Ke Australia Karena Ditipu – Tiga Pencari Suaka Tiba di Jayapura

TIBA : Yunus Wainggai bersama istrinya Siti Pandera dan anak mereka Anike Wainggai saat berada di VIP room Bandara Sentani Kamis (18/12) kemarin.
TIBA : Yunus Wainggai bersama istrinya Siti Pandera dan anak mereka Anike Wainggai saat berada di VIP room Bandara Sentani Kamis (18/12) kemarin.

SENTANI – Satu per satu para pencari suaka yang bersama dengan Herman Wanggay lari ke Australia, akhir 2006 lalu, mulai sadar dan kembali ke Papua, setelah Hana Gobay dan Yubel Kareni kembali ke Merauke dan Serui September lalu, kini disusul lagi oleh Yunus Wanggay (39), dan anaknya Anike wanggai (6) serta istrinya Sitti Pandera/Wanggay (40). Seperti rencana sebelumnya, ketiganya akhirnya tiba di Bandara Sentani,setelah melakukan penerbangan dari Jakarta, menggunakan penerbangan udara Express Air, dengan nomor seri penerbangan PK-TXD boing 737 seru 200,Kamis (18/12), kemarin sore.

Menjelang kedatangan di Bandara sentani, ternyata mendapat perhatian khusus baik dari keluarga dan para wartawan, ini dibuktikan dengan banyaknya keluarga dan para wartawan baik dari media eletronik dan cetak lokal dan nasional, lengkap dengan perlengkapannya liputan, memadati ruang tersebut. Penjemput dan para pemburu berita ini bahkan mereka sejak pukul 15.00 WIT, sudah rela menunggu di ruang VIP, menantikan pesawat yang mengantar pulang keluarga pencari suaka tersebut.
Tepat pukul 17.20 WIT, pesawat yang mengantarkan keluarga Yunus Wanggay dan istri dan anak pun tiba di Bandara Sentani. Yunus menggunakan pet merah serta kaca mata hitam, sementara istri dan anaknya menggunakan pakaian berwarna biru cerah dengan motif bunga-bunga. Saat turun dari tangga pesawat, suasana sedih bercampur haru pun terlihat. Saat keluar dari pintu pesawat, ketiganya langsung disambut oleh keluarga terdekat. Mereka saling peluk-memeluk, bahkan tangisan sempat mewarnai penyembutan para pencari suaka tersebut. Yunus Wanggay dan istri serta anaknya, langsung dijemput oleh mobil milik penerbangan Ekpres Air, menuju ke ruang tunggu VIP.
Yang menarik saat itu, sang anak Anike (6) sempat mengeluarkan air mata karena kaget, pasalnya para wartawan menggunakan kamera yang ditujukan kepada dirinya dan bapaknya Yunus wanggay. Anike yang hanya bisa berbahas Inggris sempat mengeluarkan kata-kata kepada ayah dan ibunya.

Setelah berada di ruang VIP Bandara Sentani, Yunus Wanggay dan istri dan anaknya, diberikan kesempatan istirahat 15 menit, selanjutnya didampingi oleh Kepala Seksi Deportasi Direktorat perlindungan warga negara Indonesia dan Badan hukum Indonesia Direktorat Jenderal protokol konsuler Departeman Luar negeri,Kukuh Dedijayadi, serta Sekertaris Badan Perbatasan Provinsi Papua, Philps Marey mewakili pemerintah daerah, serta keluarga lainnya selanjutnya menggelar keterangan pers kepada para wartawan.

Tak mau lama-lama menunggu, Yunus Wanggay dan keluarganya pun diserang dengan berbagai pertayan wartawan, terutama mengenai alasan mencari suaka ke Autralia, serta alasan ingin kembali ke Indonesia (Jayapura), pertanyaan tersebut langsung dijawab spontan oleh Yunus Wanggay.

Menurut Yunus Wanggay alasan dirinya lari bersama dengan anaknya Anike (6) akhir tahun 2006 lalu, karena dirinya saat itu ditipu oleh saudaranya Herman Wanggay yang saat itu mengajaknya lari ke Auralia dengan iming-iming akan mendapat kehidupan yang lebih layak, sehingga saat itu dirinya menyiapkan dana sebesar Rp 24 juta, lalu menyerahkan kepada Herman Wanggay, bersama dengan anaknya Anike (6) serta 40 pencari suaka lainnya, menggunakan kapal motor melakukan pelarian lewat Mareuke ke Autralia, akhir 2006 lalu.

” Saat itu Kami ditipu oleh kakak Herman Wanggay, dirinya juga sempat janji akan mengantikan dana saya, sebesar 10 Ribu dolar Australia, dia juga berjanji akan mengembalikan kami ke Jayapura enam bulan kemudian. Sehingga kami percaya lalu mengikutinya ke Australia,bahkan kami dijanji akan mendapat kehidupan yang lebih sejahtera lagi,”jelasnya.

