JAYAPURA-Upaya pemanggilan yang dilakukan Polda Papua terhadap Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua Socrates Sofyan Yoman untuk klarifikasi terkait pernyataannya yang dianggap mencemarkan nama baik Polri maupun TNI, ditanggapi oleh praktisi hukum asal Papua Gustaf Kawer,SH.
Ia menilai, upaya pemanggilan terhadap Socrates itu prematur.
"Saya bingung dengan tindakan Polda Papua, sebab jika Socrates diundang untuk melakukan klarifikasi, dan akhirnya Socrates tidak datang, lalu Polda melakukan pemanggilan bahkan mengarah ke pamanggilan paksa, maka hal tersebut sangat prematur, sebab di dalam KUHP tidak ada yang mengatur soal undangan klarifikasi,” katanya.
Ia mempertanyakan, sebenarnya pemanggilan Socrates itu dari konteks apa? “Jika dipanggil sebagai saksi, maka sebagai tersangkanya siapa? dan jika dipanggil sebagai tersangka maka Polda Papua harus memiliki saksi-saksi yang lebih dari satu dan harus didukung oleh bukti-bukti yang akurat, tidak bisa asal menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka,” ujarnya.
Menurutnya, sejak awal sebenarnya Polda tidak perlu tersinggung dengan apa yang diungkap oleh Socrates, sebab jika itu menyinggung Polda Papua dan diekspos di Media masa, maka Polda Papua atau Kodam XVII/Cenderawasih bisa melakukan hak jawab melalui media massa yang sama. “Saya pikir baik Polda maupun Kodam juga sudah menyampaikan hak jawabnya di media yang sama itu. Jadi kalau mau menjerat dengan pasal-pasal KUHP seperti pasal 310, 311, tentang penghinaan, agaknya sangat prematur,” tandasnya.
Ia menyarankan, dalam kasus ini, Polda Papua seharusnya menggunakan pendekatan Community Policing, artinya pendekatan kepada masyarakat, sehingga dapat mencegah terjadinya gesekan di bawah, antara masyarakat dan aparat keamanan. “Tujuannya hanya demi keamanan. Di satu sisi aparat bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, di sisi lain rakyat bisa merasa terlindung dengan kehadiran aparat keamanan dan rakyat tidak merasa ditekan,” pungkasnya.
Sementara itu, Polda Papua nampaknya akan tetap berupaya memproses hukum Socrates, meskipun undangan untuk klarifikasi maupun panggilan yang sudah dilayangkan Polda Papua itu belum dipenuhi oleh Socrates.
”Ini adalah bentuk komitmen Polda Papua dalam rangka penegakan hukum, dengan demikian proses hukum terhadap Socrates terus berjalan meskipun yang bersangkutan tidak memenuhi undangan dan panggilan kami,” tegas Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua, Komisaris Besar Polisi, Wachyono kepada Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, Selasa (24/8) kemarin.
Dikatakan, penanganan kasus ini sudah dilakukan oleh penyidik dari Direktorat Reserse dan Kriminal (Ditreskim) dan sampai saat ini masih dalam proses. Artinya saat ini penyidik sedang mengumpulkan keterangan-keterangan dari berbagai sumber di antaranya saksi ahli bahasa dari Universitas Cenderawasih Jayapura ditambah dari beberapa anggota di Kabupaten Puncak Jaya. ”Proses hukumnya tetap dilaksanakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku bahkan sesuai dengan pasal yang memberatkan Socrates,” tukasnya.
”Kita tetap mengumpulkan barang bukti dan pemeriksaan saksi-saksi tetap dilakukan termasuk saksi ahli bahkan barang bukti seperti Koran Harian Cenderawasih Pos dan Koran Harian Bintang Papua adalah bukti untuk menguatkan di muka persidangan nanti,” ujarnya.
