SEMENTARA ITU, pernyataan Pangdam Mayjen TNI Haryadi Soetanto (Cepos, Sabtu (16/5) bahwa pendekatan persuasif sangat efektif dalam menyadarkan kelompok-kelompok yang berbeda ideologi (TPN/OPM), rupanya benar adanya.
Data di Korem 172/PWY, November 2007- Maret 2008, setidaknya ada sekitar 90 anggota TPN/OPM yang telah kembali ke pangkuan Ibu pertiwi.
36 dari 90 anggota TPN/OPM itu adalah kelompok TPN/OPM pimpinan WS.Telenggen komandan kompi TPN/OPM sektor Pegunungan Tengah yang bermarkas di Tiom, Wamena. Upacara kembalinya 36 anggota TPN/OPM ke pangkuan Ibu Pertiwi itu dihadiri Menkokesra Aburizal Bakrie, Menteri PU Joko Kirmanto dan Mendagri Mardiyanto di Markas Makodim 1702/ Jayawijaya.
Menurut Danrem 172/PWY Kolonel Kav. Burhanudin Siagian, penyerahan diri ke-36 anggota TPN/OPM itu merupakan proses yang panjang, setelah TNI melakukan berbagai pendekatan persuasif, komunikasi dan negoisasi yang intensif dengan pimpinan kelompok tersebut.
“Keberadaan mereka itu merupakan persoalan bangsa. Kami pikir persoalan itu jika diselesaikan dengan represif tidak efektif dan tidak langgeng. Saya pikir pendekatan yang paling baik adalah pendekatan persuasif,” ungkap Danrem kepada Cenderawasih Pos di sela-sela menghadiri puncak HUT Kodam, Sabtu (17/5).
Dikatakan, dialog mesti dilakukan, sehingga pihaknya selaku aparat keamanan akan memahami dan mengerti apa yang menjadi keinginan-keinginan mereka. Bukan sebaliknya TNI menggunakan alat persenjataannya untuk menumpas mereka.
“ Mereka ini adalah masih merupakan keluarga besar NKRI. Sehingga kalau kita mau menyelesaikan secara permanen, maka jangan ada yang disakiti. Pada intinya, mereka itu hanya kurang paham atas apa yang dilakukan selama ini akibat informasi yang salah dari orang lain,” tandasnya.
Pada prinsipnya, mereka itu tidak tahu apa-apa tentang perjuangannya. Mereka itu hanya dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu saja yang ingin mencari keuntungan dari penderitaan warganya sendiri. Danrem menambahkan, melalui pendekatan persuasif juga, pihaknya mampu mengadakan dialog dengan tokoh-tokoh utama TPN/OPM pimpinan Matias Wenda dari Markas Victoria di PNG. Pada prinsipnya, mereka bersedia dan mau kembali ke NKRI, hanya saja ada satu permintaan dari mereka yakni ingin lebih dahulu berdialog dengan Pemda, DPRP dan MRP.(mud)
saya kurang percaya dengan isu ini. karena saya rasa tidak mungkin. kl begitu sama saja pertaruhan berbagai kehidupannya hanya mimpi belaka di siang bolong. kl pun ada tidak sebanyak yang diberitakan.
saudaraku oktav Pogau, tidak terlalu yakin atau tidak percaya itu boleh tetapi jangan terlalu apriori dengan rencana atau perbuatan baik yang dilakukan orang, sebab kalau itu yang ada dalam pikiran kita…selamanya kita tidak akan maju. Yang jahat atau yang tidak baik kita tentang / kita lawan tetapi yang baik harus kita sambut….
Beberapa tahun yang lalu teman saya (asli papua) tidak mau mengimunisasikan anaknya pada saat program imunisasi nasional karena beranggapan program ini adalah akal-akalan pemerintah untuk memusnahkan masyarakat papua (?) padahal program ini untuk seluruh warga negara tanpa pandang bulu dari suku maupun agama apapun dan pelaksanaannyapun tidak dibeda-bedakan atau dikelompokkan berdasarkan sara tadi. Saya jadi kasihan dengan pola pikir teman saya yang tidak masuk akal karena sudah terbentuk untuk selalu tidak percaya dengan perbuatan / niat baik pemerintah.
Sejak tahun 1964 saya di papua dan tau (dengar dan lihat) akan pelanggaran HAM yang terjadi dan saya pikir ini adalah masalah politik yang sama juga dialami oleh PKI atau penentang NKRI lainnya, tetapi saya juga tau dan alami bagaimana susahnya memajukan masyarakat papua dari keterbelakangan dan ketertinggalan….
MKawan….yang penting saat ini mari kita satukan tekat untuk membangun dan memajukan Papua (masyarakatnya) sehingga menjadi lebih maju dan lebih bermartabat. Hidup Papua …..Hidup NKRI.