WAMENA - Kelompok sipil bersenjata di daerah Puncak Jaya terus berulah. Kali ini, yang menjadi sasaran adalah Helikopter milik TNI AD Jenis MI-17 yang sedang mengevakuasi seorang anggota TNI Yonif 753/AVT bernama Pratu Fana S yang sebelumnya menjadi korban penembakan oleh kelompok sipil bersenjata di Tingginambut, Puncak Jaya.
Akibat penembakan ini, Pratu Fana S akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya karena kembali tertembus peluru saat berada di dalam helikopter tersebut.
“Penembakan ini terjadi Rabu (3/8) saat Helikopter yang dipiloti Mayor Cpn Kandek dan Copilot Lettu Cpn Fandi terbang dari Bandara Mulia Puncak Jaya pada pukul 14.00 WIT,” ungkap sumber terpercaya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.
Ketika helikopter itu melewati daerah Puncak Senyum, tiba-tiba ditembaki oleh kelompok sipil bersenjata dari arah Puncak Senyum itu. Tembakan tersebut mengenai dua titik bagian helikopter. “Pertama di bagian bawah tepatnya di samping kiri roda depan di bawah copilot dan kedua di bagian bodi pesawat tepatnya samping kanan dekat mesin pesawat. Ternyata gangguan tembakan dari gerombolan tersebut mengenai kembali korban pada bagian rusuk kiri dan peluru bersarang di tubuh korban menyebabkan korban tewas. Korban kemudian dievakuasi ke Wamena dan selanjutnya ke Jayapura,” kata sumber itu.
Sementara sumber lainnya menyebut bahwa Pratu Fana S memang telah tertembak oleh kelompok sipil bersenjata di Tingginambut dan telah meninggal dunia, kemudian saat dievakuasi dengan heli, tiba-tiba helinya ditembaki dan pelurunya kembali tembus dan bersarang ditubuh Pratu Fana.
Sedangkan Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Erfi Triassunu saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya menyatakan bahwa benar adanya penembakan Heli milik TNI di kawasan Puncak Senyum, Puncak Jaya.
“Saat itu satu anggota saya terkena tembakan di daerah Tingginambut Kabupaten Puncak Jaya yang kemudian sedang dievakuasi melalui Heli ke Wamena, tapi di daerah Puncak Senyum, Helinya ditembak. Dimana diduga pelakunya adalah TPN/OPM yang selalu mengganggu pelaksanaan Bhakti Sosial TNI,” tuturnya.
Saat disinggung kondisi heli dan korban insiden penembakan heli tersebut, Panglima menjawab bahwa informasi sementara bahwa heli bisa mendarat dengan baik.
“Yang jelas siapapun pelakunya baik itu TPN/OPM atau OTK (orang tak dikenal) yang membawa senjata, kami TNI akan melakukan pengejaran terhadap mereka. Begitu juga kejadian Nafri, yang diduga bukan kriminal murni melainkan TPM/OPM yang melakukan penembakan, dan ini sudah perbuatan membrutal yang terus dilakukan, pelakunya juga akan kami selidiki,” katanya.
Pangdam juga menyampaikan bahwa pihaknya akan terus menyelesaikan kegiatan bhakti sosial Tentara Nasional Indonesia (TNI) Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih Papua, walau insiden penembakan terus terjadi. “Sebab kami hanya ingin membantu pembangunan yang sedang dikerjakan pemerintah, dan juga membantu masyarakat,” katanya.
Kemarin sore, korban penembakan itu telah tiba di Jayapura dan selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Marthen Indey. Pangdam yang ditemui di RS Marthen Indey mengatakan bahwa saat itu heli sedang membantu evakuasi yang terjadi di Ilaga Kabupaten Puncak dan mengevakuasi korban penembakan di Puncak Jaya. “Namun saat di Puncak Senyum, Heli ditembak oleh sekelompok seperatis bersenjata,” terangnya.
“Memang saat heli berada di daerah Wamena, cuaca berubah awan sedikit gelap. Ya sebenarnya heli tersebut sudah sering melewati daerah itu, hanya saat itu heli terbang rendah dan tidak duga terjadi penembakan oleh kelompok separatis tersebut dan mengenai salah satu anggota yang sedang dievakuasi dari korban penembakan di Tingginambut, dimana saat itu posisi anggota sedang telentang dan tertidur,”paparnya.
Pangdam menegaskan kejadian yang sering terjadi ini akan menjadi bahan evaluasi oleh TNI agar hal serupa tidak akan terulang kembali. “Ya walau kita bisa ketahui sendiri bahwa pihak speratis tersebut menguasai medan sedangkan kita fokus dalam kerja bhakti sosial,” tandasnya.
Saat ditanya siapa yang menjadi apelaku dalam penembakan atau gangguan terhadap bhakti social yang dilakukan oleh TNI serta merampas senjata milik TNI/Polri ? Panglima menjawab bahwa akita bisa ketahui sendiri bahwa didaerah tersebut masih ada sekelompok sipil bersenjata.
“Saya akui bahwa daerah tersebut merupakan wilayah mereka. Tapi Papua ini juga merupakan wilayah yang saya jaga keamanannya serta menciptakan zona damai. Sedangkan terhadap perampasan senjata, sepertinya mereka ingin memperkuat senjata sehingga mencoba melakukan perampasan,” ungkapnya. (ro/fud)
Kamis, 04 Agustus 2011 , 17:08:00