• About Us
    • Tentang Kami
  • Tentang Negara
    • Fungsi Negara
    • Unsur-unsur Terbentuknya Negara
    • Pemerintah Berdaulat dan Negara Federal
  • About West Papua
    • Daftar Nama Peserta Pepera 1969
    • Anggota DMP West Irian 1969
    • Daftar Nama Peserta Pepera 1969
    • Agen NKRI
  • Sejarah OPM
    • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
    • Sejarah Perjuangan Papua Merdeka
    • Sejarah Organisasi Papua Merdeka
  • Blog
    • Petunjuk Browsing
    • Ungkapan Penting
    • Human Rights
    • Arsip Lama
    • Ungkapan Penting
  • Career
    • Links
    • Undangan
    • Forum
    • Interactives
  • Contact
Saturday, June 14, 2025
  • Login
PAPUApost.com
  • Home
    • About Us
      • Anggota DMP West Irian 1969
      • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
        • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
      • Sejarah Organisasi Papua Merdeka
      • Sejarah OPM
      • Petunjuk Browsing
      • Contact
    • Tentang Negara
      • Fungsi Negara
      • Unsur-unsur Terbentuknya Negara
      • Republic of West Papua
      • Pemerintah Berdaulat dan Negara Federal
  • Media Post
    • All
    • Columns & Analysis
    • Editorial & Column
    • Editorial & Columns
    • Gambar
    • Interviews
    • Opini & Analisis
    • Opinions
    • Pesan Khusus
    • Post Press
    • Publikasi
    • Video
    • Wawancara
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Trending Tags

    • Climate Change
    • Election Results
    • Flat Earth
    • Golden Globes
    • MotoGP 2017
    • Mr. Robot
    • Opinions
    • Columns & Analysis
    • Opinions
  • War on Terror
    • Terror Negara
    • War on Terror
    • Bio-Terror
    • Terror Jihad
  • Post Roundups
    • Fiji
    • Papua New Guinea
    • West Papua
    • Kanaky
    • Solomon Islands
    • Vanuatu
    • Asiaoceania
  • Focus Post
    • All
    • Alam Bicara
    • Human Rights
    • Masyarakat Adat
    • Neo-colonialism
    • Perempuan Papua
    • Terorisme
    • War on Terror
    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    OAP yang ikut PEMILU NKRI adalah Pembunuh OAP itu sendiri

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Mako Tabuni, Buchtar Tabuni, dan Victor Kogoya saat member keterangan pers

    Indonesian Police Arrest Again 33 People of West Papua Solidarity Fundraising for the Vanuatu Natural Disaster

    Delapan negara mengkritik pelanggaran HAM Indonesia di Sidang UPR

    SEBUAH RESOLUSI MU-PBB BISA DICABUT DAN HASIL REFERENDUM BISA DIBATALKAN, SERTA MEMBUAT KEPUTUSAN DARURAT

    Australia committed to military cooperation with Indonesia

    BREAKING NEWS! Buchtar Tabuni ditangkap Polisi Indonesia

    Hati-Hati Dengan Dialog Jakarta – Papua Difasilitasi Komnas HAM Indonesia

    • Alam Bicara
    • Masyarakat Adat
    • War on Terror
    • Neo-colonialism
    • NKRI Bangkrut
    • Otsus Gagal
    • Featured Post
  • Merdeka Post
    • All
    • Demo & Aksi
    • Gerilya
    • Papua Post
    • Politik & Diplomasi
    • Sejarah
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    Nasional TNI Masih Negosiasi Bebaskan Pilot Susi Air yang Disandera KKB di Papua

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Indonesia’s Largest Fleet Of Taxis Teams Up To Beat Ride-hailing Apps

