Kapolri Jamin Pilpres di Papua

JAKARTA – Gejolak kondisi keamanan di Papua yang terusik pada pelaksanaan pemilu legislatif menjadi prioritas utama bagi aparat kepolisian. Apalagi salah satu anggota mereka tewas dalam aksi penembakan yang dilakukan oleh gerakan yang diduga gerakan separatis di Papua.
Kapolri Bambang Hendarso Danuri menjelaskan bahwa pihaknya menjamin Gangguan keamanan yang terjadi pada pemilihan legislatif tidak akan terulang lagi.

” Untuk pilpres, nggak ada masalah. Terkait penembakan di Tinambut, saat ini sedang berlangsung pengejaran. Bantuan sebanyak 2 SSK dari Kendari dan Makassar telah pula diterjunkan,” ujarnya di Istana Negara, Jakarta, kemarin (17/4).

Menurut Bambang, langkah-langkah untuk solutif pasca peristiwa penembakan tersebut terus dilakukan. Diantaranya dilakukan dengan mengupayakan agar otak peristiwa yang menewaskan Bripda Dance Musa Animan ditangkap

Peristiwa itu terjadi saat kelompok bersenjata menghadang mobil yang digunakan polisi di Papua. Akibatnya satu orang anggota Brimob tewas dan 6 anggota polisi lainnya menderita luka-luka.

Enam aparat yang terluka dalam serangan itu adalah Bripka Kamarul Huda, Bripka Adam Anos, Brigadir Khairudin Hamid, Bribda Basri dan Bribda Rodald Patijaja.

Berbagai langkah telah diambil oleh Mabes Polri, diantaranya dengan mengirimkan 80 pasukan Brimob untuk memperkuat Polda Papua. Polisi juga sudah meminta bantuan aparat TNI untuk menjaga keamanan Papua.

Bambang juga menjelaskan bahwa proses hukum terhadap kasus aksi pembakaran gedung rektorat Universitas Cenderawasih juga menjadi perhatian aparat. “Saat ini sudah ada satu orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan untuk otak pelakunya masih dalam pengejaran jajaran Polda Papua. Dari awal mereka memang inginkan pemilu di sana tidak terlaksana,” paparnya.

Beberapa kejadian yang membuat bumi Cenderawasih menggelegak sejak 7 April antara lain penangkapan Markus Haluk, Seretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah dengan tuduhan menyebarkan informasi dan provokasi boikot pelaksanaan Pemilu di Papua.

Peristiwa tersebut termasuk pembakaran Depo Pertamina Biak. Dugaan sementara, rusuh itu didalangi oleh Organisasi Papua Merdeka. Motifnya, untuk menunjukkan eksistensi di mata dunia internasional.

Kemudian pembunuhan terhadap 4 orang warga sipil di Wamena, 2 orang lainnya kritis dan saat ini dirawat di RSU Wamena.

Selain itu, pada 8 April 2009, pukul 23.00 Wit, beredar isu bahwa seorang anggota kepolisian ditusuk (ditikam) oleh orang tidak dikenal di sekitar pasar Youtefa Distrik Abepura. Merespon isu tersebut, aparat kepolisian melakukan sweeping terhadap warga yang melintas di jalan-jalan protokol.

Dihari yang sama, sekelompok orang yang belum diidentifikasi menyerang ke markas kepolisian sektor Abepura. Akibatnya 1 orang tewas ditembak. Kemudian pukul 02.30, Gedung Rektorat Universitas Cenderawasih di Waena dibakar oleh orang tak dikenal. Sweeping polisi berlanjut hingga ditangkapnya 8 mahasiswa yang berada Asrama Ninmin dan 1 orang diantaranya mengalami luka tembak. (iw)

Exit mobile version