JUBI — Masih berlanjutnya kasus penembakan di Puncak Jaya, dinilai sebuah provokasi situasi yang diciptakan kelompok tertentu. Aparat keamanan (TNI dan Polri) diminta mengungkap pelaku sebenarnya, bukan sekedar menduga semata.
Ketua Komisi A DPRP, Ruben Magai saat ditemui JUBI di ruang kerjanya, Senin (9/8), mengatakan, profesionalime aparat keamanan dipertanyakan. “Sebab, sampai sekarang tidak pernah berhasil ungkap siapa pelaku dan jenis peluru yang ditemukan. Ini yang masih menjadi tanda tanya besar,” tuturnya.
Ruben minta pelaku harus ditangkap dan mesti diusut tuntas. “Itu baru profesionalitas polisi dijempol.”
Menyelesaikan kasus Puncak Jaya, kata dia, akan bermartabat karena menyangkut hajat hidup masyarakat setempat. “Sekali lagi, menuduh dan menuduh bukan cara profesional. Itu kuno. Justru akan memupuk situasi tegang dan dianggap rawan, sehingga menurukan banyak pasukan. Padahal, pola pendekatan dengan militeristik tidak akan menyelesaikan persoalan Papua,” tuturnya.
Ruben juga menyayangkan meningkatnya insiden penembakan. Hampir tiap hari ada saja penembakan. Pelakunya tidak diketahui. “Masyarakat sipil dan aparat keamanan selalu menjadi korban. Terakhir kemarin seorang pendeta juga tertembak. Siapa pelaku dan apa motifnya, sampai sekarang tidak jelas.”
Ia berharap, situasi di Puncak Jaya segera normal supaya masyarakat bisa beraktivitas dengan tenang. (Markus You)
Pengamat sutuasi puncak jaya sejak tahun 2003sampai dengan saat ini adalah inisiator utama ada di pemerinta atau kepala daerah dengan jayaran kerjasaama membuat dengan tuyuan memiliki kekuasaan, sampai medatangkan Bapak G Tabuni dari timika dan banyak orang menjadi kontrak isi hati dan terhikat dengan kesemagatan menggenai OPM Sehinga samapi saat ini berupa tawaran dari anak pungun bakan toko agama dan toko masyarakat tak bisa dengar mengakibat kan masyarakat puncak jaya dalam keadaan beropang-amping di negriNya sendiri.
Pengamat sutuasi puncak jaya sejak tahun 2003sampai dengan saat ini adalah inisiator utama ada di pemerinta atau kepala daerah dengan jayaran kerjasaama membuat dengan tuyuan memiliki kekuasaan, sampai medatangkan Bapak G Tabuni dari timika dan banyak orang menjadi kontrak isi hati dan terhikat dengan kesemagatan menggenai OPM Sehinga samapi saat ini berupa tawaran dari anak pungun bakan toko agama dan toko masyarakat tak bisa dengar mengakibat kan masyarakat puncak jaya dalam keadaan beropang-amping di negriNya sendiri.