    Menteri Sekretaris KabinetL Bukan KTT II, ULMWP Siap Gelar Kongres

    Trending Tags

    • Golden Globes
    • Mr. Robot
    • MotoGP 2017
    • Climate Change
    • Flat Earth
    • Gerilya
    • Demo & Aksi
    • Sejarah
    • Merdeka Post
No Result
View All Result
  • Home
    • About Us
      • Anggota DMP West Irian 1969
      • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
        • PMNews dalam Kampanye Papua Merdeka
      • Sejarah Organisasi Papua Merdeka
      • Sejarah OPM
      • Petunjuk Browsing
      • Contact
    • Tentang Negara
      • Fungsi Negara
      • Unsur-unsur Terbentuknya Negara
      • Republic of West Papua
      • Pemerintah Berdaulat dan Negara Federal
  • Media Post
    • All
    • Columns & Analysis
    • Editorial & Column
    • Editorial & Columns
    • Gambar
    • Interviews
    • Opini & Analisis
    • Opinions
    • Pesan Khusus
    • Post Press
    • Publikasi
    • Video
    • Wawancara
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Tanah Air ku Papua, Mengapa Kami terus Dibunuh?

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Presiden Wenda: Konstitusi ULMWP menghormati deklarasi kemerdekaan OPM tahun 1971

    Trending Tags

    • Climate Change
    • Election Results
    • Flat Earth
    • Golden Globes
    • MotoGP 2017
    • Mr. Robot
    • Opinions
    • Columns & Analysis
    • Opinions
  • War on Terror
    • Terror Negara
    • War on Terror
    • Bio-Terror
    • Terror Jihad
  • Post Roundups
    • Fiji
    • Papua New Guinea
    • West Papua
    • Kanaky
    • Solomon Islands
    • Vanuatu
    • Asiaoceania
  • Focus Post
    • All
    • Alam Bicara
    • Human Rights
    • Masyarakat Adat
    • Neo-colonialism
    • Perempuan Papua
    • Terorisme
    • War on Terror
    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    ‘Kalau ada keadilan di Papua, tak perlu digelar pengadilan rakyat di London’

    OAP yang ikut PEMILU NKRI adalah Pembunuh OAP itu sendiri

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Mako Tabuni, Buchtar Tabuni, dan Victor Kogoya saat member keterangan pers

    Indonesian Police Arrest Again 33 People of West Papua Solidarity Fundraising for the Vanuatu Natural Disaster

    Delapan negara mengkritik pelanggaran HAM Indonesia di Sidang UPR

    SEBUAH RESOLUSI MU-PBB BISA DICABUT DAN HASIL REFERENDUM BISA DIBATALKAN, SERTA MEMBUAT KEPUTUSAN DARURAT

    Australia committed to military cooperation with Indonesia

    BREAKING NEWS! Buchtar Tabuni ditangkap Polisi Indonesia

    Hati-Hati Dengan Dialog Jakarta – Papua Difasilitasi Komnas HAM Indonesia

    • Alam Bicara
    • Masyarakat Adat
    • War on Terror
    • Neo-colonialism
    • NKRI Bangkrut
    • Otsus Gagal
    • Featured Post
  • Merdeka Post
    • All
    • Demo & Aksi
    • Gerilya
    • Papua Post
    • Politik & Diplomasi
    • Sejarah
    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    Brigjend Seth J. Rumkorem, Membelot dari TNI AD dan Proklamirkan Papua Barat Merdeka

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    TPNPB Klaim Baku Tembak dengan TNI di Puncak Papua, Satu Anggota KKB Tewas

    Nasional TNI Masih Negosiasi Bebaskan Pilot Susi Air yang Disandera KKB di Papua

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    Pos Satgas Pamtas di Maybrat ditembaki, 1 prajurit TNI meninggal, 1 terluka

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    TPNPB bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di Maybrat

    Peserta Kongres I (United Liberation Movement for West Papua) menyambut para deklarator /pendiri ULMWP di Gedung GOR STT-GIDI, Sentani, Senin (20/11) kemarin.

