Jayapura, Jubi – Di awal tahun 2016 ini, dua bersaudara Kara dan Neisha tidak pernah berpikir tentang Papua. Enam bulan kemudian, garasi di rumah dua anak perempuan yang tinggal di Waratah, Newscastle, Australia ini penuh sesak dengan sumbangan, yang akan dikirim ke Papua dalam minggu ini.
Keduanya juga dengan sukarela membagikan pengetahuan mereka tentang Papua kepada teman-teman sekelas mereka,.
“Kami menceritakan tentang nasib ribuan pengungsi Papua Barat, yang telah mengungsi akibat konflik yang sedang berlangsung dengan pemerintah Indonesia,: kata Kara, dikutip The Herald Australia.
Menurut keduanya, militer Indonesia yang berkuasa atas Papua Barat telah dituduh secara brutal menindas gerakan Papua Merdeka, yang diperjuangkan oleh penduduk asli Papua.
“Bibi kami dulu tinggal di Papua New Guinea dan ketika dia kembali dia mengatakan kepada kami tentang bagaimana mereka menangani orang-orang di Papua Barat,” kata Niesha yang baru berusia 12 tahun Neisha, seorang murid di Callaghan College.
“Pemerintah dan tentara tidak memperlakukan mereka seperti manusia. Saya dan kakak saya pikir itu tidak boleh terjadi sehingga kami memohon kepada ibu kami untuk membantu orang Papua Barat,” lanjut Neisha.
Dua beradik ini mengaku kewalahan oleh respon yang diberikan masyarakat Australia pada ajakan memberikan sumbangan bagi penduduk asli Papua Barat.
“Kami menerima linen, pakaian, sepatu, mainan dan perlengkapan mandi,” ujar Kara, yang masih berusia 11 tahun dan bersekolah di Waratah Public School.
Kara mengatakan para guru di sekolahnya berharap barang yang disumbangkan oleh masyarakat kotanya bisa membuat perbedaan bagi anak-anak seusianya di Papua Barat yang “tidak mampu”.
“Orang-orang ini tidak terlalu jauh dari Australia – itu jarak yang sama dari Newcastle ke Tasmania – dan tidak ada yang melakukan apa-apa untuk membantu mereka,” kata Kara. (*)