Menyoal adanya anggapan bahwa proses hukum Socrates prematur, Kabid Humas membantahnya. ”Itu tidak benar dan nanti akan dibuktikan di muka persidangan, sehingga jangan banyak komentar soal kasus Socrates ini. Kasus Socrates tidak prematur dan proses hukumnya tetap berjalan,” tegasnya.
Wachyono yang juga mantan Kapolres Fak-Fak ini mengungkapkan, pihaknya mempersilahkan saja masyarakat menilai apa soal kasus Socrates, namun yang jelas prosesnya tetap berjalan dan Polda Papua tidak terpengaruh dengan berbagai komentar orang, sebab Polda berjalan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku yaitu KUHP dan KUHAP. ”Sebaliknya kalau sampai persoalan ini tidak diproses sebagaimana ketentuan undang-undang maka masyarakat bisa menilai Polda Papua tidak serius,” tandasnya. (cak/nal/fud) (scorpions)
Sangat memalukan, Bangsa ini sebenarnya apa sih maunya. dengan Malaysia saja urusannya tidak beres lalu kenapa mau urus dengan Bangsa lain?? sangat lucu ha ha ha.
Uruslah dirimu sendiri dan jangan mencampur urusan bangsa lain, Hukum bangsa ini tidak bisa berlaku di bangsa lain, kecuali Bangsa Papua menggunakan Hukumnya sendiri.
Stop sandiwara dengan bangsa lain, dirimu saja tidak urus kok.
(-VIVA WEST PAPUA-)
Sangat memalukan, Bangsa ini sebenarnya apa sih maunya. dengan Malaysia saja urusannya tidak beres lalu kenapa mau urus dengan Bangsa lain?? sangat lucu ha ha ha.
Uruslah dirimu sendiri dan jangan mencampur urusan bangsa lain, Hukum bangsa ini tidak bisa berlaku di bangsa lain, kecuali Bangsa Papua menggunakan Hukumnya sendiri.
Stop sandiwara dengan bangsa lain, dirimu saja tidak urus kok.
(-VIVA WEST PAPUA-)
Sudah jadi rahasia umum di wilayah papua bahwa kepolisian republik indonesia tidak mampu mengikuti proses reformasi kelembagaan polisi. masih berperilaku suka-suka saya, apalagi di Papua, menjadi penindas rakyat, makanya jangan heran kalau orang Papua Barat menganggap kelakuanya seperti kolonial dan memang mereka penjajah, padahal dimulut bilang saudara….bangsa abu..seseeee!!!
Sudah jadi rahasia umum di wilayah papua bahwa kepolisian republik indonesia tidak mampu mengikuti proses reformasi kelembagaan polisi. masih berperilaku suka-suka saya, apalagi di Papua, menjadi penindas rakyat, makanya jangan heran kalau orang Papua Barat menganggap kelakuanya seperti kolonial dan memang mereka penjajah, padahal dimulut bilang saudara….bangsa abu..seseeee!!!
kita tunggu pembuktian Pemuda Baptis yang baru-baru ini telah menyampaikan pernyataan resmi terhadap Polda Papua.
Pemuda Baptis pertama-tama perlu lakukan penjagaan ketat. Theys Eluay yang dijaga ketat dengan segala perlengkapan organisasi begitu mudahnya diculik dan dibunuh karena kelengahan sedetik saja. Pengalaman ini jangan, dan jangan terulang. Kalau terulang, bangsa ini tidak tahu diri.
kita tunggu pembuktian Pemuda Baptis yang baru-baru ini telah menyampaikan pernyataan resmi terhadap Polda Papua.
Pemuda Baptis pertama-tama perlu lakukan penjagaan ketat. Theys Eluay yang dijaga ketat dengan segala perlengkapan organisasi begitu mudahnya diculik dan dibunuh karena kelengahan sedetik saja. Pengalaman ini jangan, dan jangan terulang. Kalau terulang, bangsa ini tidak tahu diri.