JAYAPURA – Hari kedua pasca gempa bumi berkekuatan 7,1 skala richter yang terjadi di Serui dan Biak, korban gempa mulai membutuhkan bantuan, terutama di warga Kabupaten Kepulauan Yepen yang mengalami kondisi cukup parah. Bantuan yang segera dibutuhkan warga korban gempa adalah bahan makanan (Bama) dan obat-obatan.
Kapolres Kepulauan Yapen AKBP Deni Siregar, SIK saat dihubungi via telepon selulernya terkait perkembangan penanganan korban Gempa di Serui mengatakan, saat ini posko bantuan dipusatkan di Polres Kabupaten Kepulauan Yapen.
Kemarin pagi sejumlah bantuan berupa Makanan, obat-obatan dan tenda, khususnya yang datang dari Pemda Kepulauan Yapen telah disalurkan ke sejumlah kecamatan-kecamatan serta kampung-kampung. "Kami telah menurunkan 250 personil anggota Polres Kepulauan Yapen untuk menyalurkan sejumlah bantuan, terutama ke daerah yang sulit dijangkau," ungkapnya saat dihubungi via telepon dari Jayapura, kemarin.
Bantuan berupa tenda, obat-obatan dan makanan tersebut disalurkan dengan mengerahkan seluruh alat transportasi yang ada. " Untuk daerah yang dapat dijangkau dengan jalan darat kita gunakan mobil sedang sejumlah kecamatan dan kampung di daerah pantai kita menggunakan speed boat" tukasnya.
Diinformasikan, siang kemarin, setelah dilakukan penyisiran terhadap korban yang mungkin tidak ditemui pada hari pertama saat gempa terjadi, ternyata memang tidak ditemukan tambahan korban jiwa, akan tetapi korban luka-luka bertambah 50 orang dari sejumlah korban luka yang telah dirawat sebelumnya.
Dikatakan, saat ini belum dapat dihitung soal jumlah keseluruhan kerugian yang diakibatkan gempa tersebut, sebab fokus utama kepolisian serta pemerintah daerah saat ini adalah bagaimana menyalurkan bantuan ke sejumlah daerah yang kini telah kesulitan bahan makanan dan obat-obatan serta tempat tinggal "Kita belum dapat menghitung nilai keseluruhan kerugian, " ujarnya.
Saat ini menurut Kapolres yang paling dibutuhkan di sana adalah bantuan bahan makanan ( Bama), obat-oatan serta tenda. "Kami juga meminta dukungan semua pihak untuk turut, membantu saudara-saudara kita di sini" tambahnya lagi.
Sebab saat ini menurut Kapolres Bantuan dari Pemda dan dari berbagai pihak yang telah sampai ditangannya itu belum mencakup seluruh korban bencana yang ada, jadi masyarakat disana masih sanga membutuhkan bantuan.
Seorang warga korban gempa bumi di Serui, Samen Palembangan kepada Cenderawasih menuturkan secara keseluruhan, kerusakan bangunan di kota Serui cukup banyak, jumlahnya mencapai 100 lebih bangunan rusak. Beberapa diantaranya seperti pusat informasi radio pantai, Kantor DPRD Yapen, Pengadilan Negeri Yapen, Kantor Bupati Yapen, Rumah Sakit Yapen yang mengalami kerusakan di bagian pelayanan administrasi, rumah Kepala Dinas Infokom Kab. Yapen Drs Bennidiktus Yahruu yang megalami kerugian dan sejumlah lainnya.
Di RS Yapen, pada saat gempa sebagian besar pasien memilih memilih lari dari dalam ruangan pada saat gempa terjadi. Bahkan dengan kondisi yang masih dalam keadaan lemah, mereka (pasien) juga berupaya lari menyelamatkan diri ke bagian arah gunung dan ada yang dibantu keluarganya. "Informasinya sebagian besar pasien di rumah sakit juga ikut keluar menyelamatkan diri," tandas Samen.
Warga lainnya, Lora yang dikontak Cenderawasih Pos menyampaikan, diperkirakan ratusan rumah warga di Kampung Randawaya terendam, begitu juga di Distrik Yapen Timur dan serta beberapa rumah Distrik Ambai.
Sementara itu, di pusat Kota Serui ada beberapa unit rumah terbakar sat terjadi gempa, puluhan hingga seratusan lebih rumah rusak berat.. Sementara itu, di Kampung Menawi ada sejumlah warga yang sedang mengerjakan proyek gorong-gorong terluka parah akibat tertindis gorong-gorong dan kini sedang di rawat di RSUD Serui.
“Ya gempa kembali terjadi di Serui, dan ada rumah tenggelam akibat air pasang, karena rumah mereka berada di pinggiran pantai,” ungkap Lora kepada Cenderawasih Pos, via ponselnya, Kamis, (17/6).
Menurutnya, beruntung pada saat gempa yang pertama, warga telah mengantisipasinya dengan mengungsi ke tempat yang lebih aman, sehingga saat datang gempa berikutnya yang lebih besar, warga dapat menyelamatkan diri dengan aman di luar bangunan rumah-rumah mereka.
Sampai saat ini, warga masih trauma. Mereka memilih tinggal di luar rumah sampai situasi benar-benar aman. “Ada warga yang saat ini buat tenda di gunung, ada yang memasang tenda untuk tidur dan memasak di halaman rumahnya, ada yang ada ditempat pengungsian,” katanya.
