• About Us
    • Tentang Kami
  • Tentang Negara
    • Fungsi Negara
    • Unsur-unsur Terbentuknya Negara
    • Pemerintah Berdaulat dan Negara Federal
  • About West Papua
    • Daftar Nama Peserta Pepera 1969
    • Anggota DMP West Irian 1969
    • Daftar Nama Peserta Pepera 1969
    • Agen NKRI
  • Sejarah OPM
    • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
    • Sejarah Perjuangan Papua Merdeka
    • Sejarah Organisasi Papua Merdeka
  • Blog
    • Petunjuk Browsing
    • Ungkapan Penting
    • Human Rights
    • Arsip Lama
    • Ungkapan Penting
  • Career
    • Links
    • Undangan
    • Forum
    • Interactives
  • Contact
Tuesday, May 20, 2025
  • Login
PAPUApost.com
  • Home
    • About Us
      • Anggota DMP West Irian 1969
      • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
        • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
      • Sejarah Organisasi Papua Merdeka
      • Sejarah OPM
      • Petunjuk Browsing
      • Contact
    • Tentang Negara
      • Fungsi Negara
      • Unsur-unsur Terbentuknya Negara
      • Republic of West Papua
      • Pemerintah Berdaulat dan Negara Federal
  • Media Post
    • All
    • Columns & Analysis
    • Editorial & Column
    • Editorial & Columns
    • Gambar
    • Interviews
    • Opini & Analisis
    • Opinions
    • Pesan Khusus
    • Post Press
    • Publikasi
    • Video
    • Wawancara
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Trending Tags

    • Climate Change
    • Election Results
    • Flat Earth
    • Golden Globes
    • MotoGP 2017
    • Mr. Robot
    • Opinions
    • Columns & Analysis
    • Opinions
  • War on Terror
    • Terror Negara
    • War on Terror
    • Bio-Terror
    • Terror Jihad
  • Post Roundups
    • Fiji
    • Papua New Guinea
    • West Papua
    • Kanaky
    • Solomon Islands
    • Vanuatu
    • Asiaoceania
  • Focus Post
    • All
    • Alam Bicara
    • Human Rights
    • Masyarakat Adat
    • Neo-colonialism
    • Perempuan Papua
    • Terorisme
    • War on Terror
    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    OAP yang ikut PEMILU NKRI adalah Pembunuh OAP itu sendiri

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Mako Tabuni, Buchtar Tabuni, dan Victor Kogoya saat member keterangan pers

    Indonesian Police Arrest Again 33 People of West Papua Solidarity Fundraising for the Vanuatu Natural Disaster

    Delapan negara mengkritik pelanggaran HAM Indonesia di Sidang UPR

    SEBUAH RESOLUSI MU-PBB BISA DICABUT DAN HASIL REFERENDUM BISA DIBATALKAN, SERTA MEMBUAT KEPUTUSAN DARURAT

    Australia committed to military cooperation with Indonesia

    BREAKING NEWS! Buchtar Tabuni ditangkap Polisi Indonesia

    Hati-Hati Dengan Dialog Jakarta – Papua Difasilitasi Komnas HAM Indonesia

    • Alam Bicara
    • Masyarakat Adat
    • War on Terror
    • Neo-colonialism
    • NKRI Bangkrut
    • Otsus Gagal
    • Featured Post
  • Merdeka Post
    • All
    • Demo & Aksi
    • Gerilya
    • Papua Post
    • Politik & Diplomasi
    • Sejarah
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    Nasional TNI Masih Negosiasi Bebaskan Pilot Susi Air yang Disandera KKB di Papua

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Indonesia’s Largest Fleet Of Taxis Teams Up To Beat Ride-hailing Apps

    Menteri Sekretaris KabinetL Bukan KTT II, ULMWP Siap Gelar Kongres

    Trending Tags

    • Golden Globes
    • Mr. Robot
    • MotoGP 2017
    • Climate Change
    • Flat Earth
    • Gerilya
    • Demo & Aksi
    • Sejarah
    • Merdeka Post
No Result
View All Result
  • Home
    • About Us
      • Anggota DMP West Irian 1969
      • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
        • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
      • Sejarah Organisasi Papua Merdeka
      • Sejarah OPM
      • Petunjuk Browsing
      • Contact
    • Tentang Negara
      • Fungsi Negara
      • Unsur-unsur Terbentuknya Negara
      • Republic of West Papua
      • Pemerintah Berdaulat dan Negara Federal
  • Media Post
    • All
    • Columns & Analysis
    • Editorial & Column
    • Editorial & Columns
    • Gambar
    • Interviews
    • Opini & Analisis
    • Opinions
    • Pesan Khusus
    • Post Press
    • Publikasi
    • Video
    • Wawancara
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Trending Tags

