Ada beberapa motivasi psikologis di balik kecenderungan individu yang terus-menerus melaporkan dan berbagi kegiatan mereka di platform media sosial seperti Facebook. Satu faktor kunci adalah keinginan untuk validasi dan persetujuan dari orang lain. Ketika individu memposting tentang kegiatan mereka dan menerima suka, komentar, dan saram, mereka merasa divalidasi dan didukung oleh lingkaran sosial mereka. Ini dapat meningkatkan harga diri dan nilai diri mereka, karena mereka menerima umpan balik positif dan validasi dari orang lain.
Dari perspektif ini, kita dapat melihat ada aspek “aktivitas mereka” di satu sisi, dan di sisi lain “mengharapkan validasi dan penegasan” dari orang lain. Ini jelas menunjukkan adanya kurang rasa percaya diri atau ketidakpastian atau kebingungan yang lebih ekstrem di pihak mereka yang melakukan aktivitas, dan itulah sebabnya mereka selalu berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan validasi dan penegasan dari orang lain.
Para pemimpin atau mereka yang menjalankan kegiatan dengan percaya diri dan yakin bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar dan baik untuk tujuan mereka, maka mereka tidak akan meminta orang lain di luar untuk mendapatkan penegasan dan validasi. Pemimpin yang kuat dengan rasa percaya diri terkadang tidak akan mempublikasikan apa yang mereka lakukan di media sosial. Mereka tidak akan meminta validasi, dukungan, dan penegasan dari orang lain. Bahkan ketika mereka menerima kritik, mereka akan membela dan berdiri teguh pada apa yang mereka yakini dan apa yang mereka lakukan, dan mereka akan terus maju.
Perbandingan sosial adalah motivasi psikologis lain untuk terlibat dalam berbagi terus-menerus di media sosial. Individu cenderung membandingkan diri mereka kepada orang lain di media sosial, yang menyebabkan perasaan iri atau inferioritas jika mereka menganggap orang lain sebagai memiliki kehidupan yang lebih menarik atau sukses. Dengan berbagi kegiatan mereka sendiri, individu berusaha untuk menggambarkan diri mereka dalam cahaya positif dan membuat gambar yang menguntungkan dari diri mereka sendiri ke pengikut media sosial mereka.
Aspek lain yang memotivasi mereka untuk mengunggah semua yang mereka lakukan di media sosial adalah Perbandingan Sosial. Ini adalah motivasi psikologis lain untuk terlibat dalam berbagi secara terus-menerus di media sosial. Individu cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain di media sosial, yang menyebabkan perasaan iri atau rendah diri jika mereka menganggap orang lain memiliki kehidupan yang lebih menarik atau sukses. Dengan membagikan aktivitas mereka sendiri, individu berusaha untuk menggambarkan diri mereka dalam cahaya yang positif dan menciptakan citra yang baik tentang diri mereka kepada pengikut media sosial mereka.
Aspek ketiga adalah “rasa takut”. Rasa takut ketinggalan (FOMO) juga menjadi kekuatan pendorong di balik keinginan individu untuk terus-menerus berbagi informasi di media sosial. Individu mungkin merasa tertekan untuk terus-menerus mengunggah dan memperbarui aktivitas mereka agar tidak merasa tersisih atau terputus dari lingkaran sosial mereka. Hal ini dapat menimbulkan rasa cemas dan tekanan untuk terus-menerus online dan terlibat dengan media sosial.
Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dan berbagi konstan dapat memiliki efek negatif pada kesehatan mental individu dan kesejahteraan. Studi telah menghubungkan tingkat tinggi penggunaan media sosial untuk meningkatkan perasaan kesepian, depresi, kecemasan, dan harga diri rendah. Kebutuhan konstan untuk validasi dan perbandingan dengan orang lain dapat menyebabkan perasaan ketidakcukupan dan ketidakpuasan dengan kehidupan seseorang sendiri.
Untuk menjaga keseimbangan yang sehat dalam penggunaan media sosial, individu dapat mengambil beberapa langkah. Pertama, mereka dapat membatasi waktu mereka yang dihabiskan di media sosial dan menetapkan batas untuk ketika dan bagaimana sering mereka terlibat dengan itu. Hal ini juga penting bagi individu untuk berhati-hati dari motivasi mereka untuk berbagi di media sosial dan untuk mencari validasi dan kepercayaan diri dari dalam, daripada mengandalkan sumber eksternal.
Mencermin dalam kegiatan yang mempromosikan harga diri dan harga diri, seperti hobi, latihan, dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang dicintai, juga dapat membantu individu menjaga rasa diri yang sehat dan mengurangi kepercayaan pada media sosial untuk validasi. Dengan mengambil langkah-langkah ini, individu dapat menyerang keseimbangan dalam penggunaan media sosial mereka dan melindungi kesehatan mental mereka dan kesejahteraan dalam jangka panjang.