Tak Setuju Makam Theys Dipindahkan

Boy Eluay: Pemikiran Bodoh, Jika Ada yang Berniat Memindahkan

SENTANI-Mencuatnya wacana rencana pemindahan makam Almarhum Theys Theodorus Hiyo Eluay yang berada di eks lapangan sepakbola Sentani, tepatnya di pertigaan Bandara Sentani, sebagaimana dilansir Cenderawasih Pos (29/5), ditanggapi keras anak tertua Theys, Michael Boy Eluay.

“Sama sekali tidak benar kami akan memindahkan makam almarhum, itu cuma isu yang dikembangkan,” tutur Boy Eluay kepada Cenderawasih Pos semalam. Dikatakan, proses pemindahan bisa dilakukan jika pernyataan itu keluar dari mulutnya, tapi buktinya selama ini tidak ada pernyataan tersebut, maka ia meminta jangan ada pihak yang bermimpi untuk memindahkan.

“Jika memang ingin memindahkan, sebaiknya tanyakan kepada seluruh masyarakat Papua,” ujarnya dengan nada meninggi. Ia meminta jangan ada pihak yang sengaja menghembuskan isu tersebut tanpa melihat realita tentang siapa yang berhak mengomentari, karena jika terus dikembangkan, maka dampak yang dapat timbul adalah memicu emosi masyarakat yang akhirnya berbuntut pada kericuhan.

Boy juga menolak jika ada komentar tentang rencana pemindahan ini telah mendapat persetujuan dari pihak keluarga, termasuk dirinya. Ia menilai perbuatan tersebut memiliki niat untuk mengadu domba dirinya dengan masyarakat hingga ia membayangkan jika ada yang menerima mentah-mentah informasi itu, maka tentunya ia yang mendapat sorotan.
“Tidak pernah ada rapat keluarga dan saya tegaskan bahwa makam tidak akan kami pindahkan, pemikiran bodoh jika ada yang berniat memindahkan,” sambung Boy Eluay dengan sedikit jengkel. Disinggung soal kelayakan lokasi makam yang berada tepat di pinggiran jalan, Boy menampik bahwa lokasi itulah yang paling tepat dan tidak diperlukan tempat lain yang lebih layak, ia mengaitkan dengan kasus yang menewaskan orang tuanya, dimana akibat strategi dari TNI akhirnya sang pejuang itu tewas pada 10 November 2001 silam dengan cara licik, dimana orang tuanya tewas dengan cara yang tidak layak, karena itu dikatakan tidak perlu tempat yang layak pula. “Biarkan almarhum istirahat dengan tenang dan dikenang masyarakat Papua, jangan diusik lagi,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum Dewan Adat Papua, Forkorus Yaboi Sembut Spd. Menurut mantan guru ini, pemindahan tersebut jika dilakukan maka sama artinya membuat kesalahan besar dalam adat. Disamping itu, harus mendapatkan persetujuan dari masyarakat Papua. “Secara adat makam beliau sudah diserahkan kepada Dewan Adat Papua (DAP), karena itu Theys bukan lagi milik keluarga ataupun Kampung Sereh tempat kediamannya,” tutur Forkorus. Menurut Forkorus yang juga sebagai Ketua 1 Dewan Adat Mamta ini, ia melihat ada ketakutan pada orang tertentu dibalik kematian almarhum dan kembali dipertanyakan ada apa dengan ketakutan itu sendiri.”Saat beliau masih hidup ditakuti dan kini telah meninggal masih ditakuti. Mengapa?,” tanyanya.

Dikatakan meski Theys telah meninggal, namun semangat juang para penerusnya tetap berkobar mengingat perjuangan untuk memperoleh sesuatu secara nyata adalah kehendak Tuhan, termasuk kemerdekaan. “Biarkan makam tetap disitu dan Kodam jangan ikut campur,” tegas Forkorus yang saat ini bekerja sebagai pengawas TK dan SD di wilayah pembangunan 1 Sentani ini. Tidak tanggung-tanggung dengan sikap keras mempertahankan lokasi makam ini, Forkorus menyampaikan bahwa kedepannya lokasi tersebut akan didirikan bangunan gedung dewan adat dan sekitar lokasi akan dipagari, bahkan bangunan yang akan dijadikan pusat atau sekertariat ini rencananya dibangun 2 lantai.

“Saya sudah berkoordinasi dengan kaum intelek di Sentani untuk menggarap gambar bangunan tersebut dengan ornamen dan bentuk khas Papua dan saat ini kami sedang menggalang dana,” katanya. Mengenai lokasi yang dianggap kurang strategis untuk tata ruang kota, Forkorus menilai bahwa hal tersebut bukanlah alasan mengingat jika rencananya ini jadi, lokasi makam akan dibuat berpola lokasi momen sejarah, dan jika tetap dipaksakan untuk dipindahkan, sama artinya menghina seorang tokoh dan seorang pemimpin. Ia mendapat kabar bahwa niat pemindahan makam ini tercetus dari Ketua DPRD, Yohannes Eluay karena itu ia menganggap bahwa apa yang direncanakan oleh seorang Yohannes adalah bentuk perbuatan yang melecehkan adat.

“Saudara Yohannes merupakan salah satu anak dari keturunan Tabi yang sama artinya dengan saya. Rencananya ini sama saja menimbulkan anggapan bahwa suku Tabi tidak bisa menghargai adat,” ungkapnya dengan sedikit kecewa. Forkorus yang selama ini berdiam di Sabron ini juga mengaku telah mendapat telepon dari pihak Kodam yang menyampaikan bahwa ada informasi bahwa dirinya telah menyetujui rencana tersebut yang dilontarkan oleh Yohannes Eluay, sehingga informasi yang dianggap kabur ini justru dapat memicu perselisihan. “Tolong jangan mengadu domba kami,” pintanya.

Sementara Yohannes Eluay yang ditemui di ruang kerjanya mengakui bahwa rencana pemindahan makam ini berdasar idenya. Bahkan dikatakan ide tersebut sudah disampaikan setahun yang lalu. “Semua ide pemindahan dari saya,” akunya dengan nada datar. Ide tersebut bukan berarti tanpa alasan yang kuat. Alasan untuk memindahkannya menurut Yohannes yang memanggil almarhum sebagai bapa tua ini adalah agar makam bisa lebih terawat dan mendapatkan tempat yang layak, serta melaksanakan kewajiban-kewajiban adat dimana selama ini belum terlaksana.

“Ini dilakukan untuk penghormatan keluarga kepada almarhum, karena saat itu Presidium Dewan Papua (PDP) yang mengatur segala sesuatunya dan prosesi pemakaman tidak berjalan sesuai dengan adat,” katanya sedikit mengenang.

Ada beberapa kewajiban yang belum dilaksanakan menurut Yohannes yakni membayar kepala ke pihak keluarga almarhum dan pengangkatan anak tertua sebagai pengganti jabatan almarhum. Karena itu, jika pemindahan ini dilakukan, maka dengan sendirinya penghormatan terhadap adat bisa dilaksanakan. Disinggung soal lokasi yang rencananya dijadikan makam tokoh berambut khas ini, dikatakan Yohannes bahwa akan mengambil tempat di depan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Solafide Sereh dan bukan dipekuburuan umum. Alasannya, almarhum merupakan seorang tokoh yang merakyat dan untuk perawatan yang maksimal.”Saya belum tahun kapan karena masih rencana,” imbuh Yohannes yang masih kebingungan dengan dana cukup besar untuk pemindahannya.(ade)

Exit mobile version