Lagi 8 Ekor Kaguru Dilepas: Dari 20 Ekor yang Sebelumnya Dilepas Oleh Freeport di Taman Nasional Wasur

MERAUKE- 20 Ekor Kaguru yang berhasil kembalikan PT Freeport Indonesia ke habitatnya di Kasawan Taman Nasional Wasur Merauke, beberapa bulan lalu kini bertambah menjadi 28 ekor. Berarti selama dilepas di Taman Nasional Wasur Kaguru tersebut telah memiliki 9 anak. Sebab, dari 20 ekor yang dilepas (dikembalikan,red) saat itu, 1 ekor diantaranya mati.

al itu diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional Wasur (TNW) Merauke. Tri S. Rahardjo, ketika ditemui, kemarin.

Menurutnya, seekor anjing itu berhasil masuk ke dalam penangkaran dengan cara menggali tanah. Namun lanjutnya, pihaknya tidak pagar keliling dimana 20 ekor Kaguru tersebut dilepas dengan cara menggali tanah. ”Itu kita tidak lihat karena berada dalam
hutan tapi yang jadi korban adalah Kaguru yang masih kecil karena baru lahir. Mungkin saat itu masih lemah dan stress shingga belum bisa menghindar karena kejadiannya baru sekitar 2 hari setelah dilepas ,” katanya.

Dari 19 ekor tersisa itu, terangnya, sekarang sudah menjadi 28 ekor. Sedangkan 4 ekor lainnya masih berada di kantong Kanguru. Kira-kira 2 bulan kedepan lagi, sudah menjadi 32 ekor,” jelasnya. Sebenarnya, lanjut Tri Rahardjo, perkembangbiakan Kaguru itu termasuk cepat. Jika tidak terganggu, rata-rata bisa beranak 1 kali dalam 1 tahun dengan
umlah anak 3 ekor. Apalagi, 19 ekor Kaguru yang dilepas di penangkaran itu diberi jaminan suplay makanan 2 kali sehari. ”Itu makanan tambahan dan sesekali kalai kita anggap perlu kita beri buah sebagai perangsang dan sebagai variasi makanannya,”jelasnya.

Meski demikian, Tri Rahardjo, mengharapkan adanya dukungan dari PT Freeport. Sebab, lanjutnya, sejak PT Freeport mengembalikan puluhan Kaguru tersebut tidak pernah ada perhatian lagi dari pihak PT Freeport. ”Seharusnya kalau hitung-hitungan dagang, ini kan jadi promosi bagi Freeport yang telah dianggap memberi kepedulian terhadap lingkungan. Nah seharusnya, Freeport memberi dukungan. Karena melakukan penangkaran seperti ini biayanya mahal,” katanya.

enurut Tri Rahardjo, setiap bulannya, pihaknya harus mengeluarkan biaya antara Rp 2-2,5 juta untuk penyiapan makanan dan honor bagi petugasnya yang diambil dari masyarakat adat setempat.(ulo)

Exit mobile version