    • Climate Change
    • Election Results
    • Flat Earth
    • Golden Globes
    • MotoGP 2017
    • Mr. Robot
    • Opinions
    • Columns & Analysis
    • Opinions
  • War on Terror
    • Terror Negara
    • War on Terror
    • Bio-Terror
    • Terror Jihad
  • Post Roundups
    • Fiji
    • Papua New Guinea
    • West Papua
    • Kanaky
    • Solomon Islands
    • Vanuatu
    • Asiaoceania
  • Focus Post
    • All
    • Alam Bicara
    • Human Rights
    • Masyarakat Adat
    • Neo-colonialism
    • Perempuan Papua
    • Terorisme
    • War on Terror
    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    OAP yang ikut PEMILU NKRI adalah Pembunuh OAP itu sendiri

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Mako Tabuni, Buchtar Tabuni, dan Victor Kogoya saat member keterangan pers

    Indonesian Police Arrest Again 33 People of West Papua Solidarity Fundraising for the Vanuatu Natural Disaster

    Delapan negara mengkritik pelanggaran HAM Indonesia di Sidang UPR

    SEBUAH RESOLUSI MU-PBB BISA DICABUT DAN HASIL REFERENDUM BISA DIBATALKAN, SERTA MEMBUAT KEPUTUSAN DARURAT

    Australia committed to military cooperation with Indonesia

    BREAKING NEWS! Buchtar Tabuni ditangkap Polisi Indonesia

    Hati-Hati Dengan Dialog Jakarta – Papua Difasilitasi Komnas HAM Indonesia

    • Alam Bicara
    • Masyarakat Adat
    • War on Terror
    • Neo-colonialism
    • NKRI Bangkrut
    • Otsus Gagal
    • Featured Post
  • Merdeka Post
    • All
    • Demo & Aksi
    • Gerilya
    • Papua Post
    • Politik & Diplomasi
    • Sejarah
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    Nasional TNI Masih Negosiasi Bebaskan Pilot Susi Air yang Disandera KKB di Papua

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Indonesia’s Largest Fleet Of Taxis Teams Up To Beat Ride-hailing Apps

    Menteri Sekretaris KabinetL Bukan KTT II, ULMWP Siap Gelar Kongres

    Trending Tags

    • Golden Globes
    • Mr. Robot
    • MotoGP 2017
    • Climate Change
    • Flat Earth
    • Gerilya
    • Demo & Aksi
    • Sejarah
    • Merdeka Post
No Result
View All Result
PAPUApost.com
No Result
View All Result
728*90
Home Uncategorized

Yermias Degei: 63 TAHUN INDONESIA: Papua Merdeka?

by wpra
August 16, 2008
in Uncategorized
0 0
Donate
0
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Tumblr

16-Aug-2008, 22:11:41 WIB – [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia – Potret Seorang bapak di Nabire menggigit jari keherangan ketika melihat sebuah spanduk bertuliskan “HUT ke-60 RI” pada 2005. Sejenek, Bapak itu memerhatikan spanduk tersebut dan secara spontan ’berbicara banyak’. “Oh, ternyata umur negara ini (Indonesia: red) sudah 60 tahun,”katanya. Pada 7 Agustus 2008, beberapa pemuda perbincangkan soal HUT ke-63 RI. “Sama saja. Mau ulang tahun ka, mau Otonomi Khusus ka, sama saja,” katanya.

Pada kesempatan yang berbeda (2008) dalam angkutan kota, seorang ibu yang baru saja datang dari pedalaman berkomentar, “Di Tanah Hitam (KM 165 Jalan Trans Nabire-Ilaga:red) rusak parah. Belum diperbaiki. Padahal, katanya mau bangun jalan tol.” Sementara, Opinus Tabuni tersungkur oleh peluru yang menembus dadanya pada bulan Agustus ini. Perayaan Hari Masyarakat Pribumi Internasional di Wamena menjadi hujan peluruh. Wamena menjadi perhatian dunia. Ini bukan kematian oleh peluru yang pertama di Papua. Mungkin juga bukan yang terakhir. Tambah lagi, beberapa orang di Fak-Fak harus mendekam di penjara karena mengibarkan Bintang Kejora.