Ternyata saat sampai di Negeri Kanggoro tersebut, apa yang dijanjikan ternyata tidak juga terjadi, bahkan si Herman Wanggay terkesan membiarkan mereka selama di Australia. Janji akan mengembalikan ke Papua ternyata tidak juga terjadi, bahkan Kata Yunus akibat dirinya lari Australia membuat anaknya yang barus berusia enam tahun, terpaksa harus berpisah dengan istrinya, bahkan memakan waktu yang lama hampir tiga tahun lebih, kehidupan makin tidak menentu, bahkan dirinya mulai rindu kepada tempat kelahirannya di Papua.

“Memang selama di Autrlaia kami mendapat jaminan dari pemerintah Astralia, namun bagi kami kehidupan disana tidak sama seperti di Papua, sehingga kami memilih pulang saja, apalagi kami sudah sangat rindu dengan keluarga,”tukasnya.

Kepada wartawan Yunus mengatakan, dirinya kembali tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun, semua itu atas keinginan pribadi, ingin dekat kembali dengan istrinya, sama seperti sedia kala, “Saya rindu terhadap keluarga saya, terpaksa saya menguhubungi KBRI di Mallboune Autralia, untuk membantu kepulangan saya. Akhirnya mereka membantu saya sehingga saya bisa bertemu dengan istri saya,serta keluarga di Jayapura,”papar lelaki yang berprofesi sebagai nelayan ini.

Sementara itu menurut sang istri,Siti Paderu/ Wanggay (40),perpisahan dirinya dari suami dan anaknya, itu bisa terjadi lantaran ditipu oleh Herman wanggay, untunglah berkat pertolongan dari KBRI sehingga dirinya bisa kembali bertemu dengan suami dan anaknya, bahkan dirinya mengaku akibat mencari suami dan anaknya, dirinya juga sempat lari ke PNG.

“Dia (Herman Wanggay) menipu kami sehingga kami berpisah, sesuatu yang sangat menyakitkan, namun kami berysukur dapat kembali bertemu. Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi, kami sudah tidak percaya lagi dengan Herman Wanggay, kami ingin tetap hidup aman di Indonesia,”jelasnya.

Ditanya mengenai teman-temannya yang lain yang masih ada mencari Suaka di Asutralia, ternyata Yunus enggan mengomentari akan hal itu, dirinya lebih memilih diam.
” Saya tidak tahu mereka, yang penting saya sudah kembali ke Papua,”katanya singkat.

Sementara itu menurut Kepala Seksi deportasi Direktorat perlindungan warga negara Indonesia dan Badan hukum Indonesia Direktorat Jenderal protokol konsuler Departeman Luar negeri,Kukuh Dedijayadi, pihaknya haya bersifat menvasilatasi kepulangan keluarga Yunus dan anaknya ke Indonesia, kebetulan yang bersangkutan memiliki niat secara pribadi untuk pulang ke Indonesia, sehingga proses pemulangan tidak begitu memakan waktu yang lama.

“Proses pemulangan tidak memakan waktu yang lama, pasalnya saudara Yunus sendiri yang ingin pulang, dia sampaikan kepada kami (KBRI), sehingga kami mengontak pemerintah Austrlia, akhirnya yang bersangkutan bisa kembali ke Indonesia,”terangnnya.

“Anggap saja apa yang terjadi kepada diri pribadi saudara Yunus wanggay dan kelurganya adalah pengalaman yang buruk, tak parlu ditiru. Kami juga berharap para pencari suaka yang lain juga agar meniru saudara Yunus, kembali ke Indonesia,dan kepada pemerintah daerah, kami harapkan untuk memberlakukan mereka dengan baik, manfaatkanlah mereka sesuai dengan kemampuan dan kelebihan yang ada pada mereka,”katanya.

Sementara itu menurut Sekertaris Badan Perbatasan Provinsi Papua, Philps Marey mewakili pemeritah provinsi Papua mengatakan, pemerintah daerah sangat menyambut baik itikad baik dari para pencari suaka untuk kembali ke Papua, dan pemeritah daerah tetap menerima mereka dengan senang hati, namun tidak ada perlakuaj secara khusus kepada para pencari suaka yang sudah memilih pulang ini.

“Tidak ada perlakuan istimewa, kami tetap akan memberlakukan mereka sama seperti saudara kami yang lain, ini demi mencegah kecemburuan social, haya saja saya mewakili pemerintah daerah beryukur dan berterima kasih atas itikad baik pak Yunus untuk kembali ke Indonesia kami berharap yang lain juga menyusul,”paparnya.
Sementara itu menurut pihak keluarga, Eliezer Wanggay mengaku senang dan bangga, pihaknya mengcapkan banyak terima kasih kepada pemerintah Indonesia, sehingga keponakannya dan keluarganya bisa kembali ke Jayapura.

Usai keterangan pers, selanjutnya dilakukan tanda tangan berita acara pemulangan dari pihak Direktorat Perlindungan warga negara Indonesia dan Badan hukum Indonesia Direktorat Jenderal protokol konsuler Departeman luar negeri kepada pihak keluarga, disaksikan oleh perwakilan pemeritah daerah Provinsi Papua, selanjutunya tiga pencari suaka tersebut diantarkan pulang kembali ke keluarganya di Hamadi.(cak/jim)

Exit mobile version