Pertama kali saya bertemu bapak Gerardus Thommey di Belanda, dan mendengar semua cerita perjuangan dan perjalanan hidupnya, saya tergagum. Bapak Gerardus adalah angkatan pertama sebagai prajurit TPN-OPM, salah satu orang kepercayaan Jacob Pray. Gerardus diangkat dan dilantik sebagai panglima Kodap Merauke yang pertama Jenderal Bernardus Maken. Setelah pelantikan, ia bersama rombonganya berjalan kaki dari Waris ke Boven Digul dan membuka markas pertahanan di sana.
Tidak lama kemudian ia pimpin konfrantasi dengan militer Indonesia, dan menghabiskan pos ABRI di Tanah Merah. Akibat kekalahan itu, ABRI serang perkampungan masyarakat dengan BOM dari udara dengan helikopter. Karana sulit hindari serangan ABRI, Gerardus pimpin pasukanya membawa rakyat ke hutan di perbatasan PNG, kemudian mengungsi ke Giyungga di PNG dan buka tempat pengunsian di sana.
Gerardus jadikan tempat itu sebagai pusat pertahanan, dan terus melancarkan perang kepada ABRI di tanah Merah dan sekitarnya. Akibatnya, pemerintah Indonesia intervensi kepada pemerintah PNG dan polisi PNG tangkap Gerardus Thommey dan beberapa orang lain dan dimasukan penjarah di Papua new Guinea.
Pada suatu hari, mereka dikunjungi di penjara oleh utusan PBB, urusan pengungsi, pejabat PBB itu adalah seorang Afrika asal Ghana dan diplomat PBB itu minta orang-orang West Papua yang ditahan di penjara itu dikirim ke Afrika.
Sesuai permintaan diplomat itu, Gerardus dan beberapa lain dikirim ke Afrika dan mereka diterima oleh presiden Senegal dan akhirnya dibuka kedutaan West Papua di sana. Gerardus dan lainnya tinggal di sana, tetapi karena pertengkaran internal yang menyebabkan seorang teman mereka dari suku Mee dipukul dan mati, maka pemerintah Segenal tutup kantor itu dan mereka dikirim ke Belanda sesuai permintaan mereka. Gerardus mengatakan ia merasa kehilangan teman baiknya itu. Gerardus adalah salah satu tokoh yang ikut korban dlm peristiwa itu, ia kemudian ke Belanda dan menetap di sana.
Pada tahun 2004 Gerardus pertama kali bertemu dengan Benny Wenda, di Belanda. Dia dengar bahwa ada seorang muda klan Wenda datang dari Inggris, dan akan bicara dalam komunitas West Papua di Belanda. Setelah ia mendengar fam Wenda, ia sudah tahu kalau itu anaknya Jenderal Mathias Wenda, teman sejati Gerardus. Ketika Gerardus di pertemuan itu, mengikuti semua pembicaraan Benny, tentang perjuangan dan apa yang akan dilakukannya. Benny sampaikan persatuan orang Papua di luar negeri, tetapi orang Papua di Belanda saat itu tidak terima serius karena mereka masih terbagi dalam faksionis. Beberapa orang menawarkan Benny untuk bermalam di rumah mereka, tetapi secara diam-diam Gerardus dekati Benny, namun Benny sendiri sudah punya rencana bahwa ia akan bermalam dengan Gerardus.
Setelah di rumahnya, mereka berdua diskusi agenda perjuangan, dan Gerardus cerita semua pengalamannya, dan Benny diminta untuk dipertimbangkan. Satu pertanyaan Gerardus kepada Benny, “anak, apakah anak datang atas nama OPM atau organisasi apa?” Benny menjawab, bahwa ia datang atas nama Demmak. Dengar itu, Gerardus usulkan kepada Benny, bahwa anak bentuk organisasi bernama, Free West Papua Campaign (FWPC), berdasarkan usulan itu Benny Wenda bentuk Free West Papua Campaign di Inggris dan cabangnya diluncurkan di seluruh dunia, kita lihat saat ini.
Sejak itu, seluruh hidup Gerardus Thommey dan istrinya menghabiskan untuk mendukung Benny, tiap bulan selama 2 Minggu Gerardus ke Inggris untuk menjaga keluarga Benny, setelah kembali giliran istrinya ke Inggris untuk dua minggu sisanya . Gerardus selalu mendorong Benny Wenda, dan selalu menjadi pertahanan terkuat untuk Benny dalam perjuangan ini. Menghormati jasa-jasa Gerardus Thommey ini, anak bungsunya Wenda mengambil nama Thommy dari kakeknya ini.
Di Belanda, Gerardus Thommey juga menasihati dan mendampingi Oridek Ap dan adik-adiknya, untuk bersama-sama mendorong agenda-agenda perjuangan. Ada satu cerita lucu, suatu hari Gerardus bicara agenda perjuangan tertentu, Oridek masih sangat mudah waktu itu, Oridek ke rumah bertebat dengan Gerardus. Tapi, Gerardus tersenyum saja diperlakukan sebagai orang tua. Dia bilang anak, nanti baru tahu setelah sudah dewasa. Secara berlahan Gerardus dekati Oridek dan mendorong perjuangan mereka. Oridek mengatakan, waktu itu masih muda jadi tidak mengerti maksud baik bapak Gerardus, dan akhirnya Gerardus satu-satunya, orang tua yang dorong kami di sini. Gerardus adalah orang yang paling setia, semangat nasionalisme selalu mendidih dalam tubuhnya, usianya makin tua tetapi semangatnya tidak pernah luntur. Setiap kegiatan apa pun dia selalu paling depan.
Pada suatu hari, Oridek, Raki, dan saya ke Brussel untuk beberapa agenda, kami ke rumah bapak Gerardus untuk minta petunjuk, saat itu bapak Gerardus masih sakit. Tetapi, Bapak Gerardus mengatakan ia bersedia ikut dampingi kami ke Brussel, kami bertiga terkejut, bagaimana bapak masih sakit tetapi ia temanni kami. Dalam perjalanan, bapak Gerardus berkata, “anak-anak bapak sudah tua dan kondisi sakit, tetapi bapak harus dampingi anak-anak untuk memberi semangat kalian bahwa ada orang tua ikut. Kami orang tua tidak tinggalkan kamu sendiri, tetapi kami harus dampingi kalian, untuk memberikan semangat. Suatu saat, bapak sudah tidak ada lagi, kalian akan ingat bahwa orang tua selalu ada dengan kalian”.
ah… Bapak Gerardus Thommey, sungguh sangat berharga nasihat dan dedikasimu, sunggu engkau pahlawan sejati. Terima kasih bapak kebersamaan, keramahan, dan humor-humormu. Saya minta maaf, hasil wawancara denganmu belum tulis, karena data itu tidak sempat bawa, dan masih tersimpan dalam file di Jerman. Tetapi, pasti akan saya tulis untuk mengingat perjuanganmu.
Selamat jalan bapak, tinggal dan istirahatlah dengan tenang dan damai di Sorga bersama Tuhan Allah dan Yesus Kristus. Tuhan akan menempatkanmu di sisi-Nya sesuai perjuangan dan pengorbananmu untuk bangsa besar ini.