TIMIKA–MI: Komisi IV DPR RI meminta PT Freeport Indonesia lebih mengutamakan produk pertanian lokal di Mimika, Papua ketimbang mengimpor dari luar negeri.
“Kami sarankan Freeport menyerap kebutuhan sektor pangan seperti sayuran, buah-buahan, ikan dari petani lokal agar kehadiran perusahaan ini memberi nilai tambah kepada peningkatan ekonomi masyarakat lokal,” kata Herman Khaeron, anggota Komisi IV DPR RI dari Partai Demokrat di Timika, Papua, Minggu (14/3).
Ia mengatakan, dengan jumlah karyawan Freeport dan perusahaan kontraktornya yang mencapai 21 ribu orang akan menyerap kebutuhan pangan yang sangat besar. “Ini luar biasa, kalau kebutuhan pangan mereka dipasok oleh petani lokal maka sudah tentu akan merangsang warga di Mimika untuk lebih meningkatkan produktivitas mereka,” ujar Khaeron.
Anggota Komisi IV DPR lainnya, Markus Nari meminta Freeport lebih mengutamakan produk lokal daripada mengimpor kebutuhan sayur-mayur, buah-buahan, daging, ikan dan lainnya dari luar negeri seperti Australia.
Permintaan kalangan wakil rakyat agar Freeport lebih memanfaatkan produk lokal seperti sayuran, buah-buahan, ikan dan lainnya selama ini sudah ditindaklanjuti oleh perusahaan itu. Kebutuhan sayur-mayur dan buah-buahan untuk konsumsi karyawan Freeport selama ini dibeli dari para petani lokal di Mimika oleh PT Pangansari Utama melalui Koperasi Jasa Usaha Bersama (KJUB) Isuri Aiku, Koperasi Serba Usaha (KSU) Sari Rasa dan sejumlah Koperasi Unit Desa (KUD) di Timika.
Adapun kebutuhan ikan dipasok oleh Koperasi Maria Bintang Laut Keuskupan Timika. Suster Yulita PRR dari Keuskupan Timika mengatakan pihaknya sejak 2006 bekerja sama dengan PT Freeport melalui Social Local Development (SLD) untuk memberdayakan nelayanan suku Kamoro yang menetap di sekitar daerah endapan tailing dan di wilayah pesisir barat Mimika. Kerja sama dilakukan dalam bentuk pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan, penyediaan bahan bakar minyak, bahan makanan pokok, dan es balok.
Menurut Suster Yulita, Keuskupan Timika terlibat langsung dalam kegiatan tersebut lantaran prihatin dengan kondisi hidup nelayan Kamoro yang selama ini kesulitan memasarkan hasil tangkapan mereka. Di sisi lain, nelayan sering dipermainkan oleh ulah para tengkulak yang membeli ikan dengan harga yang sangat murah.
“Melihat kondisi itu Uskup Timika Mgr John Philip Saklil Pr memutuskan untuk membentuk Koperasi Maria Bintang Laut Kamoro semata-mata untuk membantu meningkatkan ekonomi masyarakat Kamoro yang memang seluruhnya beragama Katolik. Ini bentuk tanggung jawab Gereja Katolik terhadap umat,” tuturnya.
Selain itu, katanya, sejak 2007 PT Freeport dan lembaga pembangunan Pemerintah Amerika Serikat (US AID) membangun sebuah pabrik es di Kokonao, ibukota Distrik Mimika Barat.
Melalui Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), Freeport juga memberikan paket bantuan alat tangkap ikan kepada nelayan suku Kamoro berupa jaring, cool box, dan mesin perahu motor 40 PK.
Menyangkut kerjasama dengan Keuskupan Timika untuk pemberdayaan masyarakat nelayan Kamoro, staf SLD Freeport Yahya Alkatiri mengatakan ada sejumlah terobosan yang dilakukan berupa difersifikasi produk dan melebarkan jangkauan pelayanan hingga wilayah pesisir Mimika Barat dan Mimika Timur Jauh.
“Dalam hal melakukan diversifikasi produk, kami akan membuat processing ikan menjadi produk ikan filet dan steak untuk dipasok