Pembukaan
Sama dengan semua orang dipanggil Kristen, tetapi tidak semua orang akan masuk ke dalam kerajaan sorga, demikian juga semua orang boleh berjuang untuk Papua Merdeka, melakukan demo-demo dan menyampaikan pendapat, tetapi tidak semua orang adalah pejuang Papua Merdeka.
Orang yang dapat disebut sebagai “Pejuang Papua Merdeka” dan rakyat yang bersimpati dan mendukung perjuangan Papua Merdeka harus dipisahkan, sehingga dengan demikian kita dapat mengetahui dan membedakan siapa lawan dan siapa kawan.
tiga ciri utama pejuang Papua Merdeka
Paling tidak ada tiga ciri utama pejuang Papua Merdeka, Anda boleh menambahkan point lain dalam kolum komentar tulisan ini:
- Pejuang Papua Merdeka harus bergabung dengan, disumpah dan mengucapkan sumpah janji untuk terlibat dalam perjuangan Papua Merdeka.Sumpah janji dapat dilakukan secara adat, secara gerejawi atau juga secara modern berdasarkan sumpah organisasi politik atau militer.
Oleh karena itu, tidak semua orang Papua otomatis pejuang Papua Merdeka. Tidak semua orang pengikut demo-demo dan protes disebut pejuang Papua Merdeka, karena mereka secara teori adalah pendukung Papua Merdeka, bukan pejuang. Kita berjuang untuk mendirikan negara, karena itu semua pejuang harus-lah jelas identitas dan sumpah-nya.
- Pejuang Papua Merdeka harus menghabiskwan waktu 100% untuk kegiatan Papua Merdeka.Kalau anda temui orang Papua yang sebentar-sebentar bicara Papua Merdeka tetapi kemudian terlibat dalam kegiatan kampanye politik Negara Kolonial Republik Indonesia (NKRI), atau mandaftarkan diri menjadi anggota DPRP, atau anggota KPU atau anggota apa saja di dalam sistem pemeritnahan NKRI, maka orang Papua itu bukan pejuang Papua Merdeka.
Ada politisi NKRI yang bicara Papua Merdeka, ada pemuda dan mahasiswa yang bicara Papua Merdeka. Tiap hari mereka masuk kantor, tiap hari mereka ke tempat kuliah, tetapi mereka juga rajin ikut demo-demo dan memobilisasi kekuatan. Mereka “bukan pejuang” tetapi simpatisan dan pendukung Papua Merdeka.
- Menghargai dan punya etika yang tinggi terhadap pejuang Papua Merdeka yang lain, organisasi Papua Merdeka yang lain. Dia tidak akan berbicara melawan orang Papua yang lain, tidak menentang organisasi orang Papua yang lain, apalagi, dia akan mengharamkan menyebut nama-nama Orang Papua dengan menuduh mereka.Apalagi, pejuang Papua Merdeka tidak akan pernah “mengancam” untuk membunuh orang Papua yang lain, karena dia berjuang, dia bersumpah, dan dia tunduk kepada aturan organisasi, yaitu berjuang untuk mengusir penjajah NKRI keluar dari Tanah Papua, bukan menceritakan, mencaci-maki, bukan mengancam dan membunuh orang Papua sendiri.
PenutuP
Logika-nya jelas secara matematis,
- Papua Merdeka = NKRI keluar
- NKRI keluar = OAP Melawan NKRI
- OAP Melawan OAP = NKRI Tidak Keluar/ Tetap ada di Tanah Papua
- OAP Mengancam OAP = OAP yang mengancam perlu dipertanyakan, apakah benar-benar OAP atau Orang Papindo (Papua Indonesia)
Logika yang sama kita aplikasikan ke ULMWP versus TPN-PB – OPM
- ULMWP untuk Papua Merdeka = TPN PB- OPM untuk Papua Merdeka, lalu persoalannya di mana?
- Konstitusi 1 Juli 1971 dilanggar oleh ULMWP – Pasal Berapa dan ayat berapa yang dilanggar, yang akibatnya menurut konstitusi itu harus dibunuh?
- ULMWP, WPRA dan WPA dan TPNPB – OPM, TPN dan OPM adalah sama-sama dari Faksi Markas PEMKA dan Victoria, yang telah disatukan oleh Andy Ayamiseba – Otto Ondawame dengan pembentukan WPPRO (West Papuan Peoples’ Representative Office) tahun 2003.
- Kalau begitu mengapa keduanya bersengketa? Bukankah yang bersengketa INDIVIDU dan EGO Individu? Bukan bangsa Papua dan perjuangan Papua Merdeka?
- Kalau begitu, mengapa Orang Papua masih saja memelihara ini?