Author: wpra

  • Front Pepera PB Tolak PP No. 77

    Front Pepera PB

    Jogyakarta, FrontPeperaPB – Puluhan Masyarakat dan Mahasiswa Papua di Jogyakarta yang bergabung dalam Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat (Front Pepera-PB) melakukan aksi massa, Senin (31/03) kemarin. Mereka menolak Peraturan Pemerintah No. 77 Tentang Pelarangan Pemakaian Atribut Papua Barat.

    Aksi dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dengan long march dari Stasiun Kereta Tugu (Abu Bakar Ali) dan berakhir di Kantor Post DIY. Massa Front Pepera PB itu menolak segala bentuk peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah yang mana salah satunya adalah Peraturan Pemerintah No 77 Tentang pelarangan Pemakaian atribut Papua Barat. Menurut mereka, PP No. 77 sudah membunuh harapan orang Papua akan kebebasan untuk berekspresi dan menyampaikan pendapat di muka umum.

    Mereka dengan tegas mengutuk perlakuan pemerintah, terutama aparat Kepolisian yang dengan sewenang-wenang melakukan sweeping barang-barang seperti atribut bercorak bintang kejora, gambar-gambar tentang Papua dan berbagai atribut lainnya.

    Kehadiran PP Nomor 77 ternyata membuat resah masyarakat Papua, terutama mereka yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan gelang, kalung dan tas bercorak bendera bintang kejora. Perhiasan tersebut ternyata diminati semua orang, baik Papua dan Non Papua. Ketertarikan ini bukan karena atribut tersebut bernilai politis, tetapi lebih pada seni dan keindahannya.

    “PP Nomor 77 hanyalah trik bisnis untuk menyelamatkan pabrik pembuat tas di pulau Jawa dan pasaran tas di Papua yang omzetnya menurun ketika hampir semua orang di Papua memilih memakai tas bercorak bendera bintang kejora,” tandas seorang peserta Aksi.***

  • Kasus Korupsi Di Boven Digoel

    Dugaan Kasus Korupsi Yang Disampaikan Oleh Kejati Papua, Bahwa APBD Kabupaten Boven Digoel Yang Dimana Negara Dirugikan Sebesar Rp. 130 Miliyar, Agar Segerah Di Tindaklanjuti Dengan Tegas Oleh Kejati Papua Sesuai Dengan Hukum Yang Berlaku Di Negara Indonesia.

    Dugaan Kasus Korupsi yang disampaikan oleh Kejati Papua Pada hari jumad tanggal 11 Januari 2007 di Cenderawasih Pos, bahwa APBD Kabupaten Boven Digoel tahun anggaran 2006 – 2007 telah disalah gunakan oleh pejabat Kabupaten Boven Digoel. Menurut Pemerintah suatu kerugian besar bagi Negara dan lebih khusus Masyarakat Boven Digoel… yang menjadi korban dalam pembangunan baik infrastruktur, ekonomi masyarakat, dan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang tidak secara langsung di matikan. Semua pergerakan pembangunan tidak berjalan dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat, kalau memang realitanya seperti ini, kesejahteraan apa lagi yang mau diharapkan oleh masyarakat? (more…)

  • Greenpeace Dukung Papua Larang Ekspor Log

    TEMPO Interaktif, Jakarta:
    Greenpeace mendukung Peraturan Daerah Papua tentang larangan ekspor kayu gelondongan. Kebijakan pemerintah Daerah ini mendapatkan dukungan dari LSM lingkungan Greenpeace.

    Namun, pada tanggal 17 Maret 2008 di Jayapura, 40 perwakilan industri kehutanan meminta keringanan atas kebijakan yang dibuat Pemda Papua. Hal yang sangat disayangkan oleh Greenpeace adalah permintaan itu didukung oleh pemerintah pusat, melalui Presiden dan Wakil Presiden.

    “Pemerintah Daerah Papua memiliki komitmen yang teguh untuk menyelamatkan hutan Papua dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, seharusnya pemerintah juga mendukung.” Ujar Bustar Maitar, Juru bicara Greenpece di Jayapura.

    Rencana Papua untuk melarang kayu gelondongan dan CPO keluar dari bumi Cendrawasih muncul dari Gubernur Barnabas Suebu di sela konferensi PBB tentang Perubahan Iklim yang berlangsung di Bali.

