Deari Markas Pusat Pertahanan Tentara Revolusi West Papua, Gen. TRWP Mathias Wenda lewat Sec. General TRWP Leut. Gen. Amunggut Tabi menyatakan pembunuhan Musa Tabuni dan Pemenjaraan Buktar Tabuni ialah sebuah resiko perjuangan, yang sudah dialami oleh bangsa Indonesia juga, dan mengobarkan api perjuangan dengan menyatakan, "Orang Tua Kalian Tidak akan Pernah Mundur" dan "Tetap terus maju menentang penjajahan, sama dengan tekad dan kemendangan yang diraih NKRI dair penjajahan Belanda."
Dari rilis pers yang diterima PMNews secara ekslusiv, tanpa disebarkan ke media manapun, Leut. Gen. Amunggut Tabi sebagai tangan Kanan Gen. Mathias Wenda menyatakan bahwa penembangan dan kematian Musa Tabuni tidak dianggap sebagai sebuah pelanggaran HAM, tetapi sebagai sebuah resiko perjuangan dan semua pejuang bangsa Papua siap menghadapinya secara jantan, tanpa harus mengeluh kepada badan-badan kemanusiaan manapun, apalagi mengemis kepada NKRI untuk menyelesaikan kasus HAM>
Menurut Tabi, "Perjuangan ini perlu pengorbanan nyawa. Perjuangan di seluruh muka Bumi, perjuangan untuk sebuah kemerdekaan dan kedaulatan negara-bangsa selalu ada pertumbahan darah dan pengorbanan nyawa, oleh karena itu jangan sampai NKRI membuat orang Papua menjadi takut untuk mati. Perjuangan artinya harus mati, dan mati menghasilkan kemerdekaan. Yesus Kristus memerdekakakan orang Kristen karena dia telah mati, dan bangsa Papua-pun akan dan pasti merdeka karena Hans Bomay, Theys Eluay, Mako Tabuni, dan sebagai telah mati. Tidak ada kemerdekaan tanpa pengorbanan nyawa dan tidak ada pengorbanan nyawa kalau bukan untuk merdeka," demikian Tabi lewat telepon genggamnya.
Masih menurut Tabi, "General Mathias Wenda berpesan agar semua barisan pemuda dan politis Papua-Indoensia yang memuntut Otsus ataupun yang menuntut Merdeka supaya memperhatikan RAMGU-TAMBU politik yang dikirimkan oleh orang tua karena kita sudah ada dalam sebuah permainan politik.' Menurutnya, "Siapa saja yang tidak pintar baca politik, dia akan konyol."
Menurut Wenda, seperti dikutip Tabi, "Saya sayang kepada anak-anak saya, Saya orang tua mereka, saya Bapak mereka, saya yang lahirkan mereka, dan mereka tau saya. Mereka tahu apa yang Bapak mereka maksud. Tidak mungkin anak-anak saya salah mengerti bahasa orang tua mereka sendiri."
Selanjutnya menurut Amunggut Tabi, "Perjuangan ini tidak akan pernah berhenti, sampai titik darah penghabisan, sampai Papua Merdeka."
Ada pesan khusus disampaikan kepada Dany Kogoya dari Leut.Gen. Amunggu Tabi, "Adik-adik saya, mari ikuti langkah kakak, kakak dari segi keluarga, dan dari segi waktu kelahiran ke muka Bumi. Pengorbanan dan perjuangan adik-adik tetapi Kaka tanggung dan kakak perhatikan. Karena orang tua di Rimba Raya Papua tidak akan pernah menyerah. Pengorbanan adik-adik, akan kakak balas setimpal."
Kemudian menyangkut adik-adiknya yang masih ada di rimba Papua dan memperjuangkan Papua Merdeka, Amunggut Tabi menyatakan, :Nawore, kinewe to waganggirak ti kinegen wanip o. An to nenu nen eke me, nawore apit namobokan arion. kiangebete lek, kinewe to ebe nenu nen eke agarik, we ugun-ambe, yogwe inok kambok lek, nenegen lii pinuk eke me, nambokan nabeni wa'nip p." katanya dalam bahasa daerahnya kepada adik-adiknya.