    Gelar Kongres I, Momentum Penting ULMWP Tentukan Pemimpin

    Indonesia’s Largest Fleet Of Taxis Teams Up To Beat Ride-hailing Apps

    Menteri Sekretaris KabinetL Bukan KTT II, ULMWP Siap Gelar Kongres

    Trending Tags

    • Golden Globes
    • Mr. Robot
    • MotoGP 2017
    • Climate Change
    • Flat Earth
    • Gerilya
    • Demo & Aksi
    • Sejarah
    • Merdeka Post
No Result
View All Result
PAPUApost.com
No Result
View All Result
728*90
Home Focus Post Terorisme

Surat Terbuka Gereja di Papua Barat kepada Gereja, Lembaga Internasional, Keluarga dan Perorangan

by wpra
June 24, 2008
in Terorisme
0 0
Donate
0
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Tumblr

Kepada Yang Terhormat,
Pemerintah (Negara-Negara), Gereja-Gereja dan Lembaga-lembaga Internasional, Keluarga dan Perorangan
Di Seluruh Dunia.
Perihal: Suara Gereja Memohon Perlindungan Penduduk Asli Papua Barat.

Papua Barat, 24 Juni 2008
Semua Yang Terkasih dan Terhormat,

Ijinkanlah saya atas nama umat Tuhan yang tertindas selama 45 tahun sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang ini, saya mau menggambarkan situasi terkini di Tanah Papua Barat yang dihadapi dan dialami oleh penduduk asli Papua. Seruan ini bagian yang terpenting dan tak terpisahkan dari suara Gereja dari Tanah Papua Barat bagi rakyat yang tak bersuara dan yang membisu akibat kekejaman dan kekerasan Pemerintah Indonesia melalui kekuatan TNI, POLRI, dan Perangkat Hukum, PP dan Keppres.

Penduduk asli Papua, orang Melanesia adalah pemilik Tanah Papua Barat yang memiliki sejarah, bahasa, kebudayaan sendiri, karena Tuhan sendiri telah memberikan leluhur dan nenek moyang mereka untuk berada, hidup dan berkaya serta memelihara Tanah dan Negeri Melanesia ini. Mereka ditempatkan oleh Allah sendiri melalui rencana dan kehendak-Nya tanpa persetujuan seseorang atau suatu Negara di dunia ini,”Tuhan Allah berkata: Marilah Kita menjadikan manusia sesuai gambar dan rupa kita”.

Dalam keberadaan penduduk asli Papua di negeri dan tanah mereka sendiri dalam kasih, anugerah, berkat serta pemeliharaan Tuhan, datanglah Pemerintah Belanda sejak 1828 dan tinggal dan hidup bersama penduduk asli Papua. Belanda membangun, mendidik dan memajukan penduduk asli Papua. Belanda tidak pernah mencederai dan melukai hati penduduk asli Papua bahkan sejarah mencatat bahwa satu peluruh tentara Belanda tidak pernah mengenai tubuh orang asli Papua, walaupun Belanda disebut Penjajah oleh orang-orang Melayu, Indonesia.

Selain Belanda, Gereja datang ke Tanah Papua sejak 5 Februari 1855 di Pulau Mansinam, Manokwari, sekarang ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat (Provinsi Boneka Indonesia). Gereja datang membawa peradaban baru, misi kemanusiaan, nilai-nilai kebenaran, keadilan, perdamaian, kesamaan dejarat, kebebasan, kemerdekaan yang bersumber dari SALIB Yesus Kristus merupakan kekuatan Allah.

Jadi, Tuhan Allah sendiri sebagai Pencipta dan Pemilik umat manusia, termasuk penduduk asli Papua, Leluhur dan Nenek Moyang orang Melanesia atau penduduk asli Papua, Pemerintah Belanda sejak 1828, Gereja sejak 5 Februari 1855 tidak pernah memberikan stigma anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka), Gerakan Separatis, Pembuat Makar yang melecehkan dan merendahkan kehormatan dan martabat penduduk asli Papua.

