengakhiri penindasan dan menciptakan kebebasan bagi penduduk di tanah air mereka.

    ULMWP adalah organisasi yang didirikan pada tahun 2014 oleh sekumpulan pemimpin suku, aktivis hak asasi manusia, dan pemimpin politik di Papua Barat. Tujuan mereka adalah untuk mencapai kemerdekaan, mencegah penindasan, dan mempromosikan hak-hak suku di tanah air mereka. ULMWP telah mengambil langkah-langkah konkret untuk memperjuangkan hak-hak ini, termasuk mempromosikan kesadaran tentang isu-isu Papua Barat, membuat kampanye global untuk mengajak orang lain beraksi, dan berpartisipasi dalam pertemuan antarnegara untuk mempromosikan kepentingan suku Papua Barat.

    ULMWP mengambil pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengakhiri penindasan suku Papua Barat. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan membangun kesadaran tentang isu-isu di Papua Barat. Melalui berbagai kampanye, ULMWP berupaya mengajak orang-orang di seluruh dunia untuk peduli dengan isu-isu di Papua Barat dan bersama-sama mengambil tindakan untuk mengakhiri penindasan suku Papua Barat.

    Selain itu, ULMWP juga telah berpartisipasi dalam berbagai pertemuan antarnegara untuk mempromosikan kepentingan suku Papua Barat. Dengan berpartisipasi dalam forum internasional, ULMWP berharap bahwa isu-isu di Papua Barat akan diperhatikan oleh para pemimpin dunia. ULMWP juga telah menyatakan komitmen mereka untuk berkontribusi secara konstruktif dan berkelanjutan dalam mencapai kemerdekaan di Papua Barat.

    ULMWP adalah contoh yang luar biasa tentang bagaimana kekuatan dan keberanian kolektif dapat mengubah sebuah situasi. Organisasi ini telah menyatakan komitmen mereka untuk terus memperjuangkan hak-hak suku Papua Barat. Dengan visi yang jelas dan tujuan yang mulia, ULMWP telah menjadi inspirasi bagi berbagai organisasi lain di seluruh dunia untuk mengambil tindakan melawan penindasan dan mencapai keadilan bagi semua orang.

    Masa Depan

    Masa depan ULMWP mengalami tantangan berar, pertama-tama karena penyakit akut bernama “perpecahan” dan “konflik” internal masih saja berlanjut. Peristiwa terakhir di mana telah terjadi perpecahan yang cukup memprihatinkan antara pemimpin ULMWP di bawah pengaruh Oktovianus Motte, yang mengedepankan dialogue dengan Indonesia sebagai jalan moderat menghadapi penjajah Indonesia dan ULMWP di belakang barisan Hon. Benny Wenda, yang memilih untuk menggunakan tiga peta-jalan, yaitu kunjungan Komisi Tinggi PBB ke West Papua, keanggotaan penuh ULMWP di MSG dan resolusi PBB tentang referendum di West Papua.

    Jalan satu-satunya ada di tangan Dewan Penasehat Agung (DPA) yang dibentuk oleh ULMWP sendiri berdasarkan Undang-Undang Dasar Pemerintah Sementara 2020, dan kini telah menjadi Undang-Udang Dasar ULMWP sejak September 2023.

    Pimpinan gereja di Tanah Papua, pimpinan militer dan pimpinan atau tokoh adat di Tanah Papua harus berani mengambil langkah untuk melakukan rekonsiliasi, atau semacam saling pengertian di antara yang berbeda pendapat.

    Kalau tidak, perpecahan akan terus terpelihara dan berkembang-biak, dan dengan demiian memperkokoh pendudukan NKRI di wilayah West Papua.

  • Pemerintahan Sementara secara resmi GUGUR dalam forum tertinggi KTT II ULMWP?

    Pemerintahan Sementara secara resmi GUGUR dalam forum tertinggi KTT II ULMWP?