Keganasan Diare di Lembah Kamuu, Kabupaten pemekaran baru Dogiyai harus merengut 76 nyawa manusia sejak April-Mei 2008 (Baca Tabloid Suara Perempuan Papua, No.40 Tahun IV 6-12 Juli 2008). Jumlah itu masih menjadi perdebatan antara Dinas Kesehatan Nabire dan para pekerja kemanusiaan yang datang langsung ke lapangan. Namun, jumlah korban terus bertambah. Yang jelas, ada yang meninggal karena tak terlayani.

Lalu, menjelang HUT ke-63 RI, satu lagi buku karya putra Papua ditarik dari peredaran. Kejaksaan RI menyita buku “Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan di Papua Barat` karangan Socrates Sofyan Yoman yang diterbitkan PT Galangpress Yogyakartadi. Setelah sebelumnya buku ”Tenggelamnya Rumpun Melanesia” karya Sandius Wonda ditarik dari peredaran oleh kejaksaan.

Orang mabuk menjadi pemandangan sehari-hari di setiap lorong. Ada yang terlelap untuk sebentar. Ada yang terlelap dalam keabadian. Yang lain memanen uang dari alkohol itu. Anak-anak usia sekolah menjadi para tukang kaleng. Mereka cari kaleng untuk biaya makan dan mungkin juga untuk biaya sekolah. Mereka terus bertambah banyak.

Beberapa siswa yang baru tamat SMA di kota Nabire harus kembali ke kampung halaman (pedalaman). Mereka tidak ada biaya sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sayang, anak-anak ini tanpa bekal keterampilan untuk menerapkannya di daerah orang berkoteka (pedalaman). Masih banyak lagi kisah-kisah menyakitkan di tanah ini. Soal di tanah ini terus tercipta seiring waktu yang terus berjalan. Ini adalah realitas di balik kenyataan dewa Otsus dan yang aktual HUT ke-63 RI. Waktu terus berjalan dan kini saatnya mereposisi makna merdeka.

Mereposisi Makna Merdeka

Merdeka? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 736), merdeka (a) berati bebas (dari penghambatan, penjajahan dan sebagainya); tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa. Tentu dalam berbagai hal. Merdeka. Bukan berdiam di bawah cengkraman asing (baca= Tan Malaka). Membiarkan bangsa tenggelam dalam dasar laut dari pada harus dikendalikan asing (baca=Soekarno). Setiap suku bangsa hidup di atas tanah (baca= tanah adat dan masyarakat pribumi) mereka dengan pemenuhan hak-haknya.

Merdeka berarti ada jaminan kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendidikan, kebebasan menikmati fasilitas umum yang baik. Bebas dari ketidakberdayaan karena pembangunan, bebas dari rasa dijajah dan penindasan, hak untuk masa depan. Ada pemenuhan dan penghargaan atas HAM. Begitulah arti merdeka jika ditinjau lebih dalam berdasarkan secara leksikal.

Lain lagi dan masuk akal jika Arnold membayangkan merdeka seperti bird paradise. “Merdeka itukan seperti burung Cenderawasih to….Coba lihat di hutan-hutan sana, kalau hari sudah senja Cenderawasih akan menari dan bernyanyi dengan suara yang sangat indah. Jadi merdeka itukan seperti Cenderawasih to,” kata Arnold seperti dikutip Selangkah, 2004. Itulah makna merdeka yang dibayangkan anak itu.

Merdeka ’Jauh’

Tidak dapat dipungkiri bahwa merdeka dalam arti tertentu, konteks tertentu, dan tempat tertentu di republik ini telah dan terus tercipta. Namun, kita harus berbesar hati bahwa merdeka terus tercita dan mendekat tetapi juga kadang menjauh (jauh). Setelah secara de facto pada 17 Agustus 1945, Indonesia dinyatakan merdeka secara teritorial (baca: Papua tidak termasuk waktu itu), Indonesia terus berjuang untuk kemerdekaan itu.

Reformasi pada 1998 mencoba menarik kembali ”merdeka” dengan darah. Namun, toh masih membutuhkan perjuangan panjang. Masyarakat masih berada dalam ketakutan mengeluarkan pendapat dan berekspresi dengan dalih GPK yang pada akhirnya juga menjadi proyek. Tindakan-tindakan refresif yang sering terjadi pada masa Orde Baru kadang mewarnai keseharian kita. Tekanan terhadap pers masih sering terjadi. Menarikan buku-buku dari pasaran masih terus terjadi. Jika, kata merdeka dan reformasi ditarikdekatkan di Papua, tentu akan mengisahkan banyak cerita yang bersimpul pada ”merdeka jauh”.