Tetapi sayang, Pemerintah Indonesia secepatnya merampas dan menduduki Tanah Papua Barat dengan kekuatan militer sejak 19 Desember 1961 melalui Maklumat TRIKORA (Tiga Komando Rakyat) dari Ir. Suekarno, Presiden RI pertama dan melalui rekayasa Perjanjian New York 15 Agustus 1962, penyerahan administrasi dari UNTEA kepada Indonesia pada 1 Mei 1963 tanpa diketahui penduduk asli Papua, melalui Pelaksanaan PEPERA 1969 (Act of Free Choice) di Papua Barat yang tidak demokratis dan dibawa tekanan kekuatan militer Indonesia dan hanya dipilih 1.025 orang oleh Pemerintah dan TNI untuk menyatakan bergabung dengan Indonesia. Selanjutnya, Pemerintah Indonesia dan TNI dan POLRI langsung memberikan stigma penduduk asli Papua dengan stigma anggota OPM, gerakan separatis, dan pembuat makar. Dengan stigma-stigma yang tidak manusiawi itu, Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang kejam dan brutal dilakukan oleh Pemerintah, TNI dan POLRI dalam bentuk pengejaran, penangkapan, penyiksaan, penculikan, penyiksaan, pembunuhan dan pemerkosaan atas nama menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia tanpa mempertimbangkan nilai-nilai manusia. Itu hanya dengan empat agenda dan kepentingan besar pemerintah Indonesia yaitu: ekonomi, politik, keamanan dan pemusnahan penduduk asli Papua secara sistematis.

Jadi, masalah serius dan kesukaran serta penderitaan yang dialami oleh penduduk asli Papua sekarang selama 45 tahun ini adalah penduduk asli benar-benar dalam proses pemusnahan secara sistematis dalam segala aspek hidup mereka.

Masalah-Masalah Mendasar di Papua Barat sebagai berikut:

1. Keamanan hidup dan kebebasan penduduk asli Papua di negeri dan tanah mereka sendiri terancam. Pembangunan basis-basis TNI dan POLRI di seluruh Tanah Papua Barat tanpa memikirkan keamanan dan keselamatan serta kelangsungan hidup penduduk asli Papua. Kelihatannya, anggota TNI dan POLRI yang dulu beroperasi dan membunuh orang-orang Timor Leste dan Aceh itu semua di kirim ke Tanah Papua Barat. Mereka lebih banyak dikirim dalam berbagai bentuk profesi. Sebagai contoh ialah tukang baksa, penjual es krim, tukang ojek, penjaga hotel, penjaga tokoh, sopir dan berbagai bentuk penyamaran di seluruh sudut Tanah Papua Barat.

2. Ada berbagai PP (Peraturan Pemerintah) dan KEPRES (Keputusan Presiden) yang benar-benar menghancurkan masa depan penduduk asli Papua Barat dan juga menghancurkan UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus seperti: Keppres No. 1 Tahun 2003 Tentang Provinsi Irian Jaya Barat (IJB), Inpres No. 5 Tahun 2006 Tentang Percepatan Pembangunan, PP 27 Tahun 2007 yang melarang menggunakan simbol-simbol daerah Papua Barat, Kepres No. 1 Tahun 2008 tentang
Pengganti UU untuk pembagian dana Otsus dari Provinsi Papua dan Provinsi Irian Jaya Barat (IJB).

3. Pemerintah Indonesia dan DPR RI lebih cepat dan rajin serta lancar mengeluarkan PP dan Keppres tetapi pemerintah Indonesia menghambat dengan berbagai cara dan alasan untuk menghambat atau membatalkan bahkan menggagalkan rencangan Perdasi dan Perdasus sebagai penjabaran dari UU Otsus No. 21 Tahun 2001 yang adalah buatan UU pemerintah Indonesia dan DPR RI sendiri.

4. Pemekaran Provinsi dan kabupaten dilakukan di seluruh Tanah Papua Barat tanpa mempertimbangkan letak geografis, jumlah penduduk, sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan juga tanpa mengevaluasi kabupaten-kabupaten yang sudah dimekarkan sebelumnya. Para Pejabat dan pengambil keputusan di wilayah pemekaran kabupaten benar-benar dikuasai dan didominasi oleh orang-orang Melayu, Indonesia. Contoh terbaru adalah Kabupaten Pemekaran Baru
Lanny Jaya, dimana warga 100% Kristen dan juga 100% umat Baptis, Pejabat Bupati Caretakernya seorang pendatang yang nama Pribadi, sementara anak asli daerah yang bernama Wiklif Wakerkwa sudah memenuhi syarat tetapi ditolak. Pemekaran kabupaten dan Provinsi adalah pendekatan politik, pengelompokan penduduk asli Papua sesuai dengan suku dan daerahnya sendiri untuk mengadu domba penduduk asli Papua, perampasan tanah dan penyingkiran penduduk asli Papua dan operasi militer, operasi transmigrasi, operasi pemusnahan etnis gaya baru secara sistematis. Kata kuncinya seluruh pemakaran Provinsi dan kabupaten di Tanah Papua Barat adalah kerjanya TNI sebagai upaya pengkondisian wilayah dan operasi militer yang lebih efektif dan efisien.

