Menanggapi perkembangan politik di Tanah Air dengan rancangan dan dana Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyelesaikan masalah Papua dengan menyelenggarakan Dialogue Jakarta-West Papua yang dimotori kaum Papindo Pater Neles Tebay bersama agen BIN di LIPI, Muridan S., maka dengan ini, Tentara Revolusi West Papua melalui Sekretaris Jenderal Leutenant General Amunggut Tabi setelah dikonfirmasi PMNwes Online menyatakan “Urusan Dialogue adalah urusan politik, TRWP tidak mengurus dialogue. Kami terbatas pada visi/misi organisasi, yaitu menentang penjajang dengan mengangkat senjata. Karena itu, kalau Pater Neles dan rekan sekerjanya Muridan mau berdialogue, maka silahkan lanjutkan, asal tidak memaksa, dan tidak meneror pihak yang tidak setuju dengan prakarsa BIN tersebut,” demikian kutipan wawancara PMNews dengan Sec-Gen TRWP.
Berikut petian wawancara selengkapnya,
Papua Merdeka News (Suara Papua Merdeka News – PMNews): Selamat Bung, selamat berjuang! Kami ada perlu tanya sedikit mengenai perkembangan politik di tanah air. Baru-baru ini ada Konferensi yang bertujuan mendorong Dialogue Jakarta Papua, dan akhir dialogue itu dinyatakan bahwa komponen rakyat Papua yang belum dilibatkan ialah pihak TPN/OPM dan orang Papua di luar negeri (maksudnya di luar Tanah Papua), jadi dalam waktu singkat akan ada konsultasi dengan pihak Anda dan setelah itu adakan dilakukan dialogue dengan Jakarta.
- Apa tanggapan TRWP?
Secretary-General Tentara Revolusi West Papua (TRWP): Kami selalu mengikuti perkembangan di tanah air. Kami juga telah mengirim pasukan kami ke pertemuan dimaksud untuk memantui sejauh mana Indonesia bermain dan sejauh mana aspirasi bangsa Papua bermain. Dan kami punya informasi akurat dan langsung dari lapangan.
Perlu diingat beberapa hal, sebelum saya lanjutnya dengan pertanyaan Anda.
Pertama, bahwa TPN/OPM itu dalam sejarah perjuangan Papua Merdeka sudah tidak berlaku. Tidak ada panglima TPN/OPM. Yang ada saat ini ialah TRWP dan OPM. Yang ada sekarang Panglima Revolusi TRWP, Gen. Mathias Wenda. Tidak ada organisasi TPN garis miring OPM, karena secara organisasi dan manajemen organisasi dua organisasi yang berbeda tidak bisa digaris-miring dan disebut sekaligus, karena keduanya organisasi yang terpisah dan disebut tanpa garis miring. Kalau Anda masih menyebutnya menggunakan garis miring (/), maka sama saja Anda menganggap TPN itu sama dengan OPM, atau OPM itu sama dengan TPN, atau OPM itu organisasi bersenjata, organisasi yang bergerilya. Ini sudah tidak berlaku. OPM tidak bergerilya, OPM berpolitik.
OPM saat ini berbasis di Port VIla, Vanuatu, di mana Andy Ayamiseba dan Dr. OPM Ottow Ondawame menjadi Koordinator. OPM saat ini dijalankan oleh para fungsionaris, dan dalam waktu depan akan dibentuk pengurus secara Organisasi dengan manajemen yang terstruktur dan modern agar OPM tidak dilihat sebagai angkatan bersenjata. Sebuah organisasi ialah organisasi, bukan angkatan. Sebuah angkatan bergerilya, tidak berorganisasi. Organisasi memiliki struktur organisasi sedangkan angkatan memiliki struktur komando lengkap dengan segala kulturnya. Ini saya sebut mengawali semua supaya para aktivis dan pegiat HAM serta politisi di Tanah Papua memahami perkembangan yang sedang terjadi, agar kita tidak terpagar dalam wacana dan pemikiran penjajah. TPN/OPM itu nama dan sebutan buatan NKRI. Nama dan sebutan buatan orang Papua ialah OPM dan TPN, di mana TPN kini telah berubah nama menjadi TRWP. TRWP tidak digarismiring dengan OPM, tetapi TRWP dan OPM, dua entitas yang terpisah dan berbeda.