Untuk data-data korban dan kerugian materiil yang disampaikan dua warga ini masih simpang siur dan perlu di kros cek lagi, karena dari Pemkab setempat atau aparat yangberwenang belum mengeluarkan data resmi berapa korban jiwa, korban luka dan kerugian materiil yang diderita warga baik di Serui maupun di Biak akibat gempa bumi tersebut.
Sementara itu 45 warga binaan Lapas Serui yang diberitakan kabur pasca gempa yang mengguncang Kabupaten Biak dan Serui Rabu (16/6) akhirnya kembali ke Lapas. Ke 45 warga binaan ini kembali dengan sukarela tanpa harus dilakukan pencarian.
Sebagaimana penyampaian Kakanwil Hukum dan HAM Papua Nazarudin Bunas, SH.MH saat dihubungi Cenderawasih Pos Kamis kemarin. "Pagi tadi ( kemarin, red) saya peroleh informasi bahwa dari 57 warga binaan, telah kembali 46 orang dan sisanya 11 orang memang masih diluar," ungkap Kakanwil sore kemarin.
Namun kata Bunas, dari 11 warga binaan yang masih diluar ini telah dilakukan pemantauan oleh petugas dimana ada yang terpaksa harus membantu membereskan rumah mereka yang rusak akibat gempa. "Selebihnya mereka kembali dengan kesadaran sendiri tapi 11 orang ini harus memperbaiki rumahnya yang rusak," jelasnya.
Kalapas juga telah mengeluarkan himbauan untuk segera kembali untuk menyelesaikan masa pidananya.
Bunas mengakui saat kejadian gempa, pihak petugas tak bisa menahan para warga binaan ini untuk terus berada di dalam Lapas karena ada informasi bahwa dari gempa tersebut ada potensi menjadi tsunami. "Jadi jika tetap didalam dan ternyata jadi tsunami lalu memakan korban jelas ada kelalaian yang dilakukan petugas," bilang Bunas memberi alasan.
Dari perkembangan kabar terakhir ini menurutnya Bunas telah ia laporkan ke Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar dan Dirjend Pemasyarakatan. Kondisi bangunan Lapas pasca gempa mengalami kerusakan dimana sejumlah kaca pecah dan ada bangunan blok yang retak. Untuk mengetahui persis kondisinya, tambah Bunas paling tidak, dua hari mendatang ada pejabat yang meninjau langsung ke sana. "Mungkin besok atau luas entah saya atau kepala divisi pemasyarakatan yang berkunjung ke sana," tandasnya.
Sementara itu, dari Biak dilaporkan, satu hari pasca terjadinya gempa bumi, para nelayan di Biak lebih banyak masih memilih tidak melaut. Demikian halnya, dengan masyarakat dari Yapen yang biasa menggunakan perahu kayu dari Biak dan sebaliknya di Pantai Tiptop Biak, juga lebih banyak menunda keberangkatannya. Meski begitu, ada satu dua nelayan yang juga tetap memilih untuk melaut.
Di Biak, hampir sebagian besar masyarakat yang sehari-harinya beraktivitas dan mengunakan jalur laut dengan perahu masih trauma akibat kejadian gempa bumi tersebut. Di Pantai Tiptop Biak yang dijadikan tempat keberangkatan, Kamis (17/6) kemarin, masih terlihat sepih. Memang ada orang yang akan berangkat menggunakan perahu, namun jumlahnya tidak seberapa tidak seperti pada hari-hari biasanya yang telihat cukup ramai.
Pada dasarnya sebagian besar masyarakat masih takut akan terjadinya gempa susulan dan bisa saja menimbulkan gelombang tsunami itu. Namun secara keseluruhan aktivitas di Kabupaten Biak secara keseluruhan pada dasarnya telah berjalan normal. Masyarakat di sejumlah perkantoran tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya.
“Masih ada satu dua teman kami yang memang milih untuk ke laut mencari ikan, tapi lebih banyak yang untuk hari ini tidak berangkat. Sebagian besarnya masih takut terhadap kemungkinan masih adanya gempa susulan dan gelombang tsunami,” ujar Ahmad La Ode kepada Cenderawasih Pos di Pantai Yenures, kemarin.
Hal yang hampir sama dikatakan oleh Frans Rumbewas, warga yang akan menggunakan perahu ke Yapen bagian Selatan ini menyatakan pada dasarnya masih takut menggunakan perahu, hanya saja karena ada keperluan makanya dia nekat bersama dengan sejumlah warga lainnya.
“Kalau soal takut tetap kami takut, namun karena kami juga ada keperluan sehingga harus berangkat dari Biak hari ini juga. Soal ketakutan aka nada gempa susulan dan gelombang tsunami tetap ada,” tandasnya.
Sementara itu Kapolres Biak Numfor AKBP Ricko Taruna Mauruh mengatakan, bahwa hingga kemarin pada dasarnya kondisi di Biak secara keseluruhan aman. Tidak ada korban jiwa dan kerugian materi yang pailing terasa akibat goncangan gempa sehari sebelumnya itu. “Laporan yang kami terima secara keseluruhan di Biak aman-aman saja,” tandasnya. (rik/ade/ito/wen)