    Suebu menyatakan Papua akan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda)tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan.Larangan ini telah melahirkan Perda yang disahkan oleh DPRD pada Januari 2008. Isi Perda antara lain tentang pelarangan ekspor CPO dan kayu gelondongan dari Papua.

    Secara global, laju pennggundulan hutan tropis telah berkontribusi dalam meningkatkan emisi gas rumah kaca sebesar 20%. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan penggundulan hutan tercepat versi Guinness Book of Record 2007.

    Fanny Febyanti

  • Menko Polhukam: Pernak-pernik Bintang Kejora Juga Separatisme

    Ramdhan Muhaimin – detikNews

    Jakarta – Simbol Bintang Kejora tidak sebatas dalam bentuk bendera. Temuan Komisi I DPR memperlihatkan adanya simbol atau logo Bintang Kejora dalam bentuk pernak-pernik kerajinan tangan. Menko Polhukam Widodo AS menegaskan pernak-pernik merupakan upaya separatisme yang melanggar UU.

    “Dalam PP 77 tahun 2007 tentang penggunaan lambang dan simbol-simbol daerah ada larangan-larangan tentang penggunaan simbol-simbol yang bersifat separatis dalam apa pun bentuknya,” ujar Widodo dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi I DPR, Senayan, Jakarta, Senin (24/3/2008).

    Pernyataan Widodo menanggapi pertanyaan Komisi I yang mempertanyakan masih dijumpai lambang Bintang Kejora dalam bentuk selain bendera yakni pernak-pernik, apakah itu termasuk kategori upaya separatisme atau bukan.

    Widodo menegaskan, masyarakat yang membuat dan menjual kerajinan tangan seperti pernak-pernik Bintang Kejora akan diambil tindakan persuasif.

    “Kalau ada masyarakat yang membuat pernak-pernik seperti itu, kita akan langsung berdialog. Kalau perlu diganti modal mereka supaya tidak menjual,” jelas Widodo.
    (nik/nrl)

  • Oh Kava, Mi Ded Long You!

    Oh Kava, Mi Ded Long You!
    Open Letters from the Koteka Children: Edition XIIIa
    To Hon. Her Excellency: ni-Vanuatu

    Sem Karoba, et.al.

    @nti-copyrights w@tchPAPUA
    January 2005 – March 2008
    [Please feel free to make copies & distribute, as widely as possible across Melanesian Archipelago]
    =================

    The Koteka Tribal Assembly (Demmak)
    Messenger for the International Community
    P.O. Box NONE, Port Numbay, West Papua,
    Email: koteka@melanesianews.org
    Homepage: http://demmak.melanesianews.org/
    Port Numbay, 18 December 2004

    To My Dear Kava
    c/o Lou Ko Tai Nakamal
    The Black Man Town,
    the Island of Tanna,
    The Republic of Vanuatu, MELANESIA
    Subject: Kava! Mi Ded Long Yu!

    Dear Darling,

    Since we met at the first time at Crossroads Kava Bar in Blacksands that evening, you totally and drastically changed my life. The changes are indescribable as they are beyond imagination of any kinds and above any words I have in my memory and my knowledge to describ…

  • Sembilan Mahasiswa Manokwari Tersangka Makar

    Senin, 17 Maret 2008 | 16:58 WIB
    TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepolisian Resort Manokwari kini telah menetapkan sembilan mahasiswa sebagai tersangka maker. Mereka dituduh bersalah membentangkan bendera bintang kejora dalam demonstrasi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Manokwari beberapa waktu lalu.

    Waktu itu, polisi menangkap 10 mahasiswa. “Namun kemudian polisi menetapkan sembilan tersangkanya,” kata Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Senin (17/3).

    Kamis lalu sekitar 100 orang yang terhimpun dalam Badan Eksekutif Mahasiswa se-Manokwari berdemonstrasi di Gedung DPRD Manokwari. Mereka menolak Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007 tentang lambang daerah dan pelaksanaan referendum Papua. Dari aksi itu polisi menyita enam bendera bintang kejora. “Sehari setelahnya mereka ditetapkan jadi tersangka,” kata Abubakar.