Jadi, yang perlu diminta tanggapan ialah orang-orang OPM, bukan kami. Tergantung apakah OPM mau berdialogue dengan Indonesia? Tergantung apakah OPM mau bernasib sama dengan GAM? Itu pilihan dan jalan politik OPM, bukan TRWP. Lapangan kerja TRWP bukan di meja perundingan atau dialogue.
PMNews: Kami berterimakasih untuk penjelasan yang mencerahkan ini. Selanjutnya sesuai dengan jalan pikiran Pater Neles Tebay dan Muridan S. Widjojo, terlihat jelas bahwa angkatan bersenjata juga mau dilibatkan untuk berdialogue, karena di situ disebutkan TPN/OPM, berarti baik organisasi politik maupun angkatan bersenjata keduanya mau dilibatkan.
TRWP: Itu namanya Pater Neles tidak paham tentang dunia. Dunia militer dan dunia politik sangat berbeda. Medan operasi politik dan gerilya sangat berbeda. Alat yang digunakan juga sangat berbeda. Visi misi juga berbeda. Bagaimana Seorang Pater Neles dan agen BIN Muridan S. Widjojo itu mau membodohi rakyat Papua? Rakyat Papua yang dulu dan sekarang sudah berbeda, sudah berganti generasi, sudah berpolitik di era pascamodern, sudah tahu siapa yang berpolitik dan siapa yang bergerilya.
Jangan disamaratakan, jangan juga bermental kolonialis. Pater Neles sebagai putra Papua dan Gembala Umat semestinya mengenal domba-dombanya secara jelas dan mengarahkan semua pihak sesuai jalur dan kapasitasnya. Jangan orang bergerilya dipaksa berpolitik. Lihat akibat dan nasib yang dialami Panglima kami Alm. General TRWP Kelly Kwalik. Itu nasib konyol, itu akibat dari mengajak orang bermain di lapangan yang salah. Sekali lagi, jangan korbankan nasib bangsa ini demi memperjuangkan idealisme berdasarkan studi-studi resolusi konflik yang tidak komprehensif dan tidak berpihak kepada pihak korban sebuah sejarah.
PMNews: Terimakasih. Tanggapan Bung ini mengandung banyak sekali hal yang perlu kami pertanyakan kembali. Tetapi kami batasi diri pada niat awal kami. Apakah tanggapan seperti ini berarti TRWP dan secara khusus Gen. TRWP Mathias Wenda tidak akan terlibat dan dengan demikian tidak akan menerima tawaran Pater Neles dan rekannya agen BIN tadi?
TRWP: Anda sudah tahu lalu kenapa harus bertanya?
PMNews: Kami perlu penegasan langsung, singkat dan tegas.
TRWP: Singkat dan jelas: TRWP tidak berpolitik, tidak berdialogue dengan penjajah. General TRWP Mathias Wenda tidak terlibat dalam bujukan dan rayuan agen BIN itu. Tetapi tidak menutup kemungkinan OPM terlibat di dalamnya, karena OPM sekarang berdiri sebagai organisasi yang terpisah dan terlepas dari TRWP.
PMNews: Tetapi Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 500 orang Papua dan mereka menginginkan dialogue.
TRWP: Rakyat Papua inginkan dialgoue, silahakan berdialogue. Tetapi ada garis yang jelas, angkatan bersenjata yang menentang penjajah dengan bergerilya jangan dipaksa berdialogue. Nanti kita rakyat Papua akan dianggap tidak tahu berpolitik dan tidak layak berorganisasi di era globalisasi ini. Kita harus tampil layak dan presentable di pentas politik global sebagai sebuah perjuangan yang modern. Perjuangan yang modern dan presentable itu pertama sekali ditunjukkan oleh pembedaan dan perbedaan yang jelas dan tegas disertai kebijakan dan langkah-langkah yang jelas dan tegas antara organisasi dan angkatan, antara yang bergerilya dengan yang berpolitik.
Orang Papua sekarang harus tahu, bahwa perjuangan meneruskan aspirasi senegap bangsa dan Tanah Papua sekarang ini sudah modern, sudah terpola dan terorganisir. OPM masih ada, terus berpolitik. Angkatan bersenjatanya masih ada, dan masih aktiv.
