Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, S.E., M.SiSENTANI – Meski pihak kepolisian menyatakan masih akan mengecek kebenaran tentang informasi adanya korban yang tewas dalam penyergapan ‘Raja Cyclop’ di Yongsu, namun data terkini memastikan adanya 1 orang tewas dalam kontak senjata antara aparat dengan kelompok Raja Cyclop tersebut.
Korban diketahui bernama Eduar Okoseray di bawah pimpinan Adrianus Apeseray selaku mantan Kepala Kampung Yongsu. Korban dipastikan tewas tertembak dalam kasus kontak senjata dengan anggota Kepolisian Resort Jayapura di Markas “Raja Cyclop” Kampung Yongsu Spari, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura tanggal 29 November lalu.
Eduar Okoseray selaku Sekretaris Kampung Yongsu, yang tewas ditembus timah panas yang diduga dari pihak kepolisian itu, berdasarkan penyampaian dari salah satu Pendeta setempat selaku Ketua Majelis, yang mengurus pemakaman korban.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, S.E., M.Si., membenarkan adanya salah satu dari kelompok Raja Cyclop meninggal akibat kontak senjata pada tanggal 29 November lalu, dan korban tersebut masih berstatus Sekretaris Kampung Yongsu.
“Memang dari penyampaian pendeta setempat yang melakukan pemakaman bahwa dari kelompok mereka yang bernama, Eduard Okoseray meninggal karena terjadi kontak senjata saat dilakukan penyergapan terhadap kelompok yang kerap selama mengintimidasi masyarakat setempat,” kata Bupati kepada wartawan di ruang Tamu Bupati Jayapura, Rabu (4/12) kemarin.
Namun menurut Bupati Awoitauw bahwa tindakan yang dilakukan pihak kepolisian sudah sesuai prosedur dan tindak yang benar, sebab kelompok tersebut sudah sering membuat masyarakat resah, sehingga dengan adanya informasi yang terima oleh kepolisian maka, mereka mencoba untuk menghindari kelompok itu untuk tidak melakukan ancaman-ancaman kepada masyarakat setempat.
“Kejadian itu, mungkin karena waktu penyisiran yang dilakukan oleh pihak kepolisian ada sedikit perlawanan dari kelompok yang dipimpin oleh Adrianus Apeseray selaku mantan Kepala Kampung Yongsu, sehingga dari kontak senjata itulah, Eduard Okoseray terkena tembak,”
jelasnya.
Kebenaran itu, menurut Bupati, disampaikan langsung oleh Pendeta setempat selaku Ketua Majelis yang mengurus pemakaman korban, yang mana sejak itu masyarakat semuanya telah mengungsi akibat peristiwa yang sebelumnya dilakukan kelompok tersebut.
Bupati Awoitauw menjelaskan, sampai saat ini masyarakat yang berjumlah 65 kepala Keluarga (KK) dan 215 jiwa mengungsi ke daerah lain. Diantaranya, Kampung Dormena, Depapre, Sentani, Waena, Dok 9 dan Padang Bulan.
Namun untuk mengantisipasi itu, Pemerintah Daerah sedang melakukan penanganan agar masyarakat yang mengungsi bisa kembali ke Kampungnya guna melakukan aktivitas seperti biasanya.
Dikatakan, penanganan yang dilakukan terhadap masyarakat ini, Pemerintah sudah menyiapkan bantuan sosial mulai hari Sabtu kemarin lalu, dan sekarang sudah ada posko baik di Kampung Dormena maupun di Kampung Yongsu itu sendiri.
“Posko ini dalam rangka pemulihan dan pengembalian masyarakat, juga kepada dinas P dan P sudah kita komunikasikan untuk bagaimana ada anak-anak yang mengungsi ini bisa ikut ujian susulan dan minggu depan ini sudah ada belajar dengan baik,”
katanya.
Alasan detail masyarakat mengungsi, lanjut Bupati Awoitauw, karena mereka diancam kelompok tersebut, sehingga pihak kepolisian mencoba mendatangi agar kelompok ini tidak melakukan pengancaman terhadap masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Selama ini mereka mengintimidasi masyarakat dengan menggunakan senjata rakitan.
Bahkan, diakuinya, masyarakat sebenarnya di Kampung Yongsu Spari sangat banyak, namun karena kelompok tersebut mereka memiliki senjata, dan Bom Molotov, akhirnya masyarakat mengkhawatirkan sehingga masyarakat mengungsi. “Kelompok itu ada lima orang, dan kita berharap mereka bisa kembali,” katanya.
Mengenai rumah yang dibakar, lanjut Bupati, ada sebanyak tiga unit rumah milik yang dibakar oleh kelompok tersebut. Mereka melakukan pembakaran karena mereka mencurigai bahwa warga ini selalu menjadi penghubung kepada pihak kepolisian.
Untuk itu, pihaknya akan berusaha mengembalikan masyarakat ke kampungnya agar aktivitas mereka bisa berjalan dengan normal, sekolah juga bisa berjalan apalagi dalam menyongsong perayaan Natal dan Tahun baru 2014 mendatang.
“Kita ingin daerah kita tenang, dan kami pemerintah daerah sendiri tetap mengupayakan memperhatikan kampung tersebut agar mereka terhindar dari hal-hal yang kita tidak inginkan,”
harapnya. (Loy/don/l03)
Source: Kamis, 05 Desember 2013 11:06, Binpa