    Pada 3 Maret lalu aksi serupa terjadi di Gedung Olah Raga Sanggek, Manokwari, oleh anggota West Papua National Authrority. Kepolisian Resort Manokwari menyita dua bendera bintang kejora dan menahan lima orang. Dua dari lima orang itu kemudian ditetapkan sebagai tersangka. “Semuanya akan dikenai pasal tentang perbuatan makar,” kata Abubakar. DESY PAKPAHAN

  • BUKU SERI PENDIDIKAN POLITIK UNTUK RAKYAT

    Judul:

    KONTROVERSI DOGIYAI:

    Pro-Kontra Pemekaran Kabupaten Dogiyai dalam Fenomena Politik dan Ekonomi Global, Indonesia dan Papua Barat

    Penulis:

    Yakobus Odiyaipai Dumupa

    Penerbit:

    Paradise Press

    Tahun terbit:

    2008

    Tebal:

    xvi + 320 halaman

    Daftar Isi:

    Halaman Persembahan

    Ucapan Terima Kasih

    Pengantar Penulis

    Bab I. Fenomena Politik di Papua Barat

    Bab II. Menimbang Kembali Aspirasi Pemekaran Kabupaten Dogiyai

    Bab III. Argumentasi Pro Pemekaran Kabupaten Dogiyai

    Bab IV. Argumentasi Kontra Pemekaran Kabupaten Dogiyai

    BAB V. Menjembatani Argumentasi Pro dan Kontra Pemekaran Kabupaten Dogiyai

    BAB VI. Sesat Pikir Tim Sukses Kabupaten Dogiyai: Janji-janji Kosong dan Tindakan Busuk

    BAB VII. Dampak Pemekaran Kabupaten Dogiyai di Masa Depan

    BAB VIII. Keteguhan di Tengah Badai Tuduhan: Sebuah Pemberontakan dan Pembelaan Diri

    Daftar Pustaka

    Tentang Penulis

    Abstrak:

    Keinginan menulis buku berjudul “KONTROVERSI DOGIYAI: Pro-Kontra Pemekaran Kabupaten Dogiyai dalam Fenomena Poli…

  • Burung Langka Ditemukan Kembali

    TEMPO Interaktif, LONDON:
    Kelompok perlindungan burung Inggris, Royal Society for the Protection of Birds, Jumat lalu, menyatakan seorang pakar yang melakukan perjalanan di atas kapal di timur laut pulau itu memotret lebih dari 30 burung petrel Beck.

    Foto ini juga memperlihatkan burung-burung muda, yang menunjukkan adanya tempat unggas tersebut berkembang biak tak jauh dari sana. Ornitologis Israel, Hadoram Shirihai, menyatakan dia telah melihat burung itu dalam perjalanan sebelumnya pada 2003, dan kembali lagi tahun lalu untuk mempelajari mereka. “Ini adalah penemuan kembali spesies itu,” ujarnya.

    Penemuan kembali burung langka ini dipublikasikannya dalam Bulletin of the British Ornithologist’s Club. Hingga saat ini, hanya ada dua catatan tentang keberadaan burung laut berhidung tabung itu. Keduanya berasal dari akhir 1920-an ketika ornitologis Rollo Beck mengoleksi dua burung saat dia menjelajahi daerah tersebut untuk melengkapi spesimen museum.

    Kelompok perlindungan burung Inggris menyatakan harapan burung itu tidak punah meningkat setelah seorang pemandu wisata melihat petrel Beck tersebut di pesisir Coral Sea, sebelah timur laut Australia pada 2006. Namun, foto yang dibuat Shirihai memastikan keberadaan burung itu. “Penemuan burung yang hilang ini adalah kabar fantastis,” kata Geoff Hilton, peneliti biologi senior di kelompok itu. “Tak ada yang lebih baik daripada menemukan burung yang dianggap telah punah. Kini kami akan memanfaatkannya untuk mendorong upaya penyelamatan burung itu.”

    Namun, melindungi burung yang mirip petrel Tahiti ini lumayan sulit karena rawan pemangsa, seperti tikus dan kucing, karena mereka bertelur di tanah. Pembalakan hutan dan pembukaan lahan untuk diubah menjadi perkebunan kelapa sawit juga mengancam mereka.

