Enarotali, Jubi – Seorang tetua Aborigin dan seniman mengatakan dirinya merasa sangat terganggu dan marah karena mural karyanya untuk mendukung West Papua sudah dihancurkan.
Namun hal tersebut, tegas seniman perempuan kawakan ini, tidak akan membuatnya berhenti mengadvokasi kemerdekaan West Papua bersama-sama komunitas Aboriginnya.
Karya seni itu yang berwujud mural raksasa yang dilukiskannya di dinding Kota Darwin pada tahun 2015 menunjukkan solidaritas antara masyarakat asli Australia dan rakyat West Papua, kini sudah dicat kembali Minggu lalu.
June Mills mengatakan tidak jelas juga siapa yang bertanggung jawab melakukan pengecatan ulang Mural tersebut dan dirinya sangat terkejut dengan tindakan pengecatan yang menurut dia klandestein (aktivitas tertutup/diam-diam) itu.
June justru merasa khawatir terkait situasi yang tak menentu di West Papua dan dia ingin sekali membuat lebih banyak mural, meskipun karyanya baru saja mengalami suatu tindakan yang menurutnya sebuah kemunduran di Australia.
“Sambil kita bicara ini kekerasan terus terjadi (di Papua), hingga situasi itu teratasi, kami tidak akan berhenti membawa masalah ini agar menjadi perhatian komunitas internasional. Apapun bentuknya, baik poster, mural-mural, bicara di muka publik, apa saja, baik di forum-forum, dimanapun, kita akan terus lanjutkan.”
“Mural tersebut padahal sangat dicintai oleh komunitas di Darwin,” ujarnya.(*)