PMNews: Maksud kami menyebut jumlah orang tadi ialah untuk menunjukkan bahwa banyak orang Papua mau berdialogue. Karena itu kalau General Mathias Wenda menolak berdialogue, maka General Wenda bisa dianggap tidak sejalan dengan aspirasi bangsa Papua?
TRWP: Jangan membolak-balikkan fakta. Orang Papua itu mau merdeka. Bukan mau berdialogue. Kalau ada orang Papua yang menganggap atau percaya bahwa berdialogue itu merupakan jalan yang tepat untuk mencapai kemerdekaannya, maka silahkan berdialogue. Asal tujuannya tetap sama. Asal jangan kita ulangi Pepera itu menjadi Pepera II, yang nasibnya sama, yaitu mayoritas suara dipaksa untuk bergabung dengan NKRI.
Yang kami tegaskan di sini ialah bahwa tugas angkatan bersenjata yang bergerilya ialah mengangkat senjata dan menentang penjajah, bukan berdialogue. Kami mau membatasi diri kepada tugas dan tanggungjawab kami. Kami tidak mau mencampur-aduk urusan, seperti ajaran dan ajakan kolonial NKRI.
Kami hanya punya garis koordinasi dengan OPM sebagai organisasi politik perjuangan bangsa Papua, tetapi tidak dengan Konferensi atau Pater Neles Tebay atau agen BIN itu. Dalam posisi apapun, mereka tidak ada urusan dengan kami.
Sekali lagi, dinamika yang berkembang di tanah air silahkan diteruskan, tetapi tidak dengan demikian memaksa pihak lain terlibat tanpa ada kedudukan dan posisi yang jelas dalam struktur organisasi perjuangan bangsa ini. Dengan demikian kita tidak dinilai bermain di lapangan tanpa organisasi dan manajerial yang jelas. Tidak ada klub sepak bola yang bermain tanpa managerial dan organisasi yang jelas. Politik bangsa Papua itu selalu liar, tiba-tiba muncul ini dan tiba-tiba muncul itu, kemudian kita membiarkan bola liar itu bergulir sendiriian tanpa kita tahu siapa yang bertugas untuk apa di lapangan itu.
PMNews: Rupanya TRWP menuding Konferensi ini liar?
TRWP: Tidak liar. Konferensinya tidak liar. Yang liar bolanya. Politik bangsa Papua selalu melempar bola liar, ini yang penulis Papua selalu sebut sebagsai “politik buru-pungut”. Kita berburu, kita pungut, bukan kita politik tanam lalu pungut. Jadi, kita tidak tanam, kita tidak pelihara, tetapi kita tinggal ke hutan, ke danau, ke laut dan pungut, tanpa pernah kita tanam sagu, tanpa pernah kita piara ikan, tanpa pernah kita besarkan babi di hutan. Itu politik buru-pungut yang sudah lama kita sudah baca dari tulisan di PMNews sendiri. Karena itu, kalau ikan itu tidak terjaring, kalau babi hutan itu tidak tertangkap, maka mereka lari secara liar. Itu yang saya sebut bola liar.
Itu terjadi karena apa yang kita buru atau cita-cita kita tidak kita kendalikan di dalam organisasi dan manajemen pemecahan masalah bangsa dan Tanah Papua di dalam koridor hukum dan organisasi perjuangan secara jelas dan bermartabat. Kita main secara liar, melempar bola liar, lalu membiarkan bola itu mati secara liar.
Saya kasih contoh: Kongres Rakyat Papua II tahun 2000 mengeluarkan banyak resolusi dengan mengundang keterlibatan banyak pihak. Tetapi apa yang terjadi? Kita biarkan bolah itu secara liar, yang bola itu dijemput oleh kolonial NKRI dan malah mereka yang memainkan bola itu.
PMNews: Penjelasan ini sangat jauh dan mendalam. Tetapi kami perlu tahu titik mana menunjukkan bahwa Konferensi Perdamaian barusan ini melemparkan bola liar tadi?
