[JAYAPURA] Penjagaan ketat dilakukan aparat keamanan pada peringatan 1 Desember, yang disebut-sebut hari kemerdekaan Papua Barat di Taman Peringatan Kemerdekaan dan Pelanggaran Hak Azazi Manusia, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (1/12) pagi.
Tempat ini dulu adalah lapangan sepakbola, kini tempat pemimpin besar bangsa Papua, Theys Hiyo Eluay dikebumikan.
Dalam kegiatan yang dihadiri ribuan warga tersebut, wartawan tidak diperkenankan masuk ke tempat kegiatan. Para peserta ibadah dilarang panitia untuk memotret. Ketatnya penjagaan ini dikarenakan banyaknya orang yang tidak dikenal mengaku sebagai wartawan.
Tampak pula sebuah spanduk biru yang bertuliskan selamat datang mahasiswa Papua ke Tanah Air, penampungan eksodus mahasiswa Papua sedunia di Sentani, Jayapura.
Merdeka, merdeka, merdeka, itulah kata-kata yang terus diteriakkan para peserta. Tak kenal lelah mereka berteriak sahut-menyahut. Bila seorang berorasi meneriakkan kata Papua, maka dijawab dengan kata merdeka secara bersama-sama.
Koordinator Pelaksana Kegiatan Peringatan 1 Desember, Markus Haluk mengatakan, ini adalah kegiatan pengungkapan rakyat bahwa rakyat Papua pernah merdeka. Sejak 1 Desember 1961, bangsa Papua pernah merdeka dan sejarah itu tidak bisa ditutup, dibelokkan, dan disembunyikan.
Soal banyaknya aparat dalam penjagaan kegiatan itu, Markus mengatakan, mereka tak perlu meneror rakyat. Biarkan rakyat mengungkapkan isi hatinya. Salah satu pernyataan sikap yang akan dibacakan nanti siang adalah bangsa Papua ingin mendapatkan keadilan dan penghormatan seperti bangsa-bangsa lain di dunia.
Dari informasi yang diperoleh SP dari Manokwari dilaporkan dalam demo hari ini, seorang pendemo bernama Edison Baransano ditangkap aparat keamanan karena membuat spanduk bergambar bintang kejora.
Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu menegaskan, peringatan 1 Desember hari ini yang diklaim sebagai hari kemerdekaan Papua Barat, sebaiknya tidak perlu dilakukan dan dibesar-besarkan. [GAB/154]
SP Daily