Brigadir Murdiyono, Anggota Brimob yang Tewas Diberondong Peluru

RUMAH sederhana di kompleks perumahan Brimob Polda Jogja, Jalan Imogiri Timur Kompi C, Gondowulung, Bantuntapan, Bantul, itu kemarin pagi dipenuhi pelayat. Di antara deretan pelayat wanita yang memenuhi ruang tamu rumah tersebut, wajah Ny Supartinah terlihat sangat sedih. Kedua matanya sembap. Wanita 44 tahun itu adalah istri Brigadir Pol Murdiyono.
Murdiyono (bukan Mardiono sebagaimana diberitakan kemarin) adalah salah seorang di antara tiga korban yang tewas setelah diberondong peluru oleh komplotan perampok. Aksi brutal penjahat itu terjadi di Km 7 Jalan Magelang-Jogja, tepatnya di Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Selasa (15/9)

Saat itu, Murdiyono mengawal dua karyawan PT Kelola Jasa Artha (Kejar), Arif Widiono (warga Kebumen) dan Arif Sudiono (warga Tegalrejo), yang mengangkut brankas berisi uang tunai. Uang tersebut baru diambil dari Bank Danamon Magelang.
Mengendarai Panther, rombongan itu menempuh perjalanan dari Magelang ke Jogja. Peristiwa tak diinginkan terjadi sekitar pukul 16.30. Saat itu, sebuah Suzuki APV memepet Panther tersebut. Selanjutnya, dari dalam APV itu, para penjahat memberondong Panther, sehingga oleng dan menabrak tiang telepon di sebelah jembatan Kali Senowo. Tiga penumpang Panther tewas, yakni Arif Widiono, Arif Sudiono, dan Brigadir Murdiyono. Namun, uang dalam brankas tetap berada di mobil itu.

Kemarin pagi, jenazah tiga korban tersebut dibawa ke rumah masing-masing. Sekitar pukul 08.00, jenazah Murdiyono dibawa ke rumahnya di kompleks perumahan Brimob Polda di Bantul. Begitu jenazah diturunkan dari ambulans milik RS Bhayangkara Polda Jateng, tangis sanak saudara pun pecah.

Saat itulah, istri Murdiyono sampai tak kuasa berdiri. Kedua matanya menatap nanar peti berisi jenazah suaminya tersebut saat akan dibawa masuk ke dalam rumah. Kedua anaknya, Heru Riyanto, 28, dan Herlina Murdiyanti, 25, juga tak kuasa membendung air mata.

Herlina menyatakan, dirinya sama sekali tak merasakan firasat sebelum ayahnya meninggal. ”Tidak ada firasat apa pun. Semua baik-baik saja,” katanya sambil mengusap air mata yang terus menetes dari kelopak matanya.

Hal yang sama dirasakan kakak Herlina, Heru Riyanto. ”Saya tidak pernah merasakan perasaan aneh, semua berjalan seperti biasa. Jadi, saat ada kabar bapak meninggal, saya sempat tidak percaya,” ungkapnya.

Di antara dua anak Murdiyono itu, yang paling terpukul adalah Herlina. Sebab, dia akan melangsungkan pernikahan. Menurut rencana, pernikahannya dengan Bripda Nurhadianto dilaksanakan akhir tahun ini.

Kematian Murdiyono membuat rencana pernikahan tersebut dipercepat. Atas kesepakatan keluarga, kemarin dilakukan ijab kabul antara Herlina dan Nurhadianto di depan jenazah Murdiyono.

Dalam prosesi ijab kabul yang berlangsung di Aula Kompi C, Mako Brimobda Jogja, Gondowulung, Bantul, tersebut, Heru Riyanto bertindak sebagai wali Herlina. Penghulunya adalah KH Wazirudin, pimpinan Ponpes Wonokromo, Bantul.

Jika biasanya dalam ijab kabul wajah mempelai perempuan berseri-seri, kemarin wajah Herlina terlihat murung. Kedua matanya seperti tak pernah berhenti meneteskan air mata. Sang ibu yang duduk di sebelahnya juga tak henti-henti menangis. Suasana pun mengharu biru.

Prosesi pernikahan itu dimulai pukul 08.35 dipimpin Kiai Wazirudin. Setelah prosesi pernikahan, diiringi salawat nabi, satu per satu hadirin dengan tertib memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai dan keluarga.

Namun, pernikahan yang berlangsung dalam suasana duka tersebut tidak dihadiri petugas KUA (kantor urusan agama).

Setelah prosesi pernikahan, sekitar pukul 14.00, dilakukan pemakaman jenazah Murdiyono di TPU Dusun Suren.

Murdiyono meninggalkan seorang istri, Supartinah, 44, dan dua anak, yakni Heru Riyanto, 28, dan Herlina Murdiyanti, 25. Juga, seorang cucu bernama Kaka Deski Putra, 2, anak pasangan Heru Riyanto dan Eli Herwati, 26.

Murdiyono terakhir bertugas di Satuan Brimob Polda DIJ selama 20 tahun. Sebelum di Brimobda DIJ, almarhum sempat bertugas di Brimobda Jawa Tengah.

Di bagian lain, aparat kepolisian terus menyelidiki perampokan berdarah Selasa lalu (15/9) di Jalan Magelang-Jogja km 7 yang menewaskan tiga orang, yang satu di antaranya anggota Brimob. Kemarin tim Labfor (Laboratorium Forensik) Mabes Polri melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) lanjutan. Dugaan sementara, aksi penjahat itu melibatkan orang dalam.

“Segala kemungkinan dan keterlibatan pihak mana pun dalam kasus ini bisa saja terjadi. Kami masih menyelidikinya,” kata Kapolwil Kedu Kombespol Agus Sofyan Abadi di sela-sela olah TKP kemarin. Juga ada kemungkinan pelaku merupakan sindikat jaringan perampok yang sering beraksi di wilayah Jawa Tengah dan DI Jogja.

Saat ditanya tentang pelaku yang mengenakan pakaian polisi, Agus belum bisa memastikannya. Sebab, dalam kasus perampokan sering ditemukan hal serupa. “Intinya kami masih mendalami kejadian ini. Nanti kami ungkapkan ke publik kalau sudah terbukti,” jelasnya.

Dalam olah TKP itu, petugas juga memastikan bahwa uang sekitar Rp 2 miliar masih utuh di brankas mobil tersebut. Hal itu diketahui setelah petugas bersama Kepala Cabang PT Kejar Jogjakarta Ari Mardiyanto membuka brankas yang terletak di bagian belakang mobil. Di dalamnya masih terdapat dua karung uang yang baru diambil dari dua bank Danamon di Kota dan Kabupaten Magelang. (vie/jpnn/kum)

Kematian Brigadir Pol Murdiyono, anggota Brimob Polda Jogja yang ditembak komplotan perampok di Jalan Magelang-Jogja, Selasa (15/9), membuat pernikahan putrinya dipercepat. Istri Tak Kuasa Berdiri, sang Putri Murung saat Ijab Kabul

Exit mobile version