Orang Papua masih merasa dijajah secara politis (teritorial) tetapi juga kemerdekaan dalam bidang-bidang lain yang dicita-citakan para pendiri negara ini dirasa masih jauh. Menciptakan masyarakat Papua yang adil dan makmur pada usia Indonesia yang ke-63 ini masih butuh perjuangan panjang. Tentu akan melelahkan. Dewa penyelamat bernama Otsus itu hanya ratu adil yang tak tampak.

Pembangunan pendidikan, kesehatan, ekonomi sosial politik masih selalu menjadi keprihatinan bersama dalam tataran retorika, masih belum nyata. Belum lagi kita berbicara soal pembangunan sarana dan prasarana umum untuk masyarakat Papua. Rakyat Papua hingga saat ini masih merasa bahwa ’dua merdeka’— merdeka secara politis dan lepas dari Indonesia dan merdeka dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia—adalah dua hal yang sama beratnya untuk tercipta. Merdeka jauh.

Berharap Papua ’Merdeka’

Berharap boleh-boleh saja. Namun, realitas berkata, harapan tetap terus menjadi harapan dan realitas sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik (dua merdeka) bagi rakyat Papua (baca=rakyat asli Papua) semakin menyakitkan. Harapan tidak pernah menggapai realitas sebelum kita menyadari bahwa ada kebenaran mendasar, yakni membangun masyarakat MANUSIA.

Komentar seorang bapak dan ibu pada bagian awal merupakan realitas sosial masyarakat kita. Realitas memprihatinkan bahkan menyakitkan yang berharap kemerdekaan. Seorang bapak melihat spanduk HUT RI. Tidak tahu apa yang dia pikirkan. Anak-anak tamatan SMA malah ke Universitas Pedalaman (UP), masyarakat mengelukan kualitas hidupnya (listrik, jalan, air bersih, harga kebutuhan pokok melangit, kota kita kumuh (secara sosial) dan kotor serta banyak tetek-bengek lainya).

Hampir setiap kantor-kantor dinas terlihat gapura dengan motif dan warna serta ukiran yang berbeda. Kota-kota di tanah Papua menjadi ”merah putih meriah eh”. Ini upaya positif kita untuk membangkitkan kembali hakikat kemerdekaan yang sesungguhnya. Berbagai kegiatan diselenggarakan mulai dari kegiatan gerak jalan, lari maraton, dan kegiatan olahraga lainnya bertanda negara ini tetap eksis.”Merah putih meriah eh” dalam keadaan harapan akan ’Papua merdeka’ tanpa terus menderita lahir batin.

Papua ’Merdeka’

Kemerdekaan bagi orang Papua di dalam RI itu belum tampak. Juga kemerdekaan di luar RI masih di nusa. Maka orang Papua harus berharap ke depan. Berharap di usia RI yang ke-63. Orang Papua mungkin perlu merefleksikan kembali apa sesungguhnya merdeka. Merdeka itu telah mampir dan bersemayamkah?

Terpenting adalah usia RI ke-63 ini, kita berharap bahwa merdeka itu bukan hidup dalam ketidaktenangan, berbicara dengan ketakutan, hidup dalam berbagai keprihatinan, dan berbagai bentuk yang menganggap manusia lain adalah berada dalam kekuasaannya sehingga tidak boleh berbuat sekehendak hati. Kalau ciri yang terakhir ini masih terlihat dalam kehidupan berarti kita masih hidup dalam saling menjajah dalam usianya yang ke 63

Kita perlu membingkai kembali bahwa kata ’merdeka’ bahwa merdeka itu bukan cuma soal keadilan, penegakkan HAM, dan rasa aman. Juga bukan soal makan. Akan tetapi, seluruh hak dasar manusia, termasuk hak atas kesehatan reproduksi. Kalau tidak ada ruang kebebasan, semuanya tidak akan jalan. Bebas dari ketidakberdayaan karena pembangunan, bebas dari rasa dijajah dan penindasan. Maka, merdeka bagi orang Papua tidak hanya diselesaikan melalui Otsus. Otonomi Khusus mungkin hanya menjawab 50 persen (persoalan). Namun, persoalan hakiki bahwa orang Papua punya hak untuk masa depan.