    Birdlife International mengklasifikasi petrel Beck sebagai burung yang amat terancam punah. Burung yang memiliki punggung, kepala, dan leher cokelat gelap serta perut berwarna pucat itu terbang rendah di atas laut dengan sayap yang lurus terkembang. Burung ini sedikit lebih kecil dengan sayap yang lebih sempit daripada petrel Tahiti, kerabatnya, yang terlihat di Kepulauan Bismarck, timur laut Nugini, dan Kepulauan Solomon.

    AFP

  • Para Aktivis Gerakan Papua Merdeka yang Kembali ke Pangkuan NKRI

    Beberapa tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) memilih kembali ke kampung halaman sebagai WNI. Mereka ingin membangun tanah Papua dalam kerangka otonomi khusus.

    SEJAK 1969 Nick Messet mencoba berjuang untuk sebuah negara Papua yang merdeka. Karena pilihannya itu, dia kehilangan identitas sebagai warga negara Indonesia (WNI). Namun, setelah puluhan tahun berjuang, Messet sadar bahwa memerdekakan provinsi yang dulu bernama Irian Jaya itu bukan hal gampang.

    Messet lahir di Kampung Keder, Kabupaten Sarmi, Papua, 1946, dari keluarga yang cukup terhormat. Ayahnya, Thontje Messet, pernah menjadi bupati Jayapura (1975 – 1982). Dia putra Papua yang cerdas. Usai meraih gelar sarjana muda arsitektur di ITB, Messet pulang ke Papua. Dia dijanjikan bisa kuliah di Amerika. Namun, rencana itu dibatalkan pemerintah tanpa alasan yang jelas.

    "Saya lalu berpikir kalau kita tinggal dengan bangsa yang jahat (Republik Indonesia, Red) akan sangat berbahaya," katanya kepada Cenderawasih Post (Grup Jawa Pos).

    Pada 1966, Messet lalu meminta restu ayahnya untuk sekolah pilot di Sekolah Penerbangan NASA (Nationwide Aviation Space Academy) di Australia dan lolos menjadi penerbang. "Kenapa saya ingin menjadi pilot? Karena saya mau buktikan bahwa kita orang Papua pintar-pintar," katanya.

    Pulang dari Negeri Kanguru, dia menjadi aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Jabatannya: pejabat penghubung (liaison officer) antara para pejuang OPM dan Papua Nugini (PNG).

    Dengan lisensi penerbang yang dipunyainya, Messet diterima bekerja sebagai pilot maskapai penerbangan PNG (Air Nugini). Tapi, perjuangannya terus dilakukan. Selama 10 tahun di PNG, dia banyak menyelundupkan tokoh OPM ke PNG. Karena kegiatan itu, dia ditangkap dan dideportasi oleh pemerintah PNG. Untungnya, dia menerima suaka dan sejak 1979 tinggal di Swedia.

    Meski hanya berbekal semangat, di Swedia Messet terus berjuang. "Di Swedia, pengangguran seperti kita dijamin hidupnya oleh pemerintah," ujarnya.

    Messet terus melakukan kampanye dan melakukan lobi-lobi internasional untuk membantu kemerdekaan West Papua. Dalam lobi internasionalnya itu, Messet antara lain bertemu Yuri Andropov, pimpinan KGB, pada September 1982. Kepala Dinas Intelijen Uni Soviet (sekarang Rusia) itu, lanjut Messet, berjanji membantu kemerdekaan Papua dengan mengirimkan senjata melalui Vietnam. Tapi, rencana itu batal karena Tuhan punya rencana lain. Yuri keburu meninggal dunia.

    Selain ke Uni Soviet, Messet juga menemui tokoh-tokoh penting di negara Pasifik seperti di Vanuatu dan Nauru.

    Pada 1985 Messet diajak pemerintah Vanuatu untuk menjadi pilot di Air Vanuatu. Tawaran itu diterimanya. Jabatan itu dijalani hingga 1988. Ketika terjadi konflik di negara yang terletak di Pasifik itu, Messet ikut menjadi korban. "Saya kembali lagi ke Swedia hidup sebagai pengangguran," katanya.

    Selama di Swedia, Messet sempat bertemu tokoh GAM Hasan Tiro dan seorang tokoh yang disebut Zainal. "Saya pernah bawa Zainal ke Rusia, tapi Yuri (Yuri Andropov) tidak mau bertemu dengan tokoh GAM," ujarnya.

