Didit Majalolo
Ketua Komite Bangkit Indonesia, Rizal Ramli (kiri), mantan Ketua DPR, Akbar Tandjung (tengah), dan mantan Presiden, Abdurrahman Wahid, berbincang saat deklarasi Gerakan Kebangkitan Rakyat di Kantor Wahid Institute, Jakarta, Rabu (3/12). Deklarasi ini dihadiri Yenny Wahid dan sejumlah tokoh politik, seperti Hariman Siregar dan Sutiyoso.
[JAKARTA] Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengaku kecewa dengan proses demokrasi di Tanah Air. Atas dasar itu, dia mendeklarasikan Gerakan Kebangkitan Rakyat (Gatara). Organisasi masyarakat ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menegakkan demokrasi, hukum, dan politik di Indonesia.
“Selama ini, saya terusik. Di antara kita seolah-olah tidak ada jembatan penyambung untuk mencapai tujuan bersama. Inilah yang menjadi alasan lahirnya Gatara,” kata mantan presiden RI tersebut ditemui SP di Jakarta, Rabu (3/12).
Dalam naskah deklarasinya yang dibacakan Direktur The Wahid Institute sekaligus putri Gus Dur, Yenny Wahid mengatakan, Gatara akan meneruskan cita-cita proklamasi dalam mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu, cerdas, adil, dan makmur.
Dia berharap, kekuatan sosial, politik, dan ekonomi dari pendukung mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini dapat diarahkan melalui satu komando. Pendeklarasian Gatara dihadiri mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, Ketua Umum Partai Buruh Muhtar Pakpahan, mantan Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli, dan Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
Akbar Tandjung menyampaikan harapannya agar Gatara dapat mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat melalui demokrasi substansial. Selama ini, di Indonesia, demokrasi prosedural lebih berkembang ketimbang demokrasi substansial.
Sedangkan, Yenny Wahid sempat mengutarakan, langkah Gus Dur membentuk Gatara tidak terlepas dari keinginannya untuk merebut kembali Partai Kebangkitan Bangsa PKB). “PKB tetap punya kami dan akan direbut kembali,” ujarnya.
Dikatakan, Gatara akan menjadi wadah konsolidasi bagi Gus Dur dan pendukungnya. Yenny pun mengajak pendukung Gus Dur yang kecewa untuk bergabung. [CNV/O-1]