Masa depan berkaitan dengan hal yang paling krusial: pendidikan masyarakat. Saat ini 70 persen rakyat Papua tidak menamatkan pendidikan dasarnya. Lebih separuh dari jumlah itu adalah perempuan. Apa arti kemerdekaan dan kebebasan tanpa kemampuan membaca dan menulis. Apa arti kebebasan kalau rakyat tetap saja bodoh? Bagaimana jika modernisasi menggerus otoritas manusia. Kita tak sempat merefleksikannya sehingga pikiran kita makin dalam terjajah (baca: Mandowen, 2001).

Jadi, Papua ’merdeka’ berarti pemenuhan hak-hak dasar rakyat Papua. Hak atas tanah, laut, udara tidak diperjual belikan; seluruh pelaku pembangunan wajib mengakui, menghargai, dan menjamin hak-hak adat masyarakat Papua, terutama hak hidup, hak kepemilikan, dan hak kesejahteraan adat Papua tanpa membedakan agama dan ras. Rakyat Papua terus berjuang ’dua merdeka’ (merdeka secara politis yang berarti lepas dari Indonesia dan merdeka dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Rakyat Papua masih menanti berharap sambil terus menyanyi bersama Ebiet G Ade, ”Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu”. Tetapi, kapan Papua ’merdeka’ jika besok dan lusa masih harus menyanyi bersama Ebiet G Ade. Kapan Papua ’merdeka’ jika tahun depan masih harus berharap dan bersyukur atas waktu untuk merayakan HUT ke-64 RI dan masih berbicara tentang dewa penyelamat tak tampak, bernama Otonomi Khusus itu.

Posted on Agustus 17, 2008. Filed under: Politik |
Sumber : [www.kabarindonesia.com]

Tags: Opini Papua
wpra

wpra

ADVERTISEMENT

Recommended

Delapan negara mengkritik pelanggaran HAM Indonesia di Sidang UPR

2 years ago

Tuvalu, Nauru join growing group for West Papua

9 years ago

Popular News

  • Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh

    Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Connect with us

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor.
SUBSCRIBE

Category

  • Alam Bicara
  • Asiaoceania
  • Bio-Terror
  • Buku & Situs
  • Columns & Analysis
  • Demo & Aksi
  • Editorial & Column
  • Editorial & Columns
  • Featured Post
  • Fiji
  • Focus Post
  • Gambar
  • Gerilya
  • Human Rights
  • Interviews
  • Kanaky
  • Masyarakat Adat
  • Media Post
  • Merdeka Post
  • Neo-colonialism
  • NKRI Bangkrut
  • Opini & Analisis
  • Opinions
  • Otonomisasi
  • Otsus Gagal
  • Papua New Guinea
  • Papua Post
  • Penghianat
  • Perempuan Papua
  • Pesan Khusus
  • Politik & Diplomasi
  • Post Press
  • Post Roundups
  • Publikasi
  • Rilis Pers
  • Sejarah
  • Senasib
  • Solomon Islands
  • Surat
  • Terorisme
  • Terror Jihad
  • Terror Negara
  • Uncategorized
  • Vanuatu
  • Video
  • War on Terror
  • Wawancara
  • West Papua

Site Links

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Follow Me

  • 23.9k Followers

About Us

PAPUApost.com

PAPUApost.com sepenuhnya dijalankan atas keinginan pribadi selama 20 tahun (1999-2020), setelah itu dikelola setengah-setengah oleh pendiri, Kotek@@Webmaster. Kami mengundang Anda menyumbang tenaga, doa, waktu, dan dana.

  • Facebook
  • Twitter
  • YouTube
  • Blogger
  • WordPress

© 2024 PMNews - Presented since 1999 by West Papua Army.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Senasib
    • Post Roundups
    • Post Roundups
    • Otsus Gagal
    • Featured Post
    • NKRI Bangkrut
  • Media Post
    • Alam Bicara
    • Opinions
    • Columns & Analysis
    • Masyarakat Adat
  • War on Terror
    • TNI Terror
  • Merdeka Post
    • Demo & Aksi
    • Focus Post
    • Politik & Diplomasi
    • Sejarah
  • Media Post
    • Otonomisasi
    • Alam Bicara
    • Interviews
    • Perempuan Papua
    • Gerilya

© 2024 PMNews - Presented since 1999 by West Papua Army.

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?