Senin, 1 Juni 2009 06:13 WIB | Peristiwa | Unik | Dibaca 139 kali
Jayapura (ANTARA News) – Dengan kondisi budayanya yang beragam, wilayah Papua dan Papua Barat menjadi tempat yang ideal untuk kegiatan penelitian bertema etnoarkeologi.
Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Drs.M.Irfan Mahmud,M.Si di Jayapura, Senin mengatakan, penelitian etnoarkeologi penting untuk mengetahui sejarah perkembangan budaya masyarat mulai jaman pra sejarah hingga sekarang.
“Sebagian masyarakat yang mendiami Pulau Papua secara keseluruhan masih melaksanakan dan mewarisi budaya nenek moyang mereka,” ujarnya.
Etnoarkeologi merupakan salah satu cabang dari ilmu arkeologi yang mempelajari sisi etnik atau perkembangan budaya dari suatu masyarakat berdasarkan bukti-bukti peninggalangan berupa artefak.
Jika merujuk pada jumlah bahasa daerah yang masih digunakan di wilayah Papua, jumlah etnik yang menempati pulau ini mencapai 300 suku.
Sementara itu, sebagian besar bahkan hampir seluruh etnik masyarakat ini masih melakukan beberapa aktivitas yang sama atau mirip dengan nenek moyang mereka beberapa generasi yang telah lewat.
Misalnya kegiatan bercocok tanam menggunakan alat-alat cangkul sederhana yang belum tersentuh teknologi tinggi yang sampai saat ini masih dikerjakan masyarakat di daerah pegunungan.
Selain itu, ada pula aktivitas menokok atau mengolah sagu yang dilakukan masyarakat yang tinggal dekat daerah pesisir.
Kegiatan-kegiatan budaya seperti ini, menurut Irfan secara substansial masih sama dengan yang dilakukan masyarakat masa lalu. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan biasanya terletak pada peralatan atau media yang digunakan yang semakin meringankan pekerjaa yang dilakukan
“Tapi dasar budayanya tetap sama,” tandasnya.
Kondisi inilah yang menjadikan penelitian etnoarkeologi dengan mudah dilakukan karena bukti arkeologinya jelas dan lengkap.
Salah satu faktor yang menyebabkan sebagian masyarakat Papua memiliki kekayaan etnoarkeologi yang masih bertahan kemurnniannya adalah keadaan geografis yang menjadi hambatan, terutama masyarakat daerah pegunungan untuk berinterkasi intensif dengan budaya dari komunitas di luar etnik mereka.
“Warisan budaya yang sangat berharga ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan ilmiah yang hasilnya digunakan untuk merancang bentuk pembangunan yang sesuai dengan tradisi masyarakat Papua,” jelas Irfan.(*)
COPYRIGHT © 2009