5. Kemajuan dalam bidang pendidikan pada saat jaman Belanda dan Gereja di Tanah Papua Barat sangat berkualitas dan terus maju serta berkembang di kota-kota maupun di pedalaman. Tetapi, setelah pemerintah Indonesia menduduki Tanah Papua Barat, lembaga pendidikan yang dimiliki Gereja seperti: Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik ( YPPK) Sekolah Yayasan Pendidikan Kristen (YPK), Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-gereja Injili
(YPPGI), Sekolah Yayasan Advent yang berada di seluruh Tanah Papua Barat selama hampir 100 tahun sebelum pemerintah Indonesia merampas dan menjajah Papua tidak diperhatikan bahkan dibiarkan oleh Pemerintah Indonesia.

6. Pelayanan kesehatan terhadap penduduk asli Papua sangat memprihatinkan. Kematian ibu, anak-anak bahkan penduduk asli Papua dalam indeks yang sangat tinggi. Pemerintah Indonesia tidak serius mengurus kesehatan penduduk asli Papua. Sangat memprihatinkan adalah dalam era Otonomi Khusus apotik-apotik berkembang secara pesat dan cepat di seluruh Tanah Papua Barat. Para dokter pendatang, orang Indonesia benar-benar mengeksploitasi penduduk asli Papua karena obat-obat yang berkualitas, bermutu baik yang dibeli dengan dana Otonomi Khusus diambil oleh para dokter dan dijual di opotik-apotik pribadi mereka. Setiap pasien yang datang hanya diperiksa dan diberikan resep untuk membeli obat di apotik milik dokter. Pelayanan kesehatan ini sangat berlawanan dengan pelayanan bidang kesehatan pada masa Belanda dan Gereja di Papua Barat. Pemerintah Belanda dan Gereja membuka pos pelayanan kesehatan di seluruh Tanah Papua Barat dari pesisir pantai sampai di daerah-daerah terpencil. Semua aset balai pelayanan kesehatan itu dibiarkan dan dihancurkan oleh pemerintah Indonesia.

7. Secara ekonomi penduduk asli Papua benar-benar tersingkir karena kaum pendatang, orang Melayu lebih siap dan terampil. Penduduk asli Papua menjual hasil bumi mereka di atas tanah beralaskan daun pisang di tengah-tengah atau di pinggir gedung-gedung megah di seluruh Tanah Papua. Di Pasar-pasar sekarang di seluruh Tanah Papua Barat, pisang, sagu, kepala yang dimiliki oleh penduduk asli Papua itu dijual oleh para pendatang. Kaum pendatang benar-benar
mendominasi dan monopoli dalam bidang ekonomi di Papua Barat. Contoh lain adalah penjualan kain batik bercorak Papua dkuasai dan dijual oleh para pendatang. Seluruh pelayan toko, rumah makan, hotel, karyawan bank, tarnsportasi darat, laut, udara, karyawan tiket semuanya dikuasai oleh orang-orang Melayu, Indonesia.

8. Sejak Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001 berlaku di Papua Barat jumlah orang Melayu, Indonesia terus meningkat hampir setiap hari, setiap minggu, setiap bulan. Dan jumlah anggota TNI juga terus meningkat di seluruh Tanah Papua Barat. Jumlah penduduk pribumi semakin merosot tajam. Pemusnahan etnis Melanesia benar-benar terajdi secara sistematis yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Karena itu, perlu ada pendataan penduduk asli melalui
lembaga internasional untuk mengetahui secara pasti penduduk asli Papua Barat.

