SENTANI-Pemasangan pagar di lokasi makam Alm Theys Hiyo Eluay, ternyata mendapat protes dari sekelompok masyarakat. Jumat (13/6) kemarin, sekitar 100 orang dengan cara paksa merubuhkan pagar tinggi sekitar 3 meter dan sempat menduduki beberapa jam lokasi makam.
Bahkan beberapa tiang baliho yang terpasang di depan makam seperti baliho Festival Danau Sentani, Tim PON Papua dan Tim MRP yang terpasang di bagian ujung lapangan ikut dirobohkan.
Aksi ini dilakukan sejak pagi hari sekitar pukul 08.30 WIT, dimana secara menetes sekelompok orang datang dan diantaranya membawa beberapa alat baik besi, parang serta gergaji. Tidak lama kemudian, pagar yang terpasang sejak Rabu (11/6) siang itu dirobohkan serempak dan balok pagar yang sudah terlepas langsung dibakar.
Meski hanya berjarak beberapa meter dari pos polisi, ternyata tidak satupun aparat yang berani menghentikan aksi ini. Putra tertua Almarhum Thyes Michael Boy Eluay yang ditemui di lokasi makam, mengungkapkan bahwa tidak pernah ada perintah untuk memagari makam, baik dari pihaknya maupun dari dewan adat sendiri karena itu ia mengecam perbuatan yang dianggap dilakukan sepihak itu.
“Tidak pernah ada yang meminta lokasi ini dipagari,” ujar Boy yang dikerumuni warga. Dikatakan, aksi mendatangi makam dan merobohkan pagar serta baliho tidak ada yang mengatur atau menjadi koordinator. Semua dilakukan atas inisiatif sendiri, karena dan ikatan emosional dari masyarakat terhadap almarhum, sehingga ia menyayangkan aksi sepihak yang akhirnya menyumut emosi masyarakat.
“Jika ingin bertindak sebaiknya melihat dampaknya di masyarakat, karena bila seenaknya dilakukan bisa menyumut emosi masyarakat,” katanya. Boy juga mengaku mendapat laporan bahwa pemagaran tersebut dilakukan oleh Yohannes Eluay, hanya ia sendiri tidak mengetahui alasannya.
Meski begitu Boy mengaku tidak mempermasalahan jika suatu saat lokasi makam betul betul dipindahkan. Hanya menurutnya, semua butuh proses dan tak semudah yang dibayangkan. “Kami tidak melarang untuk pemindahan, tetapi sebaiknya seluruh komponen dikumpulkan dan ditanyakan, jika mereka setuju yah silahkan saja,” lanjut menyarankan agar tak timbul konflik.
Ditegaskan, jika ada niat lain untuk pemindahan tersebut, Boy siap menjadi taruhan. Disinggung mengenai pembayaran kepala alm Theys yang dilakukan di rumah Yohannes Eluay sebagai proses awal pemindahan lokasi makam, ditentang keras olehnya.
“Tidak ada aturan setelah membayar uang kepala selanjutnya dengan sendirinya mempermudah proses pemindahan makam,” tutur Boy dengan sedikit lantang.
Menurutnya proses pembayaran uang kepala pun dianggap tidak sah karena dilakukan di luar para-para adat (obhe) dan almarhum tidak bisa dibayar oleh 1 kampung begitu saja, karena memiliki strata yang berbeda dengan ondofolo yang ada di Sentani. Ia pun berbalik bertanya pada wartawan jika makam orang tuanya dipindahkan begitu saja tanpa sepengetahuan anak-anaknya.
Menurut Boy cara yang sebaiknya ditempuh adalah duduk bersama dan mencari jawaban serta kesepakatan dengan melibatkan pimpinan suku tidak dilakukan serta merta yang akhirnya memberikan ketakutan di tengah masyarakat.
