Jayapura, Jubi – Mahasiswa Māori di Selandia Baru berpawai hari ini sebagai dukungan untuk gerakan pembebasan Papua Barat. Pawai ini dilakukan dalam rangkaian kegiatan konferensi tahunan Te Huinga Tauira o Te Mana Ākonga selama tiga hari (25-28 Agustus) yang diselenggarakan oleh Ngāi Tauira, Asosiasi Mahasiswa Māori ‘di Victoria University of Wellington.
“Peristiwa saat ini Papua Barat bergema dengan sejarah bangsa kita,” kata Ivy Harper, Pemimpin Te Mana Ākonga, Asosiasi Nasional Mahasiswa Māori.
“Kami ingin menyoroti apa yang terjadi di sana (Papua Barat) seperti apa yang terjadi pernah dan sedang terjadi pada masyarakat adat lainnya,” kata Harper kepada Jubi, melalui sambungan telepon, Kamis (25/8/2016).
a menekankan masyarakat internasional saat ini menerima beberapa gerakan pembebasan tapi menolak gerakan pembebasan lainnya dan publik, terutama masyarakat Selandia Baru tidak melakukan apa-apa.
Pimpinan asosiasi mahasiswa lainnya, Raimona Tapiata mengatakan para mahasiswa mulai memperkenalkan yel-yel “MA Tatou te reo Kawe nama mo te Hunga kua MU na nga aupēhitanga. Papua Merdeka” kepada publik Selandia Baru sebagai ajakan untuk mendukung pembebasan Papua Barat.
“Orang-orang di Papua Barat dipenjara atau dibunuh hanya untuk berbicara bahasa mereka. Bagaimana mungkin kita tidak mengatakan sesuatu?” kata Raimona Tapiata, Co-Tumuaki dari Ngāi Tauira.
Ia menambahkan, suara mahasiswa Maori adalah suara yang mewakili orang Papua Barat yang tidak bisa bebas menuntut pembebasan.
“Tapi kami juga ingin sesuatu yang lebih di Aotearoa. Bahasa Māori harus wajib tersedia di sekolah, bukan hanya subjek dalam kurikulum. pendidikan kewarganegaraan juga harus diajarkan sehingga orang tahu sejarah kita sendiri,” lanjut Raimona.
Para mahasiswa ini diagendakan bertemu dengan anggota parlemen Marama Fox (Māori Partai), Catherine Delahunty (Partai Hijau) dan anggota parlemen lainnya di Parlemen.
“Kami ingin pemerintah Selandia Baru berbicara di forum internasional sehingga orang Papua Barat bisa bebas untuk hidup. Kita tidak diam sementara kekejaman di Papua Barat terjadi,” katanya lagi. (*)