9. Pemerintah Indonesia juga melarang masuknya diplomat asing, wartawab asing, pekerja Hak Asasi Manusia, dan lembaga-lembaga kemanusiaan Internasional dan juga Gereja-gereja. Apa yang disembunyikan oleh Pemerintah Indonesia di Tanah Papua Barat?

10. Pemerintah Indonesia juga membatasi bahkan melarang para misionaris yang sangat berjasa melayani dan membangun penduduk asli Papua sejak 5 Februari 1855 sebelum Pemerintah Indonesia merampas dan menjajah Papua melalui Rekayasa PEPERA 1969.

11. Pada tanggal 18 April -19 Mei 2008, Tim dari Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua melakukan pelayanan kunjungan pastoral dan pemutaran film sejarah Gereja Baptis di kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, kami benar-benar diintimidasi dan diteror oleh TNI, Kopassus yang bertugas di pegunungan pedalaman. Kami ditanya dengan pertanyaan: kamu darimana? Siapa yang menyuruh putar film ini? Tujuan apa memutar film dan mengapa banyak orang yang berkumpul ini? Ironis benar, Pemerintah Indonesia, TNI dan POLRI datang merampas tanah Papua dan menjajah penduduk asli Papua hanya 45 tahun, tetapi tampa rasa malu saja bertanya kepada pemilik dan gereja yang berada beratus-ratus tahun di Tanah Papua. Ini wajah kekerasan militer dan ketidakbebasan dan terancamnya penduduk asli Papua dan gereja-gereja di Tanah Papua Barat.

Kesimpulan: Pemerintah Indonesia sendiri tidak serius, tidak konsisten melaksanakan UU Otonomi KHusus. Otonomi Khusus menjadi alat malapetaka dan penghancuran masa depan penduduk asli Papua. Jadi, Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001 sebagai alat solusi final masalah status politik Papua telah GAGAL TOTAL.

Rekomendasi:

1. Tanah Papua Barat dari Sorong sampai Merauka tetap dijaga sebagai
Tanah Damai dalam satu kesatuan yang utuh.
2. Evaluasi Secara total UU No. 21 Tahun 2001 melibatkan seluruh
komponen penting dari penduduk asli Papua, Pemerintah Indonesia
termasuk masyarakat Internasional.
3. Diadakan dialog yang jujur dan adil antara masyarakat asli Papua,
Pemerintah Indonesia yang dimediasi masyarakat Internasional
seperti kasus Aceh.
4. Menarik semua pasukan TNI Organik dan Non Organik di Papua Barat.
5. Membuka kesempatan seluas-luasnya diplomat asing, pekerja hak
asasi manusia, wartawan asing dan gereja-gereja internasional
masuk ke Papua Barat.

Latar Belakang

Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001 lahir dan ditawarkan Pemerintah Indonesia kepada penduduk asli Papua karena seluruh penduduk asli Papua
menuntut kemerdekaan penuh di atas tanah dan negeri leluhur mereka sebagai orang Melanesia. Tuntutan mereka berdasakan alas an-alasan sebagai berikut:

(1) Pembuatan Perjanjian New York 15 Agustus 1962 tidak pernah melibatkan penduduk asli Papua sebagai pemilik dan ahli waris Tanah Papua Barat.

(2) Pelaksanaan PEPERA 1969 (Act of Free Choice) di Papua Barat tidak demokratis dan dibawa tekanan kekuatan militer Indonesia dan hanya dipilih 1.025 orang oleh Pemerintah dan TNI untuk menyatakan bergabung dengan Indonesia.

(3) Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang kejam dan brutal dilakukan oleh Pemerintah, TNI dan POLRI dalam bentuk pengejaran, penangkapan, penyiksaan, penculikan, penyiksaan, pembunuhan dan pemerkosaan atas nama menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia tanpa mempertimbangkan nilai-nilai manusia.

(4) Perampasan tanah milik penduduk asli atas nama pembangunan yang diserahkan kepada penduduk pendatang yang dikemas dengan Program Transmigrasi dan juga tanah pengembangan sayab militer di seluruh Tanah Papua Barat. Sudah banyak tanah yang hilang dari tangan penduduk asli Papua.