“Kami masih dalam suasana berduka mengapa diusik lagi, jika bersikeras dan memiliki niat baik silahkan duduk bersama di pendopo. Musuhpun jika berlindung di pendopo pasti kami lindungi,” pungkas Boy dengan sedikit pernyataan yang membingungkan. Pantauan Cenderawasih Pos tiang besi baliho yang roboh akhirnya dipotong menggunakan gergaji besi dan cover baliho dilipat dan disimpan dan tumpukan besi serta kawat yang berceceran akhirnya diangkut menggunakan truk. Siang hari sekitar pukul 14.00 WIT masyarakat akhirnya perlahan-lahan meninggalkan lokasi.
Sementara itu insiatif pemindahan makam Theys oleh salah satu keluarga (keponakan Theys red) Yohanes Eluay, terus ditindaklanjuti. Hal tersebut seperti terlihat melalui persiapan-persiapan yang telah dilakukan, yakni pengukiran rencana makam Theys yang baru, tepatnya di depan GKI Jemaat Solafide Sereh.
Dimana makam itu berada di tengah-tengah keempat makam Ondoafi Kampung Sereh lainnya, yang kini 89% sudah hampir selesai.
“Apapun yang terjadi makam Bapak Theys harus dipindahkan,” tegasnya Yohanes Eluay SH, ketika ditemui wartawan Jumat (13/6) sekitar pukul 09.00 WIT di lokasi pemakaman yang baru tepatnya di depan gedung GKI Jemaat Solafide Sereh.
Alasan Yohanes melakukan pemindahan tersebut karena selama ini, ia menganggap lokasi yang digunakan sebagai makam Theys sekarang tidak berfungsi sebagaimana mestinya lokasi makam, yang harus mendapat perawatan dan penjagaan dari pihak yang diberikan tanggung jawab. Sebab selama ini yang terjadi lokasi itu hanya digunakan sebagai tempat mabuk-mabukan, pacaran dan juga sering digunakan untuk bermain bola.
“Jika sudah tidak ada tanggung jawab lagi, dalam memberikan perawatan dan perhatian terhadap makam orang tua kami, ya terpaksa kita pindahkan ke makam keluarga dan kita rawat sendiri,” ujar Ketua DPRD Kabupaten Jayapura ini. Anis juga mengatakan bahwa pemindahan lokasi tersebut tidak ada kaitannya dengan kepentingan apapun, sebab ini hanya merupakan bentuk perhatian dari keluarga terhadap sosok yang dianggap memiliki pengaruh leluhur ini.
Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Forkorus Yaboisembut, S.Pd mengatakan, aksi pembongkaran tersebut sebagai bentuk akumulasi kekecewaan warga yang menganggap bahwa pembuatan pagar dan sejumlah baliho tersebut tidak pernah ada koordinasi sama sekali dengan pihak-penanggung jawab lokasi makam dan juga berindikasi kepada kepentingan oknum-oknum tertentu.
“Pembongkaran tersebut merupakan bentuk kekecewaan warga yang menganggap pembuatan pagar dan baliho, mengandung sejumlah kepentingan lain, yang bersifat provokasi dan kepentingan pribadi dalam menunjang karir maupun kepentingan financy,” tukas pria bertubuh jangkung ini.
Menyoal adanya isu tidak terurusnya makam Theys, yang selama ini dijadikan tempat bermain bola dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat negatif, Forkorus mengatakan bahwa itu hanya alasan murahan digunakan sebagai tameng oknum-oknum tertentu untuk memuluskan kepentingannya. Sebab selama ini DAP sudah mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan guna merilis lokasi tersebut menjadi suatu lokasi yang mempunyai nilai sejarah politis pelanggaran HAM yang akan selalu dikenang masyarakat Papua yang sudah tercatat di mata dunia.
Hanya saja pelaksanaan sejumlah program tersebut masih terbengkali dengan kondisi financy yang dimiliki oleh DAP sendiri. Namun DAP juga tidak tinggal diam. Selama ini sudah ada berbagai usaha yang dilakukannya untuk memuluskan niat tersebut. Untuk itu diharapkan bagi oknum-oknum yang mempunyai konsep lain di lokasi tersebut agar jangan memperkeruh keadaan dengan memanfaatkan media pemakaman sebagai pemicu konflik horizontal.(ade/jim)