Dubes AS: Kekerasan di Aceh Harus Dihentikan

[BANDA ACEH] Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk Indonesia, Cameron R Hume, minta semua pihak di Provinsi Aceh segera menghentikan berbagai tindak kekerasan yang selama ini masih terjadi seperti penculikan, perampokan dan tindakan kriminal lain. Dengan demikian, berbagai program pembangunan dapat dilaksanakan, terutama untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi rakyat yang terpuruk pascakonflik.Demikian ungkap Dubes AS untuk Indonesia, Cameron R Hume, Banda Aceh, Jumat (2/4), seusai melakukan sejumlah pertemuan dengan pejabat Aceh dan mantan Gubernur Aceh Azwar Abubakar yang kini memimpin Komisi Keberlanjutan Perdamaian Aceh atau Commission on Sustaining Peace in Aceh (CoSPA).

Ia datang ke Aceh didampingi Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Medan, Sean B Stein dan Perwakilan USAID Banda Aceh, Tom Morris. Selama di Banda Aceh, Dubes Hume melakukan sejumlah pertemuan dengan pejabat setempat.

Menurutnya, perhatian pembangunan di Aceh harus lebih ditekankan pada sektor memajukan ekonomi rakyat, karena menyangkut dengan kesejahteraan tujuannya adalah untuk melanggengkan perdamaian yang kini sudah terwujud.”Jadi, lebih bagus kita jaga apa yang sudah kita dapat, yakni perdamaian, dan jangan mencari perbedaan,” sebutnya.

Riak

Menyangkut kekerasan yang masih saja terjadi di Aceh, menurut Hume hanyalah sebagai riak-riak kecil dan perlu adanya penegakan hukum yang tegas. Sehingga, dibutuhkan kerja keras dari semua pihak, bahkan lebih keras lagi daripada masa lalu, dan banyak stakeholder memberikan pemikiran.

Diakui, untuk melakukan itu memang agak berat, sebab orang-orang di sini sudah tertekan dalam kurun waktu puluhan tahun akibat konflik. Tetapi, apa pun alasannya untuk memberikan suasana nyaman harus ada pendidikan dan penguatan ekonomi rakyar, agar masyarakat bisa merasakan hasil dari sebuah perdamaian dan tidak lagi bertengkar dengan hal kecil sehingga terjadi kekerasan.

Mantan Gubernur Aceh Azwar Abubakar mengatakan, pertemuan dengan Dubes AS dalam rangka bertukar pikiran, juga membicarakan perkembangan Aceh pada saat ini.

Banyak hal positif yang telah dicapai, juga melihat hal-hal yang bisa mengganggu proses perdamaian Aceh ke depan. Makanya dalam pertemuan tersebut lebih terfokus membahas masalah pembangunan ekonomi karena ekonomi menjadi salah satu hal yang bisa dibuat lebih banyak.

Pada kesempatan tersebut Amerika Serikat (AS) melalui USAID juga menegaskan siap membantu dana sebesar US$ 20 juta atau Rp184 miliar untuk program reintegrasi ekonomi daerah pascakonflik di Aceh. Bantuan tersebut hampir separo dari seluruh bantuan daerah sejenis yang dilakukan pada daerah lain di Indonesia senilai US$ 45 juta.

Menurut Azwar, bantuan dana pada program pemberdayaan ekonomi warga korban konflik pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh, digulirkan melalui lembaga swadaya masyarakat internasional Serasih yang dikoordinasi USAID. [147]
——————————————————————————–
Last modified: 3/5/08

Exit mobile version