WAMENA (PAPOS)- Jenazah Erik logo (23) pelaku penyerangan Polsekta Abepura, yang meninggal di RSUD Dok II Jayapura, Rabu (22/4) akibat luka tembak di bagian perut sebelah kiri oleh aparat keamanan, akhirnya tiba di bandara Wamena sekitar pukul 16.25 WIT dengan menggunakan pesawat Trigana Air pada flyht ke-3.
Dengan di jemput oleh sanak keluarga di Wamena akhirnya jenazah almarhum Erik Logo yang telah dimasukkan ke dalam peti setelah turun dari pesawat selanjutnya di bawah menuju kediaman keluarganya di jalan Pattimura Wamena dengan mengunakan ambulance milik RSUD Wamena.
Ketua Dewan Adat Papua (DAP)kabupaten Jayawijaya, Lemok Mabel,kepada wartawan menjelaskan bahwa rencana pemakaman almarhum tersebut belum dapat dipastikan karena masih menunggu pihak keluarga berembuk dulu, sehingga untuk sementara almarhum disemayamkan di rumah keluarga di jalan Pattimura Wamena,
Adapun sebelumnya almarhum Erik Logo salah satu dari puluhan warga lainnya pada Kamis (9/4) lalu yang melakukan penyerangan pada Polsek Abepura dengan menggunakan senjata tradisionil, bom molotov dan bom rakitan, sehingga hal ini membuat pihak keamanan terpaksa melepaskan tembakan peringatan ke udara, tapi akibat para penyerang saat itu semakin tidak terkendali sehingga petugsa lalu melumpuhkanya dengan tembakan.
Akibat peristiwa tersebut maka mengakibatkan satu orang penyerang meninggal di tempat kejadian, sementara 4 orang lainnya berhasil ditangkap dalam keadaan luka tembak dan salah satunya adalah almarhum Erik Logo yang langsung dilarikan ke rumah sakit dan setelah mendapat perawatan beberapa hari akhirnya meninggal dunia akibat luka tembak yang dideritanya.(iwan)
Ditulis oleh Iwan/Papos
Jumat, 24 April 2009 00:00
Kekejaman NKRI terus berlanjut, berbagai bentuk pembunuhan dengan tujuan akhir: PEMBASMIAN ETNIK MELANESIA di TANAH PAPUA akan terus berlanjut.
Etnosida dimaksud sudah sedang berlangsung sejak awal tahun 1964 dan kini telah memasuki setengah abad lamanya.
Mereka akan menghabisi identitas Melanesia secara fisik dan mental (psikologis) sehingga ada orang Papua yang akan berambut lolong dan ada orang berambut keriting yang berpikiran lolong, keduanya sama saja, walaupun yang kedua ini lebih jajah dan lebih bahaya.
Tetapi secara politis, etnosida secara fisik akan terus berlanjut.
Matematika sederhana saja: Tahun 1969, penduduk PNG dan Papua Barat adalah sekitar 900,000 (terbilang: sembilanratus ribu) orang. Setelah setengah abad lamanya NKRI ada di Tanah Papua, yaitu tahun 2009 ini, PNG berpenduduk lebih dari 6 juta orang, sedangkan orang Papua di Papua Barat hanya berkisar 2 juta, di mana 80% dari 2 juta itu orang Indonesia sendiri.
KALAU BEGITU, NKRI membangun atau membunuh?????