“Catatan bagi Manusia Papua: Bumi Cenderawasih Bukan Hanya Milikmu!”, demikian sambutan atau peringatan pendek yang disampaikan belum lama ini dari Alam dan Adat Papua.
Artinya Bumi Cenderawasih dihuni bukan hanya oleh Manusia Papua, yang menyebut dirinya bangsa Papua, tetapi ada makhluk dan penghuni lain di Bumi itu. Artinya mereka semua sama-sama berhak untuk mendiami tanah itu. Artinya mereka semua berkewajiban untuk terlibat dalam perjuangan aspirasi pembebasan dari tipudaya NKRI bahwa Papua Barat adalah bagian dari NKRI dan hal itu telah final.Artinya manusia siapapun TIDAK DAPAT menghalangi mereka saat mereka bergerak membela tanah airnya. Artinya siapapun yang meragukan pesan-pesan ini, maka ia meragukan identitasnya, tanah airnya, alamnya dan adatnya, maka ia menjadi manusia Papua yang tidak tahu diri, yang tidak pantas mendiami Bumi Cenderawasih.
Terutama sekali makhluk selain manusia membantah keras dan menyatakan bahwa mereka telah memberikan bantuan khusus dan istimewa kepada Ir. Soekarno, dalam rangka menyelamatkan nyawanya dari penjara Boven Digoel, tetapi Soekarno dasar manusia Jawa tak tahu berterimakasih. Malahan sang penghantar digunakan untuk berbalik menduduki Tanah dan Bumi Cenderawasih.
Dalam percakapan belum lama ini dengan Alm. Ir. Soekarno, beliau sangat meminta maaf, walaupun pemangku AA Papua tidak menerima minta maaf itu dengan senyum.
“Minta Maaf” artinya? Apakah NKRI tetap di Tanah Papua?
Menurut beliau pula, “Sebenarnya saya sudah bilang Megawati, supaya setelah dia besar, merdekakan Papua Barat.” Menurutnya hal itu disampaikan karena ia merasa berhutang. Tetapi hutang itu belum pernah terbayarkan, bahkan Megawati-lah pembunuh Theys Eluay, pengagum Ir. Soekarno dan penganut ideologi Soekarno.
Apakah Megawarti bakalan jadi Presiden? Jangan rakus, kalau tidak tahu diri.
Kalau setiap hari ada kebakaran di seluruh Indonesia, dan kalau kebakaran-kebakaran itu bukannya rumah penduduk, tetapi pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel, tempat memproduksi duit bagi perekonomian NKRI, dengan kerugian miliaran rupiah per-hari, maka SBY sebaiknya jangan mengatakan suara-suara ini “Takhayul”, karena kalau manusia yang sudah melihat dan mengalami sendiri hasil kerja dari “takhayul” itu tetapi tetap saja mengatakan “takhayul”, maka manusia sedemikian adalah bukan manusia. Ia telah menjadi bukan manusia.
Apakah ada pengampunan? Pengampunan tidak ada, yang ada hanyalah pengakhiran kutuk keapda NKRI, dan pengakhiran itu HANYA AKAN terjadi kalau Papua Merdeka.
Kalau tidak percaya, “sejarah perjalanan ini akan membuktikannya”, Amin, atas nama tanah, tumbuhan, hewan, manusia, maklhuk roh dan benda alam serta penghuni Bumi Cenderawasih.
Kiriman Pemangku AA Papua, Sandi “AWAS!!!”