(5) Penghancuran dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) dan hutan-hutan dijarah, gunung-gunung, air dicemarkan, hasil laut diambil dirampas dan semua ini didukung oleh aparat militer dan penguasa di Jakarta. Semua ini tanpa mempetimbangkan dan memperhitungkan nasib dan masa depan kelangsungan hidup penduduk asli dan anak serta cucunya.

(6) Pengusaan sumber-sumber ekonomi oleh para pendatang dan akibatnya penduduk asli Papua benar-benar tersingkir dan menjadi penonton dan menjadi orang asing di negeri sendiri.

TUHAN MEMBERKATI, MELINDUNGI DAN MENJAGA KITA SEMUA

Socratez Sofyan Yoman
Ketua Umum Badan Pelayan Pusat
Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua
Alamat: Jl. Jeruk Nipis Kotaraja, PO Box 1212
Telp. 62-967-583462
HP: 08124888458

wpra

wpra

ADVERTISEMENT

Recommended

Lekhaka Telenggen Klaim Bertanggungjawab Atas Penyerangan Polsek Sinak

9 years ago

KEPUTUSAN PANGLIMA TERTINGGI KOMANDO REVOLUSI tentang PENGGUNAAN NAMA ATAU ISTILAH DALAM ORGANISASI DAN NAMA NEGARA

16 years ago

Popular News

  • Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh

    Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Chief General Mathias Wenda: Free West Papua is a path to Free Melanesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Oridek Ap: We have lost an elder, Bapak Hermanus Bonggoibo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • RENUNGAN NATAL OLEH KOORDINATOR AKADEMISI ORGANISASI PAPUA MERDEKA “OPM”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pejuang Papua Merdeka yang Suka Memposting Kegiatan Mereka di Sosmed?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Connect with us

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor.
SUBSCRIBE

Category

  • Alam Bicara
  • Asiaoceania
  • Bio-Terror
  • Buku & Situs
  • Columns & Analysis
  • Demo & Aksi
  • Editorial & Column
  • Editorial & Columns
  • Featured Post
  • Fiji
  • Focus Post
  • Gambar
  • Gerilya
  • Human Rights
  • Interviews
  • Kanaky
  • Masyarakat Adat
  • Media Post
  • Merdeka Post
  • Neo-colonialism
  • NKRI Bangkrut
  • Opini & Analisis
  • Opinions
  • Otonomisasi
  • Otsus Gagal
  • Papua New Guinea
  • Papua Post
  • Penghianat
  • Perempuan Papua
  • Pesan Khusus
  • Politik & Diplomasi
  • Post Press
  • Post Roundups
  • Publikasi
  • Rilis Pers
  • Sejarah
  • Senasib
  • Solomon Islands
  • Surat
  • Terorisme
  • Terror Jihad
  • Terror Negara
  • Uncategorized
  • Vanuatu
  • Video
  • War on Terror
  • Wawancara
  • West Papua

Site Links

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Follow Me

  • 23.9k Followers

About Us

PAPUApost.com

PAPUApost.com sepenuhnya dijalankan atas keinginan pribadi selama 20 tahun (1999-2020), setelah itu dikelola setengah-setengah oleh pendiri, Kotek@@Webmaster. Kami mengundang Anda menyumbang tenaga, doa, waktu, dan dana.

  • Facebook
  • Twitter
  • YouTube
  • Blogger
  • WordPress

© 2024 PMNews - Presented since 1999 by West Papua Army.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Senasib
    • Post Roundups
    • Post Roundups
    • Otsus Gagal
    • Featured Post
    • NKRI Bangkrut
  • Media Post
    • Alam Bicara
    • Opinions
    • Columns & Analysis
    • Masyarakat Adat
  • War on Terror
    • TNI Terror
  • Merdeka Post
    • Demo & Aksi
    • Focus Post
    • Politik & Diplomasi
    • Sejarah
  • Media Post
    • Otonomisasi
    • Alam Bicara
    • Interviews
    • Perempuan Papua
    • Gerilya

© 2024 PMNews - Presented since 1999 by West Papua Army.

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?