Ellya A Tebay : Politik Ekspansi Indonesia Pemusnah Papua (1)

Bolehlah kita mengakui NKRI dengan kehebatan politik sandiwaranya. Tidak salah bila mereka menjalankan politik adu-domba itu diatas tanah Papua dan jangan pula kaget. Hanya Indonesia mau belajar politik adu-domba saja, tidak sedikit pengorbanan yang mereka lakukan. Demi pentingnya belajar adu-domba mereka berani mempertaruhkan segala-galanya. Yang memakan waktu kurang lebih 350 tahun dan mereka mengalami pembantaian, pemerkosaan, perampasan kekayaan, tanah yang NKRI bayar kepada Belanda selama proses pembelajaran politik busuk itu.

Untuk memperaktekkan politik adu-domba di tanah Papua, Indonesia sedang melarang siapa saja yang masuk. Dan mengeluarkan wartawan media masa, LSM, NGO, serta tokoh-tokoh agama atau missionary yang telah lama melayani di tanah Papua. Deportasi ala Indonesia adalah takut terhadap media asing, dan Indonesia mau melakukan kekerasan secara bebas di tanah Papua. Tidak mengijinkan wartawan asing masuk berarti ibarat indonesia sedang tutup pintu rumah dan jendela sehingga tidak ada yang melihat. Ini skenario yang sedang di buat oleh orang Indonesia yang nantinya ketika pintu, jendela semuanya terkunci, di kuasai oleh mereka maka kita orang Papua dalam keadaan berbahaya. Dalam keadaan pintu terkunci mereka akan membantai dan membunuh orang papua dan ini adalah cara termudah yang sedang mereka persiapkan untuk membinasakan orang Papua secara masal nantinya. Dalam keadaan pintu yang tertutup, kita dalam kondisi terjepit atau berada dalam todongan moncong-moncong senjata pemusnah etnis papua.

Seiring dengan itu apa yang mereka lakukan adalah pemekaran berarti memperluas wilayah kekuasaan mereka (ekspansi masa dan ekspansi wilayah). Sehingga mereka menguasai medan-medan yang sebelumnya sulit di jangkau. Contoh yang jelas adalah kasus kelaparan di Yahukimo, yang dulunya sulit sekali aparat masuk tetapi dengan isu kelaparan yang mereka buat sangat mudah sekali untuk masuk dengan Hellikopter, dengan kedok membawah bantuan. Wartawan maupun pembawa bantuan lainnya dilarang masuk, sehingga berita yang dimuat media masa adalah hasil laporan TNI pembawa bantuan itu kepada wartawan, maka sangat mudah dicurigai dalam laporan tersebut pasti terjadi manipulasi data.

Ekspansi Masa

Ekspansi masa yang NKRI lakukan adalah dengan memasukkan kekuatan dari luar, selain militer, sipil bersenjata. Orang luar Papua yang didatangkan dengan kapal putih sebagai penjual bakso, pengusaha, sol sepatu, pengangkatan pegawai secara besar-besaran di Papua dan orang Papua yang di suap jadi mata-mata, ini terbukti mereka di persiapkan menjadi jihat saat terjadi perang, siap pakai alias tempur kalu jamannya Suharto adalah dengan transmigrasi besar-besaran. Saat ini TNI dan pemerintah membiayai pendatang dan mata-matanya untuk biaya kehidupan sementara mereka berada di Papua, namun ketika terjadi perang mereka adalah kekuatan masa terbesar yang sedang di persiapkan (dipelihara dan membayar nyawa untuk membelah NKRI sampai titik darah pengabisan sebagai rasa pengabdian kepada bangsanya untuk upah masuk surga…..jihat). Mereka semua sudah diperlengkapi dengan senjata dan peralatan perang lainnya. Apa bila kita tidak membendungnya, maka ini akan jadi musuh yang akan melebih kekuatan masa kita di Papua bahkan lebih berbahaya adalah kita tinggal menunggu bom waktu saja.

Seiring dengan ekspansi masa yang di lakukan, para pedagang yang masuk ke Papuapun membawa barang yang sudah kadaluwarsa seperti mie, kue dan minuman yang di produksi dengan lebel khusus untuk orang Papua, yang kadar alkoholnya lebih tinggi di bandingkan dengan yang di jual di luar pulau Papua. Masa yang datang ke Papua ada perempuan dan laki-laki yang telah terhidap HIV/AIDS maka tidak salah apa bila di daerah pedalaman ibu-ibu telah terhidap HIV/AIDS. Karena banyak pendatang yang sudah masuk ke daerah pendulangan emas, daerah pemekaran baru di pedalaman dan berbagai daerah yang trategis untuk mereka berdomisili. Di daerah pendulangan emas banyak penghuni dari luar yang sudah membuat rumah tinggal dan kios-kios besar, pemda daerah dengan mudahnyan memberi ijin berdagang dan bertempat tinggal di tempat pendulangan tersebut. Ada persekongkolan apa ini begitu mudahnya di loloskan?.

Ekspansi Wilayah

Tidak hanya ekspansi masa saja yang dilakukan oleh NKRI tetapi ekspansi wilayah kekuasaan pun dilakukan. Ekspansi wilayah dengan pemekaran Propinsi, Kabupaten, dan Kecamatan di seluruh wilayah Papua. Pemerintah NKRI sedang memakai orang pemerintahan khususnya putra daerah dengan tawaran menduduki posisi penting di wilayah-wilayah pemekaran. Otonomi dalam pandangan NKRI bukanlah mengurusi daerahnya sendiri seperti pandangan orang Papua dan sesuai UU otonomi, tetapi otonomi adalah roda memperlancar jalannya pemekaran. Dengan demikian NKRI memakai orang Papua yang kulit dan rambutnya adalah kriting dan hitam yang hatinya mengandung racung visi misi dan proyek besarnya NKRI dan itulah makna otonomi bagi NKRI, sehingga tidak kelihatan dan tidak terbaca gerak langkah NKRI karena proyek besar tersebut di jalankan oleh orang Papua sendiri. Atas kepentingan itulah orang Papua saat ini sudah di butakan oleh uang pemekaran. Budaya berkebun, nelayan sudah hilang dalam aktifitas masyarakat kita yang telah digantikan dengan kebun partai politik, kebun pemekaran, kebun otonomi, kebun proyek pembangunan, kebun DPR, dan kebun PNS dll.

Menerima otonomi daerah berarti membuka lebar masuknya pemekaran karena satu keluarga (suami istri), yang telah melahirkan anak-anaknya yaitu bernama Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan masih banyak anak yang sedang di kandungnya. Seiring pemekaran kebupaten yang sedang menjamur, belakangan ini telah lahir anak bungsu bernama Pemekaran di kalangan organ mahasiswa Papua. Ketika ditanya kenapa mau pisah dengan kabupaten induk, mereka dengan berbagai alasan menjawab, itu hak kami, kami mau belajar, kami berpisah hanya secara administrative saja dan berbagai lontaran alasan lainnya. Namun di balik semua itu mereka tidak menyadari kalau akar pemecahnya adalah politik ekspansi wilayah. Kita tetap kriting, hitam, koteka, asli tuleng papua tetapi semua itu kulit luar yang tampak saja. Tetapi yang aku takutkan adalah kepentingan NKRI terselubung yang ditangkap yang ada dalam dirimu tanpa di sadari yaitu proyek pemusnah etnis Papua. Ini merupakan sebuah suksesi proyek besarnya NKRI yang sedang diwujudkan orang Papua sendiri karena kesadaran politik yang minim atas segala sandiwara politik busuk adu-domba Indonesia.

Exit mobile version