Salah satu saksi mata, Natalis Tigi, kepada media di RSUD Nabire, Jumat (19/09/2014) kemarin menjelaskan, pelaku penembakan berjumlah dua orang dan diketahui mengenakan pakaian preman saat melakukan rentetan penembakan.
“Mereka tembak kami pakai senjata besar yang bisa lipat itu. Satu orang pakai baju putih dan satu orang baju hitam. Tidak tahu tentara atau polisi karena mereka tiba-tiba dari belakang antrean mobil, kayaknya dari mobil belakang,”
tutur Natalis Tigi, seperti dikutip dari majalahselangkah.com, kemarin.
Natalis mengatakan,
“Senjata pertama tembak saya. Tapi, saya lari masuk ke kali dan peluru kikis saya punya rabut. Kalau saya tidak tunduk, pasti saya duluan mati kepala tembus. Dia (Videlis Agapa) di belakang dan kena peluru dari tulang belakang tembus di perut dan dia mati.”
“Itu jalan di atas jadi, kami lari ke bawah, ke kali. Mereka dua posisi di atas. Dari atas tembak ke bawah, di bawah jembatan. Untung kami yang lain lari sembunyi. Itu kami tidak lawan apa-apa, mereka langsung main tembak,”
cerita Natalis.
Natalis menjelaskan, ia, Petrus Dogomo, Sariawagi ditembaki sekitar 6 kali usai melarikan ke arah bawah, namun tidak kena. Sedangkan Agapa sudah lebih dulu jatuh dan tewas.
“Ada banyak kali tembakan, kira-kira enam kali begitu. Kami takut dan lari ke kali, jadi tidak hafal berapa kali tembakan. Setelah tembak, mereka kembali,” kata Petrus Dogomo, saksi lain.
Sumber lain, warga di KM 74 mengatakan, di wilayah itu tidak ada orang lain. “Di sana itu tidak ada orang lain yang punya senjata. Yang ada senjata itu ya, kita tahu semua to, TNI yang jaga perusahaan milik Dewa Krisna dan pos Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon 753 di KM 100,” kata sumber itu.
Kepada sejumlah pesonil TNI yang datang ke RSUD, aktivis Hak Asasi Manusia Papua wilayah Meepago, Yones Douw secara spontan mengatakan, “Ini bagaimana pak. Palang jalan saja ditembak mati begini. Biasanya ada peringatan satu, dua dan tiga. Ini bukan binatang, mereka ini manusia pak.”
Mayat Videlis (Jhon) Agapa telah disemayamkan di RSUD Nabire sejak kemarin, dan telah dimandikan dan dimasukan ke dalam peti mayat. Keluarga telah membawa pulang mayat ke rumah duka di kelurahan Siriwini Nabire.
Menurut kesaksian Natalis Tigi, pagi harinya, Kamis (18/09/14) sekitar Pukul 05:00 waktu setempat, sebuah mobil yang melaju di komplek pemukiman KM 74 menabrak seekor babi milik korban, dan babi itu mati.
“Kami ini sudah lama tinggal di sini (KM 74: red). Kami punya rumah, kebun, ternak babi semua ada di sini,” kata Petrus Dogomo.
Dijelaskan Petrus Dogomo, korban (Videlis Agapa) bersama sejumlah pemuda, Natalis Tigi dan Sariawagi tidak terima dengan kejadian ini.
Apalagi ternak babi bagi orang Mee adalah ternak berharga dan bernilai tinggi. Maka, mereka sepakat untuk memalang jalan utama di KM 74 dan meminta uang suka rela kepada para sopir yang melintas di jalan itu untuk ganti rugi.
“Kami tidak minta banyak, kami hanya minta suka rela saja. Orang lain, tabrak anjing saja palang dan minta bayar besar. Ini tabrak babi, tetapi kami hanya minta suka rela,” kata dia.
Lanjut Dogomo, pagi harinya mobil dari arah Nabire ke pedalaman lewat banyak. Begitu pula sebaliknya dari arah pedalaman. Tetapi, kata dia, mulai agak siang, dari arah pedalaman ke kota mulai berkurang.
“Pas jam 3 (Pukul 15 waktu setempat), banyak mobil datang dan antre panjang ke belakang. Saat itu, tiba-tiba dari belakang antrean panjang itu dua orang datang bawa senjata dan tembak kami,”
kata dia.
Videlis (Jhon) Agapa (36) tewas di tempat dan meninggalkan 3 istri tercintanya, Petronela Dumupa, Nella Giay, dan Rokesia Goo.
Kapolres Nabire, AKBP Tagor Hutapea ketika dikonfirmasi wartawan melalui telepon selulernya, membenarkan kejadian ini.
“Kemarin, kami ke atas pak. Saya, Pak Dandim, dan Danyon. Sekitar jam 10 ada palang. Pas sekitar jam 12 siang ada dua orang, satu pakaian putih dan satu pakaian hitam, turun dari mobil dan lakukan penembakan itu,”
tutur Kapolres.
Lebih lanjut kata AKBP Tagor Hutapea, “Mereka dua (pelaku) kembali ke arah pedalaman. Satu jam kemudian ada laporan bahwa ada yang meninggal di tempat kejadian. Tadi malam kami bawa ke RUSD Nabire dan sudah otopsi, sudah pasti luka tembakan itu,” kata Kapolres.
“Yang jelas itu luka tembakan itu, pak,” katanya. AKBP Tagor Hutape mengatakan, pihaknya sedang mendalami pelaku penembakan.
OKTOVIANUS POGAU | Sabtu, 20 September 2014 – 13.46 WIB, SUARAPAPUA.com