TRWP: Sudah jelas! Di situ disebutkan nama-nama orang yang terlibat di dalam Dialgoue dimaksud. Ada orang Papua, ada orang asing. Sekarang pertanyaannya, “Siapa yang ditugaskan melobi orang-orang yang disebutkan itu untuk terlibat?” Yang ditugaskan melobi orang-orang ini harus disebutkan secara jelas dan tegas di dalam Hasil Keputusan Konferensi dimaksud, bukan secara liar di luar konferensi. Jadi, setelah Konferensi itu berakhir, bukan lagi Neles Tebay dan agen BIN itu yang bermain, tetapi orang yang dimandatkan dari Konferensi itu yang mengambil-alih bola itu, dan memainkannya.
Sekarang saya tanya,
- “Siapa yang disuruh menindak-lanjuti hasil Konferensi itu?”
- “Apakah konferensi itu menganggap bahwa karena Pater Neles Tebay dan agen BIN itu yang mengorganisir konferensi itu maka mereka yang menindak-lanjuti?” Kalau begitu apa artinya konferensi itu?
- Kenapa konferensi ini sekali lagi melempar bola liar?
PMNews: Terimakasih. Kami kira ini cukup untuk saat ini. Sementara ini kami akhiri di sini. Ada banyak pertanyaan yang muncul dari jawaban-jawaban di atas, tetapi kami akan tanyakan di lain kesempatan.
TRWP: Terimakasih. Mohon koreksi kata-kata dan kalimat yang salah, supaya jelas dibaca. MERDEKA HARGA MATI & HARGA DIRI BANGSA WEST PAPUA!
Selamat berjuang, Sang Leutenan Gen A T. Waa. Sang Bintang Kejora selalu terpatri dalam hati kami. Saudara/i orang Papua asli kita musti Ingat dan sadar bahwa jangan terus terhinabobohkan oleh rajuan manis ibu pertiwi. Ibu pertiwi yang elok parasnya namun sangat busuk hatinya. Ibu pertiwi selalu melahirkan dan membesarkan dengan lebel Papindo lalu membunuh seperti alm. Agus Alua. Untuk itu kita menetapkan tujuan hidup yang jelas seperti hasil petikan wawancara cruw WPNews dengan Sec.Gen Leutenan A.T diatas.Mari sisikan waktu dan materi sebagai sebuah persembahan bagi kegiatan para pejuang kami TRWP. Karena TRWP lah satu-satunya angkatan bersenjata yang terus eksis dan berbenah diri dari waktu ke waktu demi sebuah harga yaitu Nasip dan masa depan bagi orang asli Papua bukan orang Papua.
Orang Papua pasti akan pergi ketanah ketika merasa cukup kaya atau merasa tidak betah tetapi orang Papua asli ingat bahwa Tanah Papua adalah Kota kelahiran dan juga Kuburan Kami sehingga kemerdekaan adalah HARGA MATI.
Mari jangan hanya jago dalam ketiak NKRI namun keluar dan pandanglah rumput hijau dan hiruplah udara segar. Orang Papua sampai kapan dan bagaimanapun tidak akan melewati NKRI untuk maju sebab NKRI tidak pernah sedikitpun memikirkan orang Papua asli sebab dia sendiri sudah hidup keadaan yang susah bagaimana dia memikirkan orang Papua asli yang notabenenya lain dari dirinya. Untuk terus dukung para militer kita dengan apapun dan bagaimanapun caranya hingga titik darah penghabisan.
Wa wa wa wa wa wa wa wa wa wa….
Semesta Papua meringis merintih sejak hak kedaulatannya dicaplok oleh Negara Expansionis Inonesia tahun 1963. Bro, Sister, Tn/Ny Papuan sadarilah bahwa kita sudah merdeka dan sah secara defacto maupun deyure tanggal 1 Des 1961. Tn/Ny Papuan para saksi sejarah ini dan yg mungkin masih hidup di dalam negeri or di luar negeri … tuturkanlah kebenaran ini pada sesama (sesama : orang2 yg Tuhan ijinkan kita temui dalam perjalanan hidup setiap hari) terutama anak2 negeri Papua. Yg saya mau biarlah sesama kita, diri kita sendiri dan terutama bangsa penjajah/negara expansionis Indonesia mengakui (Recoqnize) bahwa kami BENAR sudah merdeka pd 1 Des 1961 dan tahun 1963 kemerdekaan itu dirampas penjajah Indonesia.