    Pada 1994, Messet kembali ke PNG yang saat itu dipimpin PM Julius Chan. Situasi politik di negara itu sudah berubah. Dia menghubungi rekannya, Franzalbert Joku, untuk menfasilitasi dirinya kembali ke tanah Papua melalui PNG.

    Julius Chan menyambut positif kepulangan Messet ke Port Moresby, ibu kota PNG. Yang membuat dia bersyukur, Chan memerintahkan pencabutan surat deportasi. Di negeri itu, dia bergabung dengan Nation Air dan kembali bekerja sebagai pilot.

    Pada 1997 secara kebetulan Messet bertemu Fredy Numberi yang saat itu gubernur Papua. Oleh Numberi, Messet mendapat tugas membantu urusan Papua di PNG. Namun, setelah Numberi diangkat menjadi menteri, Messet berhenti. Dia lalu ke Australia dan aktif kembali pada kegiatan politiknya.

    Pada 2001 Papua kembali bergolak menyusul terbunuhnya Pimpinan Presidium Dewan Papua (PDP) Theys Hio Eluay. Dia terlibat aktif dalam berbagai lobi internasional untuk menekan pemerintah RI.

    Namun, pada 11 Juli 2005 Messet kembali bertemu Fredy di Jakarta yang mengajak Messet bekerja di bidang perikanan. Ajakan yang sama disampaikan Gubernur Papua Barnabas Suebu saat bertemu dengannya setahun kemudian.

    Messet mengatakan, dalam menyelesaikan masalah Papua, tokoh-tokoh Papua memiliki dua pandangan. Kalangan OPM seperti Zet Rumkorem dan Yacob Prai menginginkan masalah Papua diselesaikan melalui jalur konfrontasi militer. "Tapi, kami memilih cara dialog yang damai," ujarnya.

    Masalah Papua terus menggelinding hingga menjadi perhatian intenasional. Namun, sejalan dengan itu, hati Messet juga terpanggil untuk kembali pulang. "Hati saya untuk pulang sebenarnya sudah ada ketika bertemu Pak Fredy," ujarnya.

    Puncaknya, Messet meminta Fredy menjamin kepulangannya itu. Namun, dia tak bisa memberikan jaminan. Alasannya, hal seperti itu adalah isu yang sangat sensitif.

    Lewat pendekatan melalui KBRI di Port Moresby kepada pemerintah pusat, Jakarta menyambut positif, tetapi tidak langsung mengiyakan. Suatu saat dia bertemu tokoh Sulsel Alwi Hamu yang mau mempertemukannya dengan Wapres Jusuf Kalla pada Juli 2007 lalu. Akhirnya keinginan itu terwujud. Pada akhir Februari lalu bukti identitas dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia telah diberikan oleh utusan Wapres Jusuf Kalla.

    "Saya melihat perubahan di Indonesia. Demokrasi sudah berkembang meski belum sempurna. Tapi, saya yakin akan terus tumbuh," katanya.

    Selain itu, dengan Otsus Papua, dia melihat Papua semakin menunjukkan kemajuan. Messet ingin ikut membangun Papua melalui bidang lain. "Otsus adalah hasil perjuangan Papua Merdeka. Tanpa perjuangan Papua merdeka, Otsus tidak akan lahir," tandasnya.

    Pelajaran lain yang dipetik dari perjuangan selama 40 tahun untuk Papua merdeka, kata Messet, adalah banyak negara yang berjanji membantu perjuangan OPM. "Itu hanya janji yang tak terwujud hingga detik ini."

  • TPN/OPM Perwakilan di Vanimo Minta Dialog

    JAYAPURA- Perwakilan Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di Vanimo, Papua New Guine (PNG) minta dialog dengan DAP, Ketua DPRP John Ibo dan Ketua MRP Agus Alua serta Gubernur Papua Barnabas Suebu.

    Hal tersebut terungkap dalam dialog antara Perwakilan TPN/OPM Markas Victoria di PNG dengan para tokoh agama, masyarakat, BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa) dan Kontras di Aula Makorem 172/PWY, Sabtu (19/4). (more…)

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?