Lt. Gen. TRWP dari Markas Pusat Pertahanan Tentara Revolusi West Papua (MPP TRWP) mengatakan opini tokoh Papua mempertentangkan Sosialisme dengan Gereja, Papua Merdeka dengan Sosialisme adalah keliru. Yang terjadi adalah sikap dan tindakan “tidak menerima” dan “menolak untuk sejalan dengan” ideologi dan pilihan politik mainstream, di mana gereja dan politik NKRI berada dalam kelas “mainstream”, karena itu menolak untuk sekata dan seirama dengan mainstream dianggap menentang penjajahan untuk mekerdekaan West Papua. Sampai di situ saja, jangan lanjut ke dalam, ke aspek filosofis dan ideologis sosialisme.
Berikut petikan kalimat demi kalimat sebagaimana disampaikan oleh Secretariat-General TRWP.
Gen. Tabi menyatakan,
Hal pertama yang harus dibedakan ialah bahwa sosialisme dalam pemahaman dan realisasi di dalam kehidupan orang Papua dan yang dicetuskan dan diharapkan terwujud di dunia barat tidak sama.
Yang terjadi di tengah orang Papua ialah “sikap dan tindakan “tidak menerima” dan “menolak untuk sejalan dengan” ideologi dan pilihan politik mainstream”. Sikap dan tindakan ini tentu saja berbeda dengan “menerima” dan menghayati ideologi politik sosialisme sebagai alat untuk melawan mainstram.
Alasan paling kuat karena sosialisme barat yang menganggap agama (yaitu Kristen, Islam, Hindu, BUdha) sebagai opium bagi manusia tidak dapat, dan pasti ditolak mentah-mentah oleh mayoritas orang Papua di Tanah Papua. Lebih jauh Masyarakat Melanesia pasti akan menolak dengan sangat tegas, bahkan perjuangan kemerdekaan West Papua dapat dikorbankan dalam rangka rangka menentang sosialisme barat di kawasan Melanesia.
Jadi, generasi muda yang menamakan dirinya Kiri Papua, Sosialis Papua, dan sejenisnya hanyalah berputar di alam impian mereka, sama persis dengan impian-impian Karl Marx, Lennin dan lain-lain yang sudah meninggal tanpa pernah mewujudkan atau gagal mewujudkan apa yang mereka sendiri impikan dan teorikan.
Karena pencetus ideologi sayap kiri tidak pernah mewujud-nyatakan ajaran mereka dalam sejarah hidup manusia, maka riwayat para Kiri Papua, Sosialis Papua akan sama saja.
Seperti disebutkan Dr. Benny Giay, selain Sosialisme juga ada Zionisme di Tanah Papua dalam www.satuharapan.com, selain sosialisme ada juga zionisme di Tanah Papua dengan nama kelompok Sion Kids. Sionisme menekankan kembalinya Tuhan Yesus ke Bukit Zion untuk mendirikan kerajaan-Nya, dengan demikian kiblat penyembahan dan fokus perhatiannya diarahkan kepada Zion sebagai sebuah lokasi geografis, bukan Tuhan Yesus atau Allah sebagai obyek Penyembahan Umat Beragama, atau orang Kristen.
Didasarkan atas paham Zionis inilah maka siapapun yang mngganggu atau menghalang-halangi bukit Zion dianggap sebagai musuh Raja yang akan kembali ke Bukit Zion karena Yesus katakan Ia akan kembali untuk memerintah di Bumi.
Sama dengan Sosialisme di kalangan pemuda Papua, Sion Kids di Tanah Papua bukanlah sebuah sikap dan tindakan Zionis seperti yang ada di Israel, tetapi lebih merupakan penolakan orang Papua terhadap NKRI, karena mereka tahu bahwa mayoritas rakyat Indonesia mendukung Palestina Merdeka, terlepas dari pendudukan Israel. Dengan mendukung Israel dan Zionist Israel, mereka merasa puas telah mendukung lawan NKRI.
Jadi, kedua-duanya merupakan sebuah sikap dan tindakan kontra NKRI, bukan sikap dan tindakan pro sosialis ataupun pro Israel per se.
Dalam surat yang terdiri dari tiga halaman penuh ini lebih lanjut Gen. Tabi melanjutkan sebagai berikut.
Ideologi dan filsafat yang mendasari sikap dan tindakan pemuda Papua dalam memperjuangkan kemerdekaan West Papua perlu diimbangi dengan rasionalisasi dan pemetaan konsep yang jelas tentang apa yang ditentangnya dan apa yang diperjuangkannya. Yang lebih penting ialah “apa yang diperjuangkan lewat perjuangan Papua Merdeka”.
Sikap dan tindakan pro sosialisme dan Sionisme muncul karena kekosongan konsep dan wacana strategis tentang nilai-nilai, filsafat dan teori yang diperjuangkan Papua Merdeka, tidak hanya sekedar menyalahkan NKRi atas Pepera yang tidak demokratis dan pelanggaran HAM selama pendudukannya.
Dengan dasar pemikiran ini, maka diserukan keapda seluruh masyarakat Papua di manapun kita berada bahwa kita harus mulai membaca konsep dan teori terkait Papua dan Melanesia yang telah ditulis oleh Antropolog, Sosiologi, Konservasionis dan pemikir teoretisi Papua Merdeka. Kalau tidak demikian maka perjuangan Papua Merdeka hanya akan berhenti kepada melawan mainstream dan melawan NKRI.
Menurut Gen. Tabi kembali menutup suratnya
Perlu dicatat sebuah realitas penting bahwa untuk orang Papua dan di antara orang Melanesia Sosialisme, Gereja dan Papua Merdeka tidak bertentangan dan idak saling menyerang. Yang terjadi adalah menolak untuk mengiuti kiblat dan kebijakan NKRI. Hanya sampai di situ, tidak lebih jauh dari situ. Para tokoh gereja, penganut politik mainstram dan orang Papua pada umumnya, yang harus kita lakukan ialah menyusun konsep dan mewacanakan apa warna kehidupan setelah Papua Merdeka dan apa yang sesungguhnya diperjuangkan oleh penduduk di bagian barat pulau terbesar kedua di Planet Bumi ini.