Bro, sis, Tn/Ny, Kalau kemerdekaan kita tidak mau diakui dan dikembalikan dengan baik2 oleh penjajah Indonesia maka pasti tetap akan ada Tumpah Darah alias KONFLIK di atas tanah ini. Mau tahu apa yang bisa menyelesaikan konflik di Papua ? Bertanyalah pada TPN-OPM, so Jakarta jangan tunda/batal ber-DI_A_LO_G dg TPN-OPM (organ utama/induk dan yg murni berjuang dari awal, serta tetap eksis sampai detik ini sejak Kedaulatan Bangsa Papua dicaplok penjajah Indonesia. Terlalu banyak tipu daya penjajah diwaktu lalu sampai sekarang, inilah yg membuat semua upaya baik yg semula telah berubah menjadi seperti ALERGEN bagi TPN-OPM/induk perjuangan bangsa Papua) SEGERA,SEGERA dan SEGERA !!!!! Sebelum terjadi DISINTEGRASI menyeluruh dari Sabang sampai Merauke ….. Semoga Tuhan Allah mengampuni Indonesia. Amien.
saya sangat menyayangkan sekali,akhir2 ni suasana di papua yang semakin panas,trus terang saya sebagai orang bali tidak pernah membeda2kan orang papua,,orang papua tu tetap saudara bagi kami,bukan papua saja..jawa,sumatra,sulawesi,kalimantan,maluku..kita smua ni satu saudara walaupun berbeda suku,agama,ras dan golongan…harapan saya kdepannya smoga kondisi di papua makin trus kondusif,biar masyarakat di papua bisa hidup dengan aman,bisa beractivitas dengan lancar,sehingga terciptanya perekonomian yang maju buat masyarakat papua dalam bingkai NKRI..DAN SAYA SANGAT MENGHARAPKAN SEKALI PEMERINTAH PUSAT BISA MEMBERIKAN STATUS ATAU HAK ISTIMEWA SEMACAM SAUDARA KITA YANG DI ACEH..SAYA YAKIN KALO SMUA PIHAK DI PAPUA BERSATU DAN MEMBULATKAN TEKAD MENUNTUT HAK SEMACAM DI ACEH PASTI KDEPANNYA RAKYAT PAPUA BISA HIDUP MAKMUR..KARENA BAGI SAYA KALO SEANDAINYA PAPUA MENDAPAT HAK STATUS SEMACAM ACEH ITU SAMA ARTINYA KALO PAPUA TU SMACAM MERDEKA..DALAM ARTIAN MERDEKA BUAT KESEJAHTERAAN RAKYAT PAPUA DALAM BINGKAI NKRI…SAYA MOHON MAAF APABILA COMEN SAYA INI TIDAK BERKENAN DI HATI BAPAK..INI SAYA GAK BERMAKSUD APA2..KARENA SAYA ATAS NAMA RAKYAT BALI SANGAT PRIHATIN ATAS KONDISI YANG MENGORBANKAN RAKYAT KECIL DI PAPUA..SAYA JUGA MENDAMBAKAN RAKYAT RAKYAT PAPUA BISA HIDUP AMAN DAN DAMAI SEPERTI YANG KAMI ALAMI DI BALI..RAKYAT PAPUA BISA BERSATU BERSAMA MEMABANGUN PAPUA SUPAYA PAPUA BISA LEBIH MAJU..TERIMA KASIH..SALAM DARI MADE ARNAYA DI DENPASAR-BALI.
Masyarakat susah dibina Masyarakat sudah dibunuh habis klu Indonesia punya hukum berarti tidak pernah dibunuh, disiksa diinjak, diperkosa oleh aparat maka Masyarakt west papua sudah habis Ya? jadi Jangan ditawaran dengan barang pembangun apa lagi kita sudah menolak UP4PB jangan tawaran Otonomi khusus bagi west papua dananya kemanakan sudah 11 tahun otonomi khusus bagi papua tetapi selama ini tidak pernah ketempat sasaran atau tidak pernah dibangun papua baru di tawaran dengan UP4PB stop sudah dana Otsus saja tidak pernah dibangun Ingat papua bukan Miskin sudah diberkati oleh Tuhan kaya dengan kekayaan maks masyarakat west papua sepakat untuk segalah tawaran dari Indonesia untuk masyarakat papua Stop Masyarakat west papua hanya nuntut Minta REFRENDUM bagi west papua.