    Pemerintahan Sementara secara resmi GUGUR dalam forum tertinggi KTT II ULMWP. Perjuangan panjang tidak sia-sia. Semua harapan yang datang dari berbagai pihak atas dinamika pasca hadirnya pemerintahan Sementara telah di lewati dan dijawab dengan perdebatan dan diskusi yang panjang selama KTT II ULMWP berlangsung di Port Vila, Vanuatu.
    Akhirnya, ULMWP secara resmi tidak lagi menggunakan istilah Pemerintahan Sementara namun kembali pada penyebutan sebelumnya sebagai wadah persatuan gerakan perjuagan pembebasan nasional.
    Hasil KTT secara resmi telah diumumkan. Ada beberapa hal yang telah di sampaikan kepada publik secara khusus kepemimpinan baru yang terpilih dalam forum tertinggi itu.
    Walaupun demikian, ada hal prinsip yang perlu di perjuagankan oleh semua organisasi gerakan perlawanan dalam internal gerakan yaitu; “ULMWP harus dikembalikan sebagai wadah kordinatif dan menghapus Trias politica sebagai bentuk struktur yang hanya menyubat demosirasi serta partisipasi lansung dari gerakan rakyat secara menyeluruh”.
    Soal ini tidak bisa di kompromi. 6 tahun lalu adalah pelajaran terburuk yang penting untuk kita pelajari. Tidak ada kemujuan apapun dalam gerakan perjuagan selain kekacauaan.
    Tanggungjawab kepemimpinan yang baru harus mampu memahami situasi ini, terutama mengelola berbagai macam perbedaan dalam wadah persatuan nasional, memadukan berbagai perbedaan tanpa menghancur eksistensi oraginasasi gerakan yang secara sukarela ingin bersatu dalam (ULMWP).
    Akhirhya, saya ingin mengucapkan Selamat atas terpilihnya kepemimpinan yang baru.
    Vanuatu, 4 September 2024
  • Presiden Rusia Tandatangani UU Yang Cabut Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir

    Presiden Rusia Tandatangani UU Yang Cabut Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir

    MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada hari Kamis (2/11) menandatangani undang-undang yang mencabut ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif Rusia.

    Perjanjian tahun 1996 melarang semua ledakan nuklir, termasuk uji langsung senjata nuklir, meskipun perjanjian tersebut tidak pernah berlaku karena beberapa negara penting, termasuk Amerika Serikat dan China, tidak pernah meratifikasinya.

    Negara-negara Barat menuduh Rusia menggunakan retorika nuklir yang sembrono sejak melancarkan serangan terhadap Ukraina pada Februari lalu.

    Putin pekan lalu mengawasi latihan rudal balistik yang menurut Menteri Pertahanan Sergei Shoigu merupakan latihan serangan nuklir balasan “besar-besaran” terhadap musuh yang tidak disebutkan namanya.

    Putin juga mengatakan bulan lalu bahwa dia “belum siap untuk mengatakan” apakah Rusia akan melakukan uji coba nuklir langsung.

    RUU untuk mencabut perjanjian tersebut disahkan parlemen Rusia bulan lalu dalam proses jalur cepat.

    Selama dengar pendapat di parlemen, Ketua Duma Negara Bagian, Vyacheslav Volodin, mengatakan langkah untuk mencabut perjanjian tersebut merupakan respons terhadap “sinisme” dan “sikap tidak sopan” Amerika Serikat terhadap senjata nuklir.

    Meski tidak pernah berlaku, perjanjian tersebut telah diratifikasi oleh 178 negara, termasuk negara nuklir Prancis dan Inggris, dan memiliki nilai simbolis.

    Para pendukungnya mengatakan perjanjian ini menetapkan norma internasional yang melarang uji langsung senjata nuklir, namun para kritikus mengatakan potensi perjanjian tersebut masih belum terealisasi tanpa adanya ratifikasi dari negara-negara besar yang memiliki senjata nuklir.

    Parlemen Rusia meratifikasi perjanjian tersebut pada bulan Juni 2000, enam bulan setelah Putin pertama kali menjadi presiden. (AFP)

    Editor : Sabar Subekti

    Artikel ini telah tayang di satuharapan.com dengan judul “Presiden Rusia Tandatangani UU Yang Cabut Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir”, Klik untuk baca: https://www.satuharapan.com/read-detail/read/presiden-rusia-tandatangani-uu-yang-cabut-perjanjian-larangan-uji-coba-nuklir
    Penulis : Sabar Subekti

  • Indonesia’s Largest Fleet Of Taxis Teams Up To Beat Ride-hailing Apps

    Indonesia’s Largest Fleet Of Taxis Teams Up To Beat Ride-hailing Apps

    Dropcap the popularization of the “ideal measure” has led to advice such as “Increase font size for large screens and reduce font size for small screens.” While a good measure does improve the reading experience, it’s only one rule for good typography. Another rule is to maintain a comfortable font size.

    Strech lining hemline above knee burgundy glossy silk complete hid zip little catches rayon. Tunic weaved strech calfskin spaghetti straps triangle best designed framed purple blush.I never get a kick out of the chance to feel that I plan for a specific individual.

    Separated they live in Bookmarksgrove right at the coast of the Semantics, a large language ocean. A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. It is a paradisematic country, in which roasted parts of sentences fly into your mouth.

    A wonderful serenity has taken possession of my entire soul, like these sweet mornings of spring which I enjoy with my whole heart. Even the all-powerful Pointing has no control about the blind texts it is an almost unorthographic life One day however a small line of blind text by the name of Lorem Ipsum decided to leave for the far World of Grammar. The Big Oxmox advised her not to do so, because there were thousands of bad Commas, wild Question Marks and devious Semikoli, but the Little Blind Text didn’t listen.

    On her way she met a copy. The copy warned the Little Blind Text, that where it came from it would have been rewritten a thousand times and everything that was left from its origin would be the word “and” and the Little Blind Text should turn around and return to its own, safe country.

    A wonderful serenity has taken possession of my entire soul, like these sweet mornings of spring which I enjoy with my whole heart. I am alone, and feel the charm of existence in this spot, which was created for the bliss of souls like mine. I am so happy, my dear friend, so absorbed in the exquisite sense of mere tranquil existence, that I neglect my talents.

    But nothing the copy said could convince her and so it didn’t take long until a few insidious Copy Writers ambushed her, made her drunk with Longe and Parole and dragged her into their agency, where they abused her for their projects again and again. And if she hasn’t been rewritten, then they are still using her.

    A busy man keeps working while he waits. | Image: Unsplash

    Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts. Separated they live in Bookmarksgrove right at the coast of the Semantics, a large language ocean. A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia.

    A collection of textile samples lay spread out on the table – Samsa was a travelling salesman – and above it there hung a picture that he had recently cut out of an illustrated magazine and housed in a nice, gilded frame. It showed a lady fitted out with a fur hat and fur boa who sat upright, raising a heavy fur muff that covered the whole of her lower arm towards the viewer.

    Gregor then turned to look out the window at the dull weather. Drops of rain could be heard hitting the pane, which made him feel quite sad. “How about if I sleep a little bit longer and forget all this nonsense”, he thought, but that was something he was unable to do because he was used to sleeping on his right, and in his present state couldn’t get into that position. However hard he threw himself onto his right, he always rolled back to where he was.

    The will to win, the desire to succeed, the urge to reach your full potential these are the keys that will unlock the door to personal excellence.

    One morning, when Gregor Samsa woke from troubled dreams, he found himself transformed in his bed into a horrible vermin. He lay on his armour-like back, and if he lifted his head a little he could see his brown belly, slightly domed and divided by arches into stiff sections.

    A wonderful serenity has taken possession of my entire soul, like these sweet mornings of spring which I enjoy with my whole heart. Even the all-powerful Pointing has no control about the blind texts it is an almost unorthographic life One day however a small line of blind text by the name of Lorem Ipsum decided to leave for the far World of Grammar. The Big Oxmox advised her not to do so, because there were thousands of bad Commas, wild Question Marks and devious Semikoli, but the Little Blind Text didn’t listen.

    His room, a proper human room although a little too small, lay peacefully between its four familiar walls. A collection of textile samples lay spread out on the table – Samsa was a travelling salesman – and above it there hung a picture that he had recently cut out of an illustrated magazine and housed in a nice, gilded frame.

    It showed a lady fitted out with a fur hat and fur boa who sat upright, raising a heavy fur muff that covered the whole of her lower arm towards the viewer. Gregor then turned to look out the window at the dull weather. Drops of rain could be heard hitting the pane, which made him feel quite sad.

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?