Dalam sejarah manusia di seluruh dunia, baik yang tercatat dalam Kitab Suci agama-agama modern, atau juga dalam agama-agama tua dan ajaran-ajaran dan cerita adat di mana-mana, telah dicatat ber-ulang-ulang, diceritakan dan dikhotbahkan di mana-mana, secara prinsipil mengatakan bahwa “para pemenang adalah mereka yang berani dan berhasil mengalahkan ego sendiri”.
Cerita Yesus Kristus merupakan cerita yang paling mudah kita jadikan sebagai salah satu dari mereka. Yesus menjadi Juruselamat umat manusia di dunia, sepanjang masa, itu menurut pengakuan salah satu agama modern, Agama Kristen. Apa yang dilakukan Yesus Kristus adalah salah-satu patokan, dan jelas menjadi patokan utama dalam perjuangan Papua Merdeka, karena hampir 90% penduduk OAP adalah beragama Kristen.
Kita selalu merayakan Hari Kelahiran Yesus Kristus yang kita sebut Hari Natal dan Hari Kematian Yesus Kristus, yang kita sebut Minggu Paskah. Kedua peristiwa ini adalah peristiwa di mana “Yesus Mengalahkan Ego-Nya” dan menyerahkan sepenuhnya kepada kedaulatan dan kekuasaan Allah Bapa.
Yesus meninggalkan kerajaan-Nya, kekuasan-Nya, kemuliaan-Nya, dan segala yang Ia miliki sebagai seorang Raja di atas tahta-Nya di Surga, dan rela lahir sebagai seorang bayi adalah sebuah “penyangkalan ego dan secara otomatis mengalahkan ego-Nya”.
Setelah Yesus menjalani kehidupan sebagai seorang manusia, sama dengan kita manusia di dunia, sama dengan orang Melanesia, ia rela makan-minum, tidur-bangun, jalan-kerja, lapar, harus, menderita sebagai seorang manusia, sama dengan kita semua. Ia benar-benar, selama 33 tahun, bukan setahun dua tahun, secara berturut-turut, berulang-ulang, mengalahkan ego-Nya.
Proses menuju puncak pengalahan ego-Nya Yesus Kristus merelakan diri-Nya ditangkap, disiksa, dikhianati oleh murid-Nya sendiri, dan disalibkan. Ia berdoa di Zaman Getsemani, yang kita sebut sebagai Konferensi terakhir untuk mengambil sikap Kerajaan Allah terhadap misi Yesus Kristus. Bisa terjadi waktu itu Allah membatalkan proses penyaliban. Yesus sendiri sudah mengeluhkan penderitaan-Nya waktu itu. Tetapi Yesus katakan, “Kehendak-Mu-lah yang jadi,bukan kehendak-Ku”.
Akhirnya di Bukit Tengkorak, Yesus rela disalibkan di kayu salibm dan mati di kayu salib. Secara manusiawi, Yesus bisa saja memerintahkan bala tentara surga untuk menyambutnya dan kedatangan mereka itu pasti saja membumi-hanguskan semua orang yang menghianati, menghukum dan menyalibkan Dia.
Tetapi itu semua tidak terjadi. Semua skenario daging dikalahkan-Nya, semua skenaio ego Yesus dikalahkan-Nya.
Apa hasilnya?
Hasilnya Yesus dikukuhkan secara sah dan mutlak sebagai Raja di atas segala Raja.
Apakah ego saya?
- Mau jadi terkenal dan dikenal serta ditepuk-tangan selalu oleh orang lain?
- Sulit meninggalkan kebiasaan merokok dan mabuk-mabukan?
- Sulit meninggalkan kecanduan narkoba?
- Sulit meninggalkan nafsu-nafsu duniawi?
- Sulit menerima masukan dan kritikan?
- ……
Ego Yesus dikalahkan sebelum Ia mengalahkan Iblis.
Ego tokoh Papua Merdeka harus dikalahkan terlebih dulu sebelum mengalahkan NKRI! Itu rumus baku, rumus revolusioner.
Para tokoh Papua Merdeka, di kota, di kampung, di hutan, di dalam negeri, di luar negeri, senior, yunior, gerilyawan, politisi, aktivis, semuanya, semuanya.
- Mari Kita belajar dan jadikan Yesus sebagai Panglima Tertinggi Revolusi West Papua,
- Jadikan dirikita mengikuti dan mencontoh secara dekat, teladan yang ditinggalkannya,
- Jalannya ialah dengan menyangkal, meninggalkan, dan menyalibkan egoisme pribadi, dan jadikan kepentingan dan penderitaan bangsa Papua dalam konteks West Papua dan penderitaan Melanesia dalam konteks kawasan
Kalau kita masih saja memegang “ego” sebagai Tuhan kita, maka kita akan dikalahkan oleh ego kita sendiri. Jangan pernah bermimpi mengalahkan NKRI, karena sebelum apa-apa kita